Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Spoon Theory (unsplash.com/louishansel)
Spoon Theory (unsplash.com/louishansel)

Setiap manusia membutuhkan energi untuk bisa beraktivitas. Energi ini bisa berbeda-beda setiap orangnya, bahkan setiap waktunya. Ada kalanya kamu merasa banyak energi untuk melakukan banyak aktivitas, namun ada juga waktu dimana kamu benar-benar merasa seperti kehilangan energi.

Kasus lainnya, kamu mungkin sangat bersemangat di awal hari, namun belum usai hari, energi kita sudah terlanjur habis. Alhasil, kegiatan di akhir waktu gak sanggup kamu lewati. Bisa jadi kamu terlalu memaksakan diri, sehingga berujung dengan terkapar sakit karena kelelahan. Sebenarnya, dengan mengerti kapasitas energi kita di awal hari, kita bisa mengatur alokasi energi kita dalam sehari tersebut. Kamu mungkin bisa menerapkan spoon theory atau teori sendok. Apa itu?

1. Mengenal spoon theory atau teori sendok

Spoon Theory (unsplash.com/nci)

Ketika berbicara mengenai energi, mungkin terdengar sangat abtrak. Maka untuk lebih memudahkan, dijadikanlah sendok sebagai analogi yang dapat dilihat dan disentuh untuk merepresentasikan energi. Anggapannya satu sendok adalah satu energi. 

Teori ini dikembangkan oleh seorang blogger penderita penyakit kronis dimana dirinya  menjelaskan bagaimana rasanya hidup dengan disabilitas jangka panjang, dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari. Eric K. Fanaee, seorang ahli anestesi bersertifikat dengan sertifikasi subspesialisasi dalam Pengobatan Nyeri menjelaskan dalam website pribadinya,

"Teori sendok menjelaskan bahwa orang yang hidup dengan penyakit kronis, nyeri kronis, dan disabilitas memiliki sumber energi yang terbatas dan juga mengeluarkan lebih banyak energi untuk tugas sehari-hari dibandingkan orang tanpa penyakit dan disabilitas."

2. Setiap sendok, merepresentasikan jumlah energi

Setiap sendok, merepresentasikan jumlah energi (unsplash.com/enioku)

Setiap sendok akan merepresetasikan seberapa banyak energi yang perlu dikeluarkan atau digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas. Semakin banyak kamu beraktivitas, semakin banyak sendok yang berkurang. Bagi orang yang memiliki kondisi fisik atau sakit kronis maupun disabilitas, tentu jumlah 'sendok' yang dimiliki semakin sedikit. Hal ini membuat mereka harus lebih selektif dalam menggunakan sendok mereka. 

Pernahkah kamu bertanya bagaimana bisa seseorang yang sedang sedih maupun depresi, merasa sangat gak bertenaga untuk melakukan aktivitas, bahkan yang ringan seperti bangun dari tempat tidur? Seperti penjelasan di awal bahwa setiap orang memiliki energi yang berbeda, begitupun dengan mempersepsikan itu adalah kegiatan yang ringan atau berat. Mark Travers, seorang psikolog Amerika menyampaikan di website Psychology Today, 

"Bagi banyak orang, tugas-tugas ini dapat dilakukan sesuai dengan jumlah sendok harian mereka. Mereka dapat dengan mudah pergi bekerja, menjalankan tugas, bertemu teman, dan masih memiliki sisa energi untuk hobi atau aktivitas lainnya. Namun, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, atau kondisi kesehatan mental akan bangun dengan jumlah sendok yang lebih sedikit. Bagi mereka, tugas-tugas sederhana seperti berpakaian, membuat sarapan, atau mandi bisa jadi mahal; atau memerlukan lebih banyak sendok"

3. Perlunya prioritas dalam menyalurkan energi yang terbatas

Perlunya prioritas (unsplash.com/glenncarstenspeters)

Dengan mengetahui bahwa jumlah sendok yang dimiliki sangat terbatas, maka mereka harus lebih selektif dalam menggunakan 'sendok' mereka. Menggunakan yang dimaksudkan adalah dengan mengatur dan menyusun kegiatan penting dalam sehari-hari mereka menjadi yang teratas. Contohnya mungkin mereka akan memprioritaskan energi untuk menyelesaikan tugas-tugas penting di kantor ataupun kuliah, daripada untuk hangout ke mall.

Kamu pada awalnya mungkin merasa bahwa orang-orang dengan kondisi ini kurang motivasi untuk berkegiatan. Teori ini pada akhirnya menjelaskan bahwa mereka bukanlah malas, namun karena sumber energi mereka yang terbatas. Dengan lebih sedikitnya jumlah sendok yang mereka miliki, hal ini menuntut mereka untuk lebih bijak dalam menggunakannya.

"Mereka mungkin perlu merencanakan istirahat dan mengatur kecepatan untuk menghindari kehabisan sendok terlalu dini. Jika sendoknya habis, mereka mungkin tidak punya tenaga untuk melakukan hal lain" tambah Mark Travers dalam website Psychology Today.

4. Manfaat lain dari teori sendok

Manfaat teori sendok (unsplash.com/josuemichelphotography)

Manfaat dari teori ini bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki penyakit fisik kronis yang menahun ataupun disabilitas. April Morris, seorang terapis rawat jalan untuk remaja dan dewasa berusia 16 tahun ke atas, mengatakan dalam website dakota family services,

"Saya benar-benar memikirkan teori ini, dan banyak orang berkomentar tentang bagaimana hal ini dapat sangat membantu, pertama, membuat rencana ke depan dan bersikap realistis dengan ekspektasi terhadap diri sendiri, tergantung pada apa yang anda coba atasi untuk suatu penyakit."

Dari penjelasan di atas, ternyata teori ini juga bermanfaat bagi mereka yang gak ada permasalahan dalam kesehatan fisik maupun mental. Salah satunya adalah membuat kita gak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Morris juga menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan jumlah sendok setiap orang akan berbeda, bahkan di setiap pagi, berdasarkan energi awalnya.

Itu dia penjelasan mengenai teori sendok. Menarik, ya? Bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya gak overspend energi!

Editorial Team