Sedekah Buku Indonesia (instagram.com/sedekahbukuid)
Kini, Sedekah Buku Indonesia sudah menjangkau sekitar 176 titik yang mencakup Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Di dalam Sedekah Buku Indonesia, juga terdapat beberapa program-program atau community development yang sedang dikembangkan Ugha bersama para volunteer, seperti membangun perpustakaan.
“Kalau kita datang itu benar-benar kita bisa sambil bermain sama anak-anak. Jadi, kita ngadain games-games. Nah, seperjalanan ternyata volunteer-volunteer tuh punya ide-ide banyak, kayak pemeriksaan kesehatan gratis. Jadi, kita kolaborasi sama Volunteer Doctors. Atau, kita bikin kegiatan sama komunitas drone gitu ya. Jadi si anak-anak di daerah itu diajarin pegang kamera, terus mengoperasikan drone,” ceritanya.
Tak disangka apa yang dilakukannya seorang diri, justru makin banyak menggaet orang. Dari hanya berbagi buku, makin banyak hal yang bisa dibagikan kepada sesama. Bukan sekadar memberi buku, tetapi berbagi jendela mimpi, yang menjadi slogan dari SBI.
Rasa capek melakukan perjalanan jauh, terbayarkan ketika melihat respons anak-anak saat mendapatkan buku. Nyatanya, tidak semua anak memiliki privilese untuk merasakan nikmatnya belajar dan menjelajahi dunia melalui buku.
Ugha sempat menceritakan, “Kita nginep di rumah kepala desanya. Besoknya kita ngasih bukunya ke sekolah. Malemnya tuh anak datang ke rumah kepala desa minta buku sama bapaknya. Datang sama bapaknya pengen minta bukunya. Maksudnya dia tuh gak puas dengan buku dikasih ke sekolah karena berarti cuma bisa dibaca di sekolah gitu. Jadi, dia pulang, datang sama bapaknya, minta buku ke rumah kepala desanya.”
Pengalaman sederhana seperti ini membuatnya merasa ternyata buku bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Itu sebabnya, kebahagiaan dan kebaikan itu semakin besar dengan memberikan lebih, seperti mendongeng dan bermain musik bersama anak-anak.
“Aku pun jadinya bertumbuh juga gitu (selama hampir 10 tahun SBI berdiri) melihat sesuatu yang kayaknya ini kalau cuma bawa buku aja, sayang deh. Kebetulan juga background aku psikologi. Jadi, kayak kenapa kita gak bikin acara untuk masyarakatnya atau untuk anak-anaknya atau untuk pustakawannya? Jadi, udah mulai berkembangnya ke program-program gitu ya. Programnya. Ya, bisa bahasa sekarang mah community development gitu,” sambungnya.