Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sisi Gelap Merantau di Luar Negeri yang Perlu Kamu Tahu

ilustrasi dilema identitas (unsplash.com/Nadine E)
Intinya sih...
  • Perantau seringkali terperangkap dalam pekerjaan dengan upah rendah dan jam kerja berlebihan, tanpa perlindungan hukum yang memadai.
  • Tabungan sulit terkumpul karena biaya hidup tinggi, menyebabkan tekanan finansial yang terus menghantui dan sulit mengirim uang ke kampung halaman.
  • Beradaptasi dengan budaya asing dapat menyebabkan konflik identitas dan tekanan emosional, ditambah kurangnya akses ke layanan kesehatan yang memadai.

Merantau ke luar negeri kerapkali dianggap sebagai jalan menuju kehidupan yang lebih baik, banyak kesempatan dan pengalaman baru. Akan tetapi, di balik cerita sukses yang sering dibagikan, terdapat sisi gelap yang jarang mendapatkan sorotan.

Tidak sedikit perantau yang menghadapi beragam tantangan yang tidak ringan, baik secara mental, fisik, maupun emosional. Realita hidup di negeri orang tak selalu seindah yang dibayangkan, terlebih saat harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang serba asing. Berikut ini sisi gelap merantau di luar negeri yang perlu diketahui. 

1. Eksploitasi tenaga kerja

ilustrasi pria yang bekerja (unsplash.com/LinkedIn Sales Solutions)

Perantau terperangkap dalam pekerjaan dengan upah rendah dan jam kerja berlebihan. Mereka kerapkali tak memperoleh perlindungan hukum yang memadai.

Status visa yang tak tetap menjadikan mereka rentan dieksploitasi. Majikan bisa saja menyalahgunakan keadaan ini dengan menekan atau mengancam. Sayangnya, banyak yang takut melapor karena takut akan dideportasi.

2. Biaya hidup yang tinggi

ilustrasi uang (unsplash.com/micheile henderson)

Tinggal di negara maju umumnya membutuhkan biaya hidup yang sangat tinggi. Banyak perantau yang harus bekerja lebih dari satu pekerjaan untuk bertahan hidup.

Tabungan pun sulit terkumpul, terutama mengirim uang ke kampung halaman. Keadaan ini kerapkali bertolak belakang dengan harapan keluarga di rumah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan finansial terus menghantui.

3. Tekanan budaya dan identitas diri

ilustrasi dilema identitas (unsplash.com/Nadine E)

Beradaptasi dengan budaya asing kerapkali menyebabkan konflik identitas. Perantau dihadapkan pada pilihan antara mempertahankan budaya asal atau menyesuaikan diri.

Selain itu, tekanan dari lingkungan dapat mengakibatkan mereka merasa kehilangan jati diri. Anak-anak perantau bahkan dapat terjebak antara dua dunia yang berbeda. Proses tersebut bisa sangat menguras emosi dan energi.

4. Kesulitan akses layanan kesehatan

ilustrasi obat-obatan dan alat kesehatan (unsplash.com/Julia Zyablova)

Tak semua perantau mempunyai asuransi atau akses ke layanan kesehatan yang memadai. Biaya pengobatan di negara tertentu bisa sangat mahal.

Tidak sedikit orang yang menunda berobat karena tak mampu membayar. Hal tersebut dapat menyebabkan penyakit ringan menjadi parah. Keadaan ini sangat membahayakan bila terjadi darurat.

5. Tuntutan keluarga di tanah air

ilustrasi family game (unsplash.com/National Cancer Institute)

Banyak perantau dibebani harapan tinggi dari keluarga di kampung halaman. Mereka dipandang “sukses” hanya karena tinggal di luar negeri.

Padahal kenyataannya tak selalu begitu. Tuntutan untuk selalu mengirim uang atau membiayai keluarga dapat menjadi beban besar. Tekanan tersebut dapat mengakibatkan stres berkepanjangan.

Merantau ke luar negeri kerapkali terlihat menjanjikan, tapi pada kenyataannya penuh dengan tantangan yang tersembunyi. Dengan begitu, kamu perlu melakukan banyak pertimbangan sebelum melakukannya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us