Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak 

Remaja berhak tahu tentang apa yang terjadi pada tubuhnya! 

Tabu dan sensitif. Kedua hal itu masih melekat kuat di benak masyarakat Indonesia bila kita berbicara tentang edukasi kesehatan seks dan reproduksi. Budaya Indonesia yang cenderung konservatif sepertinya banyak berpengaruh terhadap rendahnya pengetahuan kesehatan seks dan reproduksi. 

Jujur saja, saya sendiri yang lahir dan besar di Indonesia, baru benar-benar melek dan mau mempelajari sedikit demi sedikit tentang edukasi kesehatan seks dan reporduksi justru saat sudah tak lagi remaja. Sewaktu remaja, saya tak pernah benar-benar mendapatkan pendidikan ini secara komprehensif. Ketika saya mulai ingin membicarakannya, satu kata yang selalu dilontarkan oleh orang dewasa: "PORNO". Sejak saat itu saya berhenti untuk mencari tahu lebih dalam. 

Padahal, menurut para pakar kesehatan dan juga WHO sendiri sepakat mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman pendidikan seksual dan reporduksi yang komprehensif itu sangat diperlukan khususnya untuk remaja. 

Mungkin para pembaca juga ada yang senasib dengan saya–telat belajar. Apa sih pentingnya edukasi kesehatan seks dan reporduksi bagi remaja? Seperti yang disampaikan oleh WHO pada laman resminya, bahwa ada berbagai masalah sosial dan kesehatan yang terjadi ketika remaja tidak dibekali oleh edukasi ini. Sebut saja pernikahan dini, kehamilan yang tak diinginkan, aborsi yang membahayakan, hingga tertular penyakit menular seksual. 

Remaja adalah generasi muda yang sangat rentan terpapar informasi yang salah, tapi juga sering mendapatkan asumsi buruk dari orang dewasa ketika mereka ingin banyak belajar tentang edukasi seks dan reproduksi. Hal inilah yang memotivasi Mariana Yunita Hendriyani Opat dalam mendirikan Tenggara Youth Community, sebuah organisasi di NTT yang bergerak untuk memberikan pelayanan informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi untuk remaja. 

1. Lahir dari keresahan para remaja di NTT tentang kurangnya edukasi seks dan masalah pelecehan seksual

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Tenggara Youth Community melakukan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi di pelayanan anak dan remaja Gereja Benyamin Oebufu (Dok. Tenggara Youth Community)

Tenggara Youth Community adalah sebuah komunitas remaja independen yang telah lahir sejak tahun 2016 lalu. Kala itu, Mariana Yunita Hendriyani Opat atau yang akrab disapa Tata ini mantap untuk mendirikan komunitas yang fokus untuk memberikan edukasi tentang kesehatan seks dan reproduksi untuk anak dan remaja. 

Saat diwawancarai, Tata sangat bersemangat menceritakan latar belakang berdirinya Tenggara Youth Community dan apa upaya yang telah dilakukannya bersama teman-temannya terkait isu ini. Ia mengungkapkan bahwa komunitas ini berawal dari rasa keresahan yang sama dari remaja-remaja di NTT tentang ketidaktahuan mereka akan pendidikan seks dan juga karena pernah menjadi korban pelecehan seksual. 

Kebingungan para remaja terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mereka saat pubertas, saat menstruasi, hingga mimpi basah tak pernah mereka dapatkan dari orangtua atau orang dewasa di sekitarnya. Alih-alih penjelasan yang edukatif, yang ada mereka hanya diwanti-wanti dan ditakut-takuti saja. "Kalau sudah menstruasi hati-hati nanti jangan pacaran, nanti bisa hamil". Ketika ditanya, paling mentok jawabannya hanya "Nanti kalau sudah gede kamu baru tahu", kira-kira seperti itulah jawabannya.

"Ternyata hampir semua teman-teman yang bergabung dengan Tenggara itu kami punya keresahan yang sama. Sama-sama resah karena dulu pas pertama mengalami pubertas itu kagok, bingung, takut, bahkan ada yang sampai menangis karena mereka gak pernah dikasih tahu oleh orangtua, bahwa kalian akan melewati masa transisi seperti ini dan akan ada perubahan di tubuh mereka seperti ini," jelas Tata. 

Menurut Tata, penjelasan mengenai proses perubahan biologis yang terjadi pada tubuh anak dan remaja itu perlu dikenalkan oleh orangtua sejak dini dan tidak harus disampaikan saat sudah dewasa. 

