ilustrasi kebaya Bali (pexels.com/Titah Anamika)
Menurut situs resmi Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Kota Surakarta, awal penetapan Hari Kebaya Nasional berasal dari ide Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia. Lalu, ide tersebut disetujui oleh Kementerian Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Wacana tersebut kemudian dilanjutkan dengan diadakannya Rapat Koordinasi Pengusulan Hari Berkebaya Nasional pada Kamis (3/6/2021). Acara ini dihadiri juga oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Nyoman Shuida, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Femmy Eka Kartika Putri, Perwakilan Kemendikbud Ristek, Kemensetneg, pakar kebudayaan, serta perwakilan Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia.
Walau begitu, penetapannya tidak dilakukan secara langsung. Ada beberapa tahapan yang dilakukan, seperti kajian ilmiah dan penentuan pihak pemrakarsa. Kemudian, dalam prosesnya, muncul komunitas yang memiliki visi untuk memperkenalkan kebaya sebagai jati diri perempuan Indonesia (Yayasan Kebaya Warisan Indonesia atau Kebaya Foundation).
Misi dari komunitas ini adalah mendorong pemerintah agar menetapkan Hari Kebaya Nasional dan UNESCO untuk menetapkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia. Akhirnya, Tim Nasional bekerja sama dengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat untuk mengadakan Kirab Prajurit Keraton dan parade Kebaya Nusantara di Kota Solo pada hari Sabtu (04/06/2022). Momen ini dimanfaatkan untuk sosialisasi penggunaan kebaya sebagai warisan budaya Indonesia.
Penetapan Hari Kebaya Nasional pun akhirnya disetujui dan ditetapkan pada tahun 2023. Kemudian, Hari Kebaya Nasional pertama kali diperingati pada 2024.