Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian Ini

Jangan berhenti sekarang!

Artikel ini dipersembahkan oleh Rexona Motionsense #MOGER dan IDNtimes

Dalam kehidupan, gagal itu hal yang meski biasa dialami, tetap saja menyakitkan. Apalagi saat kamu sangat menginginkan sesuatu untuk bisa terjadi dalam hidup kamu, dan nyatanya kamu  gagal meraihnya, adanya perasaan tidak mampu, perasaan diri yang tidak cukup baik hingga perjuangan yang ternyata tidak membuahkan hasil membuat kegagalan menjadi hal yang kamu takuti dan sebisa mungkin ingin kamu hindari.

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: loop.co.id

Sebagai manusia biasa, ketakutan akan kegagalan pun aku alami. Sebagai seorang cewek, ketakutan yang dialami biasanya bakal dialami dua kali lipat jumlah normal ketakutan biasanya. Karena aku cewek, seringkali orang tidak menuntut begitu banyak hal dari aku dan memaklumi kegagalanku. Karenanya, kerja kerasku pun menjadi dua kali lipat: membuktikan kepada diri sendiri bahwa aku mampu dan tidak terlena oleh pemakluman yang disediakan oleh orang lain hanya karena aku seorang cewek.

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: merdeka.com

Kegagalan terbesar yang aku alami adalah ketika aku gagal memenangkan beasiswa yang sudah lama aku incar. Aku menginginkan beasiswa itu karena aku tahu orang tuaku tidak sanggup membiayaiku kuliah S2, apalagi di luar negeri. Berbagai tempat sudah aku riset, Jerman, Singapura, Inggris bahkan hingga ke Korea, namun tidak ada yang begitu melekat di hatiku seperti New York. Karenanya, meski banyak yang bilang mencoba peruntungan beasiswa di negeri Paman Sam, terutama di kota terbesarnya adalah hal yang sulit, aku tetap memberanikan diriku.

Saat aku mendapatkan kabar bahwa aku gagal mendapatkan beasiswa yang aku inginkan itu, aku tahu aku tidak akan bisa menghindari perasaan bersalah karena tidak mencoba dan mempersiapkan lebih baik. Rasa bersalah itu juga kemudian melumpuhkan daya juangku, dan untuk beberapa saat, aku membiarkannya. Aku membiarkan pemikiran bahwa aku memang seorang pecundang dengan mimpi yang kebesaran, dan seorang cewek yang seharusnya menjalani mimpi yang lebih sederhana karena kodrat sebagai perempuan. Untuk beberapa saat lamanya, hidupku berjalan normal dengan pemikiran yang bukan diriku sama sekali.

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: tumblr.com

Tapi, sesuatu dalam diriku menolak menyerah begitu saja.

dm-player
Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: tenmienmienphi.com

Kegagalan memang punya kekuatan cengkraman yang kadang menahan aku buat kembali mencoba. Tapi aku tidak ingin mimpiku mati, dan karenanya, aku sadar kalau aku harus bergerak selama masih ada daya. 

Aku tidak terlahir sebagai cewek dan dengan keharusan untuk meminimalkan mimpiku. Aku cewek dan aku bisa bermimpi setinggi yang aku inginkan. Aku cewek dan aku akan gagal berulangkali sebelum apa yang aku inginkan tercapai, dan itu tidak membuat mimpiku lantas boleh dibiarkan mati begitu saja. Saat kesadaran itu mendadak kembali terbangun di dalam diriku, aku membuka lagi halaman beasiswa yang sempat aku coba lupakan dari ingatan. Aku kembali menekan tombol apply, aku kembali mempersiapkan berbagai dokumen yang diperlukan, aku kembali mengingatkan diriku mantra yang sempat begitu menakutkan bagiku: coba lagi. 

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: gettyimages.com

Dan begitu saja, aku kembali mengirimkan aplikasi beasiswa, masih ke tempat impian yang sama, masih di New York, masih dengan impian untuk menjadi filmmaker dan belajar di tempat where dreams are made of. Kembali lagi, aku harus mempersiapkan diri untuk tes dan wawancara, lalu menunggu dengan rasa was-was menjelang hari pengumuman penerimaan beasiswa. Tidak ada satu haripun aku lewatkan tanpa aku berdoa dan terus berusaha, terus menunggu dengan sabar. Aku benar-benar ada pada tempat dalam hidupku, di mana tidak ada seharipun aku lewatkan dengan rasa nyaman dan aman. Setiap hari adalah perjuangan dan penantian, suka ataupun tidak suka, itu yang harus kulakukan.

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: tumblr.com

Sekarang, menoleh ke belakang saat semua gerakan yang aku lakukan sempat terasa sia-sia, aku tak pernah menyesali sedikitpun hari-hari itu. Hari-hari di mana aku harus bekerja keras dan meneteskan keringat hanya untuk impian yang terlalu besar itu sudah berlalu. Hari ini, setahun sesudah telepon yang menentukan masa depanku, akhirnya aku sampai di New York. Seandainya saat itu aku tidak mencoba lagi, seandainya saat aku merasa aku adalah seorang pecundang, aku menerima pikiran itu dan melanjutkan hidup sebagai orang yang puas berada di tengah-tengah, New York akan makin jauh dari genggaman dan hilang di kaca belakang. Aku bersyukur aku bergerak, aku bersyukur gerakan yang aku lakukan membawaku sampai ke gerbang mimpiku. Aku melangkah masuk dengan bangga, dan kini aroma yang kuhirup hanyalah bukti dari kekuatan gerakan menggapai mimpi, kekuatan gerakan yang tidak berhenti saat kegagalan terjadi.

Seandainya Aku Tidak Gagal Sebelumnya, Sekarang Aku Tidak Akan Menerima Beasiswa Impian IniSumber Gambar: tumblr.com

Kini, aku menang.

Topik:

Berita Terkini Lainnya