5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulis

Bisa mulai dikurangi untuk memperbaiki diri

Era digital seperti pisau bermata dua untuk penulis. Di satu sisi, era ini membuka kesempatan lebih lebar untuk penulis dalam memublikasikan karya mereