Self-improvement sering dianggap sebagai langkah positif untuk hidup yang lebih terarah dan penuh makna. Banyak orang merasa bahwa memperbaiki diri adalah tanda kedewasaan, semangat belajar, sekaligus bukti bahwa mereka punya visi besar untuk masa depan. Di balik manfaatnya, proses ini juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih sehat, menguatkan motivasi, serta membantu seseorang memahami potensi dirinya. Gak heran kalau tema pengembangan diri selalu jadi pembicaraan menarik di media sosial maupun buku-buku populer.
Namun, gak semua yang tampak positif selalu bebas risiko. Self-improvement ternyata punya sisi gelap yang jarang dibicarakan, dan justru bisa menggerogoti kondisi psikologis secara perlahan. Obsesi berlebihan terhadap versi terbaik diri kadang mendorong seseorang masuk ke jebakan perbandingan, standar tidak realistis, bahkan rasa bersalah yang berlebihan.
Alih-alih memberi ketenangan, hal ini malah menciptakan tekanan mental baru. Inilah beberapa sisi lain self-improvement yang sebaiknya diwaspadai agar proses pengembangan diri tetap sehat dan manusiawi.