Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel Netra

Dengan mendengar, kita semua bisa belajar

Apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar kata audiobook? Jika buku selama ini identik dengan sesuatu yang dibaca, lain halnya dengan audiobook. Audiobook berarti rekaman teks buku atau bahan tertulis lainnya yang dibacakan oleh seorang atau sekelompok orang penyuara.

Kelebihan audiobook sendiri adalah, kamu tak perlu repot-repot membaca dan membolak-balik halaman buku. Karena yang kamu butuhkan hanya perangkat audio dan memainkannya, mendengarkan apa yang penyuara katakan hingga selesai. Dari sekian banyak buku yang sudah diterbitkan dalam versi audiobook, muncullah Difalitera.

1. Difalitera adalah perwujudan niat untuk menghadirkan sastra bagi teman-teman difabel netra meskipun tidak menutup untuk publik

Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel NetraIDN Times/Difalitera

Semua berawal dari kebiasaan Indah Darmastuti, founder Difalitera, yang sering menghabiskan waktu bersama teman-teman difabelnya sejak SD. Karena rumahnya tak jauh dari asrama sekolah difabel netra, pernah beberapa kali ia membacakan buku cerita untuk teman-temannya.

Sejak saat itu, ia tumbuh dengan keyakinan bahwa informasi, ilmu pengetahuan, dan kesempatan untuk berkarya adalah hak setiap orang, termasuk para difabel netra. Bermula pada suatu hari ketika komunitas sastra tempatnya bergabung membuat acara kerja sama dengan Solopos FM, ia mengundang dua narasumber.

Satu orang difabel netra (Agatha) , satu orang difabel rungu-wicara (Bima). Di situ Agatha mengungkap bahwa akses untuk menikmati sastra terbatas untuk mereka. Memang ada e-book, tetapi itu disuarakan mesin sehingga monoton.

Dari situ ia mulai berpikir, bagaimana cara membantu mengatasi kesulitan yang dialami teman-teman difabelnya. Kemudian terbentuklah Difalitera.

2. Bermula dari keinginan untuk memenuhi hak-hak para sahabat difabel netra atas akses ilmu pengetahuan utamanya sastra, maka Difalitera terbentuk pada Mei 2018

Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel NetraIDN Times/Difalitera

Indah mengaku menyiapkan sastra suara selama enam bulan. Mulai dari mengumpulkan karya, latihan membaca hingga perekaman, kemudian editing dan mengisinya dengan ilustrasi musik.

Ketika sastra suara sudah terkumpul 50 puisi dan 30 cerpen dari karya penulis Indonesia, Indah dan tim meluncurkan web pada 10 November 2018 di Asrama Difabel netra tempatnya bermain ketika di masa kecil atas dukungan Media Cipta Ekspresi & kolaborasi dengan Guyub Bocah.

Difalitera kemudian menjadi media alternatif untuk mengenalkan sastra Indonesia kepada khalayak melalui audio yang bisa diunduh secara gratis dan terbuka oleh ruang diskusi demi perkembangan dan apresiasi bagi para pembelajar dan penikmat sastra.

Baca Juga: 5 Kisah Inspiratif Angkie Yudistia Sebagai Pejuang Kaum Difabel

3. Keterbatasan waktu dan tenaga membuat Indah harus benar-benar menaruh fokus pada setiap karya Difalitera

Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel NetraIDN Times/Difalitera

Karena masih bekerja penuh waktu di sebuah perusahaan batik Solo, Indah harus pintar-pintar mengatur waktu untuk Difalitera. Jika akhir pekan, ia menyempatkan waktunya untuk mengecek naskah masuk, koordinasi dengan tim narator, ilustrator dan admin media sosial yang mengurus perkembangan di situs Difalitera sendiri.

dm-player

Proses perekaman dan pembacaan karya ia lakukan secara berkala. Hebatnya, ia juga masih sempat mengurus proyek pribadinya sendiri seperti menulis artikel atau cerpen.

Menurut Indah, tahap paling berat adalah ketika karya berada pada tahap proses editing dan ilustrasi musik. Jika mencari karya atau merekamnya, proses tersebut dirasa sangat mudah. Namun untuk menghadirkannya dalam bentuk audio siap dengar itu proses yang paling berat.

Karena semua anggota Difalitera berbasis sukarelawan, Indah mengaku tak bisa memberi target selain ke dirinya sendiri dan mau tak mau harus menyesuaikan waktu dengan para kreator untuk menggarapnya. Sebab hal itu membutuhkan keahlian.

Jumlah sukarelawan yang mengurus Difalitera Indah mengaku tak menghitung secara pasti, namun saat ini tim inti ada empat orang. Indah sebagai koordinator, satu orang sebagai admin situs web dan media sosial, dan dua orang sebagai editor dan ilustrator musik. Saat ini Indah juga masih membuka kesempatan untuk para penikmat sastra agar mau bergabung dengan Difalitera.

4. Bak gayung bersambut, karya Difalitera begitu dinikmati pada pecinta sastra dari kawan Difabel Netra

Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel NetraIDN Times/Difalitera

Teman-teman difabel netra dan para penikmat sastra secara umum menyambut baik karena situs yang dibuat sangat mudah diakses dan audiobook yang ada bisa diunduh secara gratis oleh para teman difabel netra. Saat ini Difalitera juga sedang mempersiapkan aplikasi agar lebih mudah diakses dan mendapat sorotan lebih besar. Tak hanya itu, para teman difabel netra yang mendengarkan audiobook Difalitera ini juga ada yang berniat untuk berkontribusi dengan mengirimkan karya mereka.

Hingga kini, sebanyak lebih dari 150 audiobook sudah tercipta dan bisa dinikmati di situs difalitera.org. Mulai dari cerpen, puisi, cerita anak-anak, cerita bahasa Jawa, pelajaran berbahasa Inggris dan dongeng bisa dinikmati di situs difalitera.org.

Tak hanya teman-teman difabel, namun secara umum publik (penyuka sastra khususnya) juga turut menikmati dan mengakses audiobook milik Difalitera secara rutin. Jadi seperti gayung bersambut, niat baik dan tulus Indah tak sia-sia dan mulai membuahkan hasil.

5. Tak hanya terbatas pada sastra Indonesia, kini Difalitera juga mulai merambah pelajaran bahasa Inggris

Difalitera: Audiobook Sastra Indonesia untuk Komunitas Difabel NetraIDN Times/Difalitera

Atas permintaan teman-teman difabel netra, Difalitera meluncurkan audiobook berisi pelajaran Bahasa Inggris dari awal. Pengejaan dengan lafal bahasa Inggris pun kadang menjadi kendala, sehingga Difalitera membuat modifikasi dalam audiobook bahasa Inggris mereka. Pengejaan dalam audiobook pun dibuat dengan pelafalan bahasa Indonesia agar teman-teman difabel netra lebih memahami apa yang dipelajari.

Menurut Indah, semua karya yang lahir dari Difalitera itu spesial dan berkesan. Tiap karya memiliki ciri khas dan daya tariknya sendiri. Namun yang memang membutuhkan konsentrasi khusus adalah English Lesson itu sendiri karena merupakan pelajaran bahasa Inggris yang dikemas dalam format cerita audiobook. Jadi kontributor mau tak mau juga harus belajar membuat cerita mini yang kosakatanya dilengkapi bahasa Inggris yang sesuai dengan tema.

Harapannya, situs difalitera.org bisa menjadi ajang untuk belajar, berkarya dan berbagi. Siapa pun yang menganggap sastra atau literasi itu penting, sudah seharusnya peduli dengan hak-hak para teman difabel yang seringkali terabaikan. Dengan banyak berbagi, kita akan terberi, dengan banyak mendengar kita juga akan belajar.

Banyak-banyak membaca adalah salah satu pedoman Indah dalam memperkaya ilmunya di bidang sastra dan literasi. Seperti tujuan awal, Indah ingin agar Difalitera bisa mendatangkan manfaat bagi sesama dan menempa para pekerjanya menjadi manusia yang benar-benar manusia.

Mau tahu lebih lanjut tentang Difalitera? Jangan lupa untuk datang ke Indonesia Writers Festival tanggal 6-7 September 2019 yang akan dilaksanakan di Universitas Multimedia Nusantara

Baca Juga: Perajin Difabel Jadi Cerita di Balik Jahitan Batik Kultur

Ice Juice Photo Verified Writer Ice Juice

A dyslexic peculiar organism capable of turning caffeine into words.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya