seorang ibu yang sedang menimba air ke dalam jeriken (dok. Reza Riyady Pragita)
Uniknya, Reza tak langsung mengetahui soal masalah kebutuhan air bersih di Desa Ban. Dalam penuturannya, proyek awal yang direncanakan adalah rekonstruksi rumah-rumah yang terdampak erupsi. Namun, seiring dengan perjalanannya menyusuri Desa Ban, Reza menemukan fakta yang lebih pelik. Dalam satu waktu, ia menemukan dan memotret sosok seorang ibu yang sedang menimba air dan memasukkannya ke dalam jeriken satu demi satu.
“Yang mendasari project saya ini ingin saya kerjakan itu karena perempuan-perempuan Bali itu hebat banget, ya. Dimana mereka itu punya tugas yang cukup mulia selain untuk menjaga (dan) mendidik anak-anaknya, mereka juga menjaga stabilitas finansial keluarga dan belum lagi dikasih tugas yang cukup berat di Desa Ban, yaitu mereka kekurangan air,” cerita Reza saat mengenang foto dari sosok ibu yang menimba air tersebut.
“Kalau saya mau bilang (tentang cerita itu), ya, saya jadi sedih (dan) nangis karena ada kata-kata dari masyarakat di situ yang membuat saya cukup terharu. Mungkin kita berpikir bahwa orang itu mandi tiga kali sehari. Tapi, di sana (Desa Ban) itu jangankan 3 kali sehari, 3 hari sekali pun belum tentu (untuk bisa mandi).”
Ya, akses air bersih memang jadi masalah utama yang dihadapi masyarakat Desa Ban. Padahal kalau kita berkaca pada data BPS Provinsi Bali tentang persentase rumah tangga yang memiliki akses pada sumber air minum layak menurut kabupaten/kota di Bali per tahun 2023, tercatat kalau Kabupaten Karangasem sudah mencapai angka 100 persen. Kalau merujuk pada tahun dimana Reza memulai pengabdiannya saja, yakni pada 2019, dicatat kalau Kabupaten Karangasem sudah memberi akses pada sekitar 99,91 persen.
Angka tersebut jelas sangat menggelitik. Sebab, sebesar apa pun angka persentase yang dihasilkan, realitas di lapangan menunjukkan kalau masih ada saja komunitas masyarakat yang sulit memperoleh akses pada air.
“Mereka itu (masyarakat Desa Ban) tahu caranya cuci tangan. Mereka sering banget dapat edukasi (tentang) bagaimana cara mencuci tangan, bagaimana cara gosok gigi yang benar, segala macam. Mereka bukannya gak mau melakukan hal itu, bukan gak mau tahu, bukan bebal. Tapi, mereka gak punya akses buat air bersih, gitu loh,” kenang Reza.
Malahan, setelah melakukan pengamatan lebih lanjut, Reza juga menerima berita yang memilukan atas masalah ketersediaan air itu. Masyarakat Desa Ban harus membeli air bersih dengan harga yang sangat tinggi. Bayangkan saja, harga satu jeriken atau drum itu mencapai Rp100.000,- . Memang, lembaga pemerintah setempat turut menyalurkan bantuan air gratis, tetapi program itu sangat jarang terlaksana di Desa Ban.
Deretan fakta menyedihkan yang diterima Reza itu kemudian dirumuskan dalam satu program yang diberi nama SAUS yang merupakan akronim dari Sumber Air Untuk Sesama. Kehadiran program ini diharapkan mampu mewujudkan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dalam benak Reza, ketimbang harus melakukan bedah rumah yang mahal dan manfaatnya tidak bisa dirasakan semua orang, lebih baik membantu masyarakat Desa Ban untuk mengatasi masalah air yang sedang dialami.
Hebatnya, cara pandang Reza dalam merealisasikan program SAUS itu tidak memandang masyarakat Desa Ban sebagai objek yang sekadar menerima manfaat. Sebab, dirinya justru mengajak masyarakat untuk turut serta untuk memperoleh sumber airnya sendiri.
“Kita menggunakan pendekatan CAP (atau) Community As Partner, dimana masyarakat itu bukan sebagai objek penerima program kita. Tapi, masyarakat lah yang akan menyelesaikan masalah mereka sendiri.”
Setelah berkomunikasi intens dalam musyawarah masyarakat desa, akhirnya diperoleh kesepakatan kalau apa yang sebenarnya dibutuhkan Desa Ban adalah akses air yang memadai. Reza dan timnya menyanggupi ide untuk membuat bak penampungan air yang diletakkan dekat dengan desa. Sementara itu, masyarakat juga menunjukkan sumber air potensial yang dapat digunakan untuk mengisi bak tersebut nantinya. Dari situlah jalinan kerja sama Reza dan komunitasnya dengan masyarakat Desa Ban mulai terjalin sampai nantinya SAUS tercipta.