Proses Daur Ulang di Singapura, Ubah Sampah Jadi Listrik

Cara yang tepat untuk mendaur ulang sampah

Singapura dikenal sebagai salah satu negara Asia Tenggara yang memiliki daratan yang tidak terlalu luas. Selain itu, Singapura juga sering dikaitkan sebagai negara yang memiliki tingkat kebersihan yang tinggi. Hal ini dikarenakan pengelolaan sampah yang sudah terorganisir dengan baik. Mulai dari pemisahan sampah hingga proses recycle semuanya sudah memiliki sistem yang diberlakukan secara efisien.

Bagaimana cara negara Singapura pengatur sistem pengelolaan ini? Tentunya selain pemerintah yang memberlakukan program, warga juga turut andil untuk tertib dan memisahkan sampah secara teratur. Hasil dari bersinerginya kedua elemen ini akan menjadikan negara yang sampahnya terkelola dengan baik. Apa saja proses pengelolaan yang mereka lakukan? Mari, kita bahas satu per satu!

1. Pemisahan sampah

Proses Daur Ulang di Singapura, Ubah Sampah Jadi Listrikilustrasi pemisahan tempat sampah (unsplash.com/Milan De Clercq)

Tempat sampah di Singapura terbagi atas dua, warna biru untuk sampah-sampah yang bisa di-recycle dan warna hijau untuk limbah rumah tangga. Pemerintah menghimbau warganya untuk selalu memisahkan kedua sampah ini.

Perhatikan bahwa tidak semua sampah bisa di-recycle, contohnya pring dan sedotan sekali pakai juga kotak makanan sterofoam bukan tergolong produk yang bisa didaur ulang. Tapi, botol plastik, plastik belanja atau kresek, dan plastik lain yang memiliki tanda biru segitiga, jenis inilah yang bisa didaur ulang. Selalu cuci terlebih dahulu barang tersebut agar tidak ada sisa zat lain di dalamnya.

2. Pengangkutan dan pembakaran sampah

Proses Daur Ulang di Singapura, Ubah Sampah Jadi Listrikilustrasi pembakaran sampah (unsplash.com/Elisabeth Arnold)
dm-player

Semua sampah dari industrial dan rumah tangga akan dibawa oleh kurang lebih 600 truk untuk selanjutnya dibawa ke tempat pengelolaan. Salah satu tempatnya yaitu Tuas South Incineration Plant yang merupakan tempat terbesar di Singapura. Setelah sampah-sampah tersebut dibawa oleh truk, selanjutnya akan ada derek yang memasukkan sampah ke dalam tempat pembakaran dengan suhu pembakaran 850-1000 derajat Celcius. 

Pada proses pembakaran, air akan berubah menjadi uap bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi untuk menjalankan turbin generator. Hal ini akan menghasilkan energi listrik yang 20%-nya akan digunakan secara internal dan sisanya akan diekspor ke jaringan nasional. Total dari listrik yang dihasilkan oleh empat tempat pengelolaan sampah termasuk Tuas South berkontribusi hingga 2-3% dari permintaan listrik negara.

3. Pembuangan abu

Proses Daur Ulang di Singapura, Ubah Sampah Jadi Listrikilustrasi pembuangan abu ke laguna (YouTube.com/CNBC International)

Proses pembakaran mengurangi volume sampah hingga 90% dari volume awal. Limbah yang tersisa akan berbentuk polutan dan abu. Polutan hasil pembakaran akan disaring terlebih dahulu baru nantinya dikeluarkan ke atmosfer untuk memastikan udara tetap bersih. Polutan ini dibuang melalui menara sepanjang 120 meter dan dipantau secara online dalam prosesnya.

Limbah lainnya yaitu abu akan dibuang untuk menghasilkan daratan bagi Singapura yaitu di Semakau. Abu ini sudah melalui proses penyaringan logam besi dengan alat yang memiliki magnet pemisah sehingga cukup aman dilepaskan di laguna (danau dangkal di dekat pantai). Mereka juga memastikan bahwa limbah tidak langsung mengenai air laut dan memasang alat khusus jika terjadi hujan agar air laguna tidak langsung tumpah ke laut.

Proses pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Singapura merupakan salah satu contoh yang baik untuk dilakukan di Indonesia. Permasalahan sampah kita setidaknya sedikit lebih berkurang jika kita mengubah sampah menjadi listrik yang dapat digunakan untuk masyarakat dan negara. Sayangnya, teknologi dan kepatuhan masyarakat belum sampai pada tahap ini. Semoga selanjutnya Indonesia bisa mengatasi masalah sampah yang belum terkelola dengan baik!

Baca Juga: 5 Hal Mengenai Biopori, Solusi Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Shafira Photo Verified Writer Shafira

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya