reed diffuser 1963 dan parfum 1941 dari Rumah Atsiri (IDN Times/Adyaning Raras)
Wangi serai lembut dan kehangatan dari patchouli atau nilam bisa kamu temukan di dalam kabin pesawat lewat kolaborasi ini. Kampanye “Wangi Mengudara” menunjukkan komitmen terhadap nilai keberlanjutan yang digabungkan dengan inovasi sensorik khas Indonesia. Salah satu bentuk kolaborasinya, tersedia 1963 Reed Diffuser (50 ml) yang menebarkan aroma serai khas Rumah Atsiri serta 1941 Eau de Parfum (100 ml) yang memberikan kesegaran dengan wangi nilam yang membumi.
Kedua produk tersebut menunjukkan ciri khas Rumah Atsiri Indonesia yang lahir dari bangunan tahun 1963. Ada filosofi mengenai aroma patchouli yang khas dengan Indonesia. Natasha menyebut patchouli sebagai salah satu kandungan yang ada di parfum-parfum mahal dunia.
Lewat ceritanya saat mengunjungi pameran aroma di London, Natasha merasa kaget karena orang luar negeri sekalipun memberi klaim bahwa patchouli ditanam di Sumatera. Ia mengatakan bahwa kandungan ini paling bagus dari Aceh. Itu sebabnya, salah satu parfum yang ada di kabin adalah 1941 yang erat dengan nuansa kayu, tanah, mawar, melati, serta nilam (patchouli) sebagai bottom notes.
"Nah, kenapa 1941? Karena parfum itu mengandung patchouli yang khas banget sama Indonesia, dan sebenernya dipakai di seluruh dunia. Nah, 1941 sendiri itu adalah tahun pertama kali patchouli diekspor dari Indonesia," katanya.