ilustrasi belajar (IDN Times/Rizka Yulita)
Toleransi tidak bisa tumbuh tanpa pengetahuan. Karena itu, penting untuk terus belajar, baik lewat membaca literatur, mengikuti seminar, atau sekadar berdiskusi tentang keberagaman. Pemahaman yang lebih dalam akan mengurangi prasangka dan membuka jalan menuju hubungan yang lebih harmonis.
Pendidikan tentang toleransi juga bisa datang dari pengalaman langsung. Mengikuti kegiatan lintas agama, menghadiri perayaan budaya, atau bahkan sekadar berinteraksi dengan orang dari latar belakang berbeda akan memperluas wawasan. Dengan begitu, kita tidak mudah terprovokasi oleh isu menyesatkan atau narasi yang mengadu domba.
Contoh nyata toleransi sudah ada di sekitar kita. Di Karanganyar, tiga rumah ibadah—masjid, gereja, dan pura—berdiri berdampingan dengan damai. Di Jakarta, Gereja Katedral rela menyesuaikan jadwal misa agar area parkir bisa dipakai umat Muslim yang salat di Masjid Istiqlal. Kota Singkawang, Bekasi, dan Salatiga pun berhasil meraih predikat kota paling toleran di Indonesia.
Artinya, toleransi bukanlah sesuatu yang mustahil. Ia bisa diwujudkan lewat hal-hal kecil: berbicara sopan, menghargai perbedaan, membantu sesama, hingga belajar tentang keberagaman. Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri. Karena dengan sikap sederhana tapi konsisten, kita ikut berkontribusi mewujudkan Indonesia yang damai, rukun, dan penuh harmoni.
Sumber:
Barjah. (2024). Kemenag. Indeks Kerukunan Umat Beragama 2024 Naik Jadi 76,47.
SETARA Institute. (2025). INDEKS KOTA TOLERAN TAHUN 2024.
Tim Member Hindu. (2023). Kemenag. Toleransi Beragama.
Masrukhin, A. (2022). BINUS. Membangun Sikap Toleransi.
Dhohiah, D. (2021). Kemenag BDK Jakarta. Toleransi di Kalangan Generasi Milenial.