Selain itu, Tata dan beberapa anggota Tenggara Youth Community ternyata adalah penyintas kekerasan seksual dan kekerasan dalam pacaran. Berawal dari pengalaman dan rasa keresahan tersebut, Tata dan teman-temannya merasa tergerak untuk melakukan perubahan melalui Tenggara Youth Community ini. Dirinya berharap, aksinya ini dapat membuat perubahan positif karena ia tidak ingin adik-adiknya atau remaja lain harus mengalami hal yang sama sepertinya. 

2. Melakukan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak dan remaja melalui program Bacarita Kespro 

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Tenggara Youth Community melakukan program Bacarita Kespro di Rumah Belajar Oesao, NTT (Dok. Tenggara Youth Community)

Memberikan edukasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi ke anak-anak dan remaja adalah sebuah tantangan yang besar. Tenggara Youth Community ingin serius memberikan edukasi terkait isu ini dengan cara yang menyenangkan dan juga nyaman untuk mereka. Dari ide itulah lahir sebuah program edukasi yang diberi nama "Bacarita Kespro". 

Bacarita Kespro merupakan sebuah program edukasi hak seksual dan reproduksi untuk anak dan remaja di Kupang. Tenggara Youth Community biasanya akan menjemput bola alias mendatangi sekolah-sekolah, komunitas, ataupun kelompok anak di Kupang dan sekitarnya untuk diberikan edukasi terkait isu tersebut.

Usia yang disasar dalam program bacarita Kespro mulai dari 10–24 tahun. Tata pun menjelaskan alasan mengapa program tersebut diberi nama Bacarita Kespro adalah agar program edukasi tersebut bisa lebih mudah diterima oleh anak-anak dan remaja. 

"Kenapa pilihnya nama Bacarita Kespro? Kenapa bukan fasilitas kespro atau sosialisasi kespro? Karena kami merasa kalau bahasanya lebih lokal jadi ebih dekat dan lebih santai didengarnya, teman-teman merasa tidak terbebani untuk mempelajari isu ini. Apalagi ini isu yang masih dianggap tabu. Jadi kami melakukannya dengan menggunakan kata 'bacarita' yang dalam bahasa Melayu Kupang artinya bercerita," pungkas founder Tenggara Youth Community ini.

Program edukasi ini adalah hasil karya dari Tata beserta teman-temannya di Tenggara Youth Community. Mulai dari konsep hingga metode Bacarita Kespro dibuat bersama oleh para anggota Tenggara Youth Community. Tata menceritakan bahwa Bacarita Kespro ini dibuat sedemikian rupa agar mudah diterima dan dipahami benar-benar oleh anak-anak dan remaja. 

"Jadi kami datang itu bercerita dengan teman-teman, kami punya konsep sendiri, metode berbagi sendiri yang kami siapkan. Dan itu disesuaikan dengan komunitas atau kelompok yang kami datangi itu karakteristiknya seperti apa? Kebutuhan materi kesehatan reproduksinya seperti apa? Teman-teman betul-betul menyiapkan metode ice breaking-nya dan bagaimana cara menyampaikannya," ungkap Tata. 

Tata tidak ingin metode edukasi yang dibuat oleh Tenggara Youth Community ini terkesan kaku seperti sosialisasi-sosialisasi yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah, yang mana hanya sekadar menggunakan materi power point, presentasi, lalu tanya jawab dan selesai. Menurutnya, metode belajar edukasi kesehatan seks dan reproduksi tidak akan efektif jika dilakukan seperti itu. 

Keseriusan program Bacarita Kespro ini perlu diacungi jempol. Agar edukasi bisa benar-benar diterima dengan baik, teman-teman Tenggara Youth Community akan melakukan riset terlebih dahulu kepada kelompok anak atau remaja yang disasar.

Bahkan untuk ice breaking saja membutuhkan waktu 30 menit sendiri agar peserta bisa merasa nyaman dan kenal terlebih dahulu. Selain itu, akan diadakan pre-test terlebih dahulu melalui games untuk bisa mengetahui sejauh mana pemahaman peserta mengenai topik-topik yang akan dibahas.

3. Penolakan adalah makanan sehari-hari bagi Tenggara Youth Community, namun api semangat mereka tak pernah padam

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Mariana Yunita melakukan kegiatan Bacarita Kespro di Tuatuka, NTT (Dok. Tenggara Youth Community)

Ketika berbicara mengenai pendidikan seks dan reproduksi di daerah-daerah Indonesia, tentu saja akan datang sepaket dengan penolakan dari banyak pihak. Tenggara Youth Community sudah memprediksi risiko dan tantangan tersebut. Meski begitu, penolakan bukanlah akhir dari perjuangan komunitas remaja di Kupang ini. 

Tata bercerita bahwa Tenggara Youth Community kerap mendapatkan penolakan ketika mereka datang untuk menawarkan Bacarita Krespo. Mulai dari penolakan yang lembut hingga yang terang-terangan. Beberapa penolakan tersebut ada yang dari sekolah dan juga dari kelompok gereja. Namun, Tata sendiri memahami dan memaklumi reaksi penolakan tersebut, karena bagaimanapun juga isu seperti ini masih sangat tabu untuk dibahas. 

"Mereka mungkin punya kekhawatiran, kami sangat mengerti itu. Mereka mungkin masih berpikir bahwa pendidikan seksual itu adalah pendidikan untuk seks bebas, atau mengajarkan anak untuk melakukan seks bebas, dan itu malah lebih berisiko membuat anak-anak hamil di luar nikah atau mengalami pacaran yang tidak sehat," ucap perempuan yang juga bekerja di sebuah LSM di Kupang ini.

Namun penolakan itu tak memadamkan api semangat Tata dan kawan-kawannya untuk mencoba lagi. Tata paham bahwa dirinya tidak bisa memaksakan programnya untuk diterima, maka yang bisa dilakukannya adalah dengan mengikuti apa yang dibutuhkan dan diperkenankan oleh pihak sekolah maupun gereja. Tenggara Youth Community akan dengan sigap menyesuaikan materi-materi yang diminta. 

"Kami kemudian membuka diskusi, kami bilang 'Kalau begitu dari pihak gereja maunya informasi yang disampaikan itu bentuknya seperti apa? Mereka bilang 'Kalau bisa dikorelasikan dengan Alkitab', dan itu kami siapkan. Atau memilih untuk tidak membahas kondom dan itu kami sesuaikan," jelas Tata.

Baca Juga: Mengenal Kiprah Elmi Sumarni Ismau, Anak Muda Inspiratif dari NTT

dm-player

4. Menurut Tata, remaja harus bergerak karena mereka kerap jadi korban asumsi dan stigma negatif orang dewasa atau orangtua

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Tenggara Youth Community melakukan program Bacarita Kespro di Tuatuka (Dok. Tenggara Youth Community)

Ada satu hal yang membuat Tata kesal namun juga sambil tertawa kala menjelaskannya, yaitu ketika ditanya "Mengapa harus remaja yang bergerak mengampanyekan isu ini dan mengapa remaja harus mulai mempelajari isu-isu edukasi kesehatan seksual?"

Tata dengan tegas menjawab bahwa ini semua karena orang tua maupun orang dewasa tidak bergerak sama sekali. Orang tua selama ini masih terperangkap dengan budaya yang cenderung patriarki dan konservatif, yang masih menganggap hal ini tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan oleh anak-anak dan remaja. 

"Karena kami melihat orang tua yang di atas tidak bergerak. Seperti ada tembok tabu dari orangtua ke anak. Jadi kami berpikir kami bisa mulai duluan tanpa menunggu yang di atas bergerak. Kami juga menyayangkan lembaga-lembaga dan dinas terkait itu memiliki porsi sendiri untuk remaja tapi tidak dimaksimalkan, dan parahnya juga remaja tidak dilibatkan," ungkap Tata.

Kekesalan dan keheranan Tata sangat masuk di akal. Bagaimana bisa ketika kita membuat sebuah kegiatan yang membahas permasalahan sebuah kelompok namun pihak terkait sama sekali tidak dilibatkan? Bukan sebuah solusi yang akan didapat, namun justru dikhawatirkan akan timbul masalah lain yang seharusnya tidak perlu terjadi. 

Tata sangat menyayangkan sikap orangtua dan orang dewasa yang tidak mau terbuka dan  melibatkan anak remaja, karena dengan begitu anak-anak dan remaja seperti dibungkam dan dibiarkan saja tersesat. Namun hal yang lebih aneh dan lucu adalah justru orang tua sendiri lah yang suka berasumsi dan melabeli anak remaja dengan berbagai macam hal negatif. Namun ketika anak remaja salah arah, mereka juga yang paling sulit mendapatkan perlindungan dan keadilan.

Ada suatu cerita unik yang disampaikan oleh Tata. Tenggara Youth Community beberapa kali mengadakan program dan kegiatan tentang kesehatan seks dan reproduksi ini bersama orang tua. Pada kesempatan itu mereka akan membagikan kertas bertuliskan "REMAJA", lalu meminta para orang tua untuk menuliskan asumsi-asumsi mereka mengenai remaja. Hasilnya ternyata cukup mencengangkan.  

"Kami minta mereka tulis apa yang ada di pikiran mereka tentang remaja. Dan itu kebanyakan isinya tentang hal-hal negatif, seperti tukang mabuk, pacaran, suka keluar malam, hamil di luar nikah. Bentuk-bentuk asumsi negatif seperti ini sih yang menurutku sebenarnya jadi semakin memperparah keadaan, jika kegiatan-kegiatan tentang remaja tapi malah tidak melibatkan remaja itu sendiri. Mangkanya ini jadi sebuah pergerakan," cerita Tata sambil tertawa geli.

Segala asumsi buruk yang ada dalam pikiran orang tua inilah justru yang menjadi pemantik api semangat teman-teman Tenggara Youth Community untuk bergerak bersama remaja lainnya. Menurut Tata, anak remaja itu punya hak untuk dilibatkan dan mereka punya suara yang ingin disampaikan.

Orang tua seharusnya bisa memberikan ruang yang aman untuk remaja menyampaikan suaranya dan bercerita tentang apa yang dialaminya. Dengan begitu remaja akan merasa aman dan teredukasi dengan baik, begitu juga orang tua jadi lebih memahami anak-anak remaja mereka dan tidak ada lagi pandangan maupun asusmi negatif. 

Selain itu, Tata mengungkapkan bahwa kenapa remaja juga yang harus mulai bergerak, karena menurutnya remaja akan merasa lebih nyaman untuk bercerita dan ngobrol dengan teman-teman sebayanya. Adanya rasa nyaman ini sangat penting karena mereka jadi bisa percaya dan lebih mudah untuk terbuka dan mau untuk bergerak dan belajar bersama. 

5. Tenggara Youth Community ingin mendapat support nyata dari pemerintah dan punya mimpi menjadi lembaga resmi di NTT

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Tenggara Youth Community melakukan edukasi manajemen kebersihan menstruasi dengan Plan International dan Puskesmas Alak, NTT (Dok. Tenggara Youth Community)

Meski Tenggara Youth Community telah memulai pergerakannya selama 5 tahun ini, namun sayangnya belum ada dukungan dari pemerintah yang berarti. Selama ini mereka bergerak atas inisasi sendiri dan bekerja sama dengan komunitas-komunitas serupa di NTT dan juga LSM seperti Komisi Penanggulangan Aids.

Tata dan kawan-kawannya selalu mengajak dan melibatkan lembaga pemerintah maupun dinas terkait dalam kegiatan dan program Tenggara Youth Community, hanya saja support mereka hanya sebatas dukungan kata-kata dan komunikasi saja. 

Tata menerangkan, "Respons pemerintah sejujurnya, selain Tenggara Youth Community ada juga  teman-teman remaja yang juga fokus mengenai isu HKSR  tapi tidak terlalu dekat dengan pemerintah. Kami sering melakukan kegiatan bersama hanya responnya paling kayak 'Wah keren ya ada ini', 'Wah bagus ya kegiatannya seperti ini', 'Oh, bahas isunya HKSR?' sebatas itu saja."

Meski perjuangannya belum mendapat dukungan yang nyata dari pemerintah setempat, Tenggara Youth Community tetap semangat merajut asa agar pendidikan tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi ini dapat diajarkan kepada anak-anak dan remaja di NTT. 

Bagi Tata dan teman-temannya di Tenggara Youth Community, tak ada waktu lagi untuk patah semangat karena mereka sudah punya banyak daftar impian dan keinginan yang harus segera diwujudkan bersama. Salah satu to-do list yang ada di urutan paling atas Tata adalah bagaimana Tenggara Youth Community ini bisa segera menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas di NTT. Ia mengatakan bahwa tujuan kerjasama tersebut adalah agar Puskesmas dapat menyediakan layanan ramah remaja. 

Tata juga menceritakan impian dan harapan terbesarnya dan teman-temannya adalah Tenggara Youth Community bisa menjadi sebuah lembaga yang resmi agar mereka bisa juga melakukan pendampingan ke teman-teman yang mengalami kekerasan seksual. Selain itu, Tata berharap agar suata saat nanti pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi ini bisa menjadi mata pelajaran atau setidaknya ekstra kurikuler di sekolah-sekolah dan kelompok remaja di gereja. 

 "Kami punya mimpi edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi ini bisa jadi salah satu ekskul di sekolah minimal. Walau gak bisa dijadikan mata pelajaran tapi setiap Sabtu temen-temen bisa akses itu. Atau misal Gereja kan punya kelompok remaja seperti sekolah minggu atau saat mereka kaderisasi, kami berharap ada isu-isu KSR yang bisa masuk ke situ.

Terus kami selalu punya gambaran, bentuknya segitiga ada anak, remaja, dan orangtua, pembimbing, pendamping, atau guru. Karena kami selalu percaya kalau isu itu hanya dikasih tahu pada anak atau remaja, tapi pemikiran guru dan orangtua gak berubah itu kasihan anaknya. Anak pulang dari sekolah terus cerita pelajarannya, tapi orangtua malah bilang itu tidak benar," jelas Tata dengan penuh semangat.

6. Berkat usaha dan perjuangannya di bidang kesehatan ini, Tenggara Youth Community mendapatkan penghargaan di tingkat nasional

Jalan Ninja Mariana Yunita Perjuangkan Edukasi Kesehatan Seksual Anak Mariana Yunita bersama Tenggara Youth Community melakukan edukasi ke Pulau Kera, NTT (Dok. Tenggara Youth Community)

Gerakan yang diprakarsai Tata dan teman-temannya di Tenggara Youth Community ini tentu saja butuh perjuangan yang luar biasa. Tak hanya sekadar mengajar dan memberikan edukasi, tapi mereka juga berani dan siap untuk mendobrak budaya konservatif dan patriarki yang dapat merugikan kehidupan anak-anak dan remaja di NTT. 

Kegiatan mulia yang dilakukan oleh Tata dan teman-temannya di Tenggara Youth Community ini ternyata telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan di tingkat nasional. Pada tahun 2020 lalu, Tata mendapatkan apresiasi di bidang kesehatan pada SATU Indonesia Award yang diselenggarakan oleh Astra Indonesia. 

Tata sendiri sebenarnya pernah mencoba untuk mengikuti program SATU Indonesia Award pada tahun 2018 silam, namun sayangnya ia belum bisa berhasil lolos hingga level nasional. Namun atas dukungan dan rekomendasi temannya, ia mencobanya kembali di tahun 2020 dan di luar dugaan ternyata dirinya mendapatkan penghargaan apresiasi dari Astra Indonesia. 

Tata mengaku tidak menyangka bisa mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Award ini, karena pada saat itu Indonesia baru saja dilanda pandemik COVID-19 sehingga banyak kegiatan Tenggara Youth Community yang tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka. 

"Kaget tiba-tiba ada yang kontak mau ada tim datang ke Kupang. Kami sebenarnya pada saat itu sempat hopeless, karena mereka meminta kalau bisa ada kegiatan dari Tenggara, tapi pada saat itu sedang pandemik. Kami bilang tidak bisa, kami juga tidak bisa memaksa teman-teman komunitas karena pada saat itu juga kasus COVID-19 sedang naik. Persiapan pun dilakukan seadanya dan proses wawancara sih saya lakukan semaksimal mungkin," cerita Tata.

Pada saat pengumuman pun Tata mengaku dia tidak menyangka dan dia tidak menyadari bahwa dirinya adalah salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Award. Dirinya baru menyadari ketika teman-temannya satu per satu memberikan selamat di grup Whatsapp.

Apresiasi SATU Indonesia Award ini pun sepenuhnya ia persembahkan untuk Tenggara Youth Community. Tata mengaku bahwa dia tak punya keinginan apapun kecuali agar Tenggara Youth Community dan juga usaha serta kegiatan-kegiatannya selama ini bisa dikenal lebih luas oleh masyarakat dan diketahui eksistensinya. 

Apa yang dilakukan oleh Tata dan kawan-kawannya di Tenggara Youth Community adalah sebuah perjuangan dan pergerakan yang berani sekaligus mulia. Lewat Tenggara Youth Community, Tata menjadi agent of change yang telah membuka akses kepada anak-anak dan remaja di NTT untuk mendapatkan hak akan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi. Kita bisa menengok kegiatan mereka melalui website resmi mereka di http://tenggarantt.org/ atau akun resmi Instagram mereka di @tenggarantt.

Perjuangan Tata dan Tenggara Youth Community masih panjang dan berliku, namun harapan dan mimpi itu sudah ada di depan mata. Tersenyumlah Indonesia, karena aksi inspiratif dari Tata dan teman-temannya tak lama lagi akan melahirkan semangat-semangat baru di dalam dada generasi penerus Indonesia. Mari perjuangkan bersama agar anak-anak dan remaja di Indonesia bisa mendapatkan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, karena Kita Satu Indonesia!

Baca Juga: Keputih Tegal Timur Baru, Hijau dan Asri berkat Program KBA

Ruth Christian Photo Verified Writer Ruth Christian

@ruthchristian

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya