Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi teman marah (pexels.com/Liza Summer)
ilustrasi teman marah (pexels.com/Liza Summer)

Intinya sih...

  • Batasan diri yang terlalu ketat membuatmu terlihat egois dan tidak peduli pada orang lain.

  • Kepercayaan dalam hubungan bisa terkikis karena batasan yang membuat hubungan terasa berat sebelah.

  • Batasan diri yang kaku menghambat kedekatan emosional dan menyuburkan rasa kesepian.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kamu pasti sering dengar kalau batasan diri itu penting untuk menjaga kesehatan mental. Bahkan banyak ahli kepribadian menekankan bahwa batasan bisa melindungimu dari toxic relationship dan bikin hidup terasa lebih tenang. Memang benar, tapi masalahnya ada sebagian orang yang jadi terlalu kaku dalam menerapkan batasan hingga akhirnya malah merusak hubungan sosial mereka sendiri.

Batasan diri idealnya memang dibuat untuk menjaga keseimbangan. Namun kalau batasan itu jadi tembok tinggi yang memisahkanmu dari orang lain, dampaknya bisa bikin hubungan dengan teman, pasangan, bahkan keluarga jadi renggang.

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Cognitive Science, dijelaskan bahwa harapan sosial manusia sangat dipengaruhi oleh prinsip timbal balik. Artinya, kalau batasan membuatmu terlalu fokus pada diri sendiri, maka rasa percaya dan keintiman dalam hubungan bisa terkikis.

Supaya lebih jelas, berikut tujuh sisi gelap dari batasan diri yang justru bisa merusak hubungan sosial.

1. Membuatmu terlihat egois

ilustrasi egois (freepik.com/wayhomestudio)

Saat terlalu ketat menegakkan batasan, kamu bisa dianggap orang lain hanya peduli pada diri sendiri. Mungkin tujuanmu sebenarnya untuk menjaga ketenangan, tapi di mata orang lain sikap itu tampak dingin dan egois. Lama-lama orang terdekat bisa merasa kamu gak menghargai usaha atau kebaikan mereka.

2. Menurunkan rasa percaya dari orang lain

ilustrasi ekspresi sebal (pexels.com/cottonbro studio)

Kepercayaan dalam hubungan tumbuh dari rasa saling memberi dan menerima. Kalau kamu selalu menjawab dengan “itu gak cocok buatku” atau “aku gak bisa bantu,” orang lain bisa merasa enggan lagi untuk mendekat.

Menurut penelitian di Cognitive Science, kepercayaan lebih dibentuk oleh timbal balik daripada sekadar norma sosial. Jadi, kalau batasanmu membuat hubungan jadi berat sebelah, rasa percaya pun ikut hilang.

3. Menghambat kedekatan emosional

ilustrasi komunikasi dengan rekan kerja (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Hubungan yang sehat butuh keintiman emosional. Tapi kalau kamu selalu menjaga jarak dengan alasan batasan diri, momen untuk saling terbuka bisa berkurang. Akibatnya, kamu mungkin kehilangan kesempatan membangun kedekatan yang sebenarnya kamu butuhkan.

4. Menyuburkan rasa kesepian

ilustrasi kesepian (pexels.com/Stefan Stefancik)

Terlalu fokus melindungi diri bisa membuatmu menarik diri dari banyak interaksi sosial. Menurut penelitian dalam Personality and Social Psychology Bulletin, kesepian justru dapat meningkatkan sifat terlalu melindungi diri dan egois. Jadi, siklusnya berulang: semakin kesepian, semakin kaku batasanmu, dan semakin sulit pula menjalin hubungan hangat.

5. Membuat orang lain segan untuk meminta bantuan

ilustrasi perasaan ragu (freepik.com/krakenimages.com)

Dalam pertemanan atau keluarga, memberi dan menerima bantuan adalah hal wajar. Namun kalau kamu terlalu sering bersembunyi di balik batasan, orang lain jadi takut dianggap merepotkan. Akhirnya, mereka memilih menjauh dan tidak lagi melibatkanmu dalam hal-hal penting.

6. Mengurangi fleksibilitas dalam hubungan

ilustrasi ekspresi sebal (freepik.com/tirachardz)

Hubungan sosial gak selalu bisa berjalan sesuai aturanmu. Adakalanya kamu perlu berkompromi untuk menjaga keharmonisan.

Kalau kamu selalu kaku dengan batasan, hubungan bisa terasa kering dan kaku juga. Dalam jangka panjang, fleksibilitas justru jauh lebih dibutuhkan dibanding sekadar mempertahankan garis tegas batasan.

7. Menimbulkan rasa sakit hati dan salah paham

ilustrasi konflik teman (pexels.com/Liza Summer)

Sering kali orang tidak benar-benar memahami kenapa kamu menolak atau membatasi sesuatu. Dari sisi mereka, batasanmu bisa terasa seperti penolakan pribadi. Hal itu bisa menimbulkan salah paham, sakit hati, bahkan retaknya hubungan yang sudah lama dibangun.

Batasan diri memang penting, tapi bukan berarti harus jadi tembok tinggi yang menghalangi hubungan dengan orang lain. Kalau kamu terlalu kaku, batasan itu bisa berubah menjadi bumerang yang bikin hubungan terasa dingin, penuh salah paham, bahkan berakhir putus.

Ingat, batasan terbaik adalah yang bisa melindungi diri tanpa merusak koneksi dengan orang lain. Jadi sebelum menegakkan batasan, ada baiknya kamu bertanya pada diri sendiri: apakah ini demi kedamaian jangka panjang atau sekadar demi kenyamanan sesaat?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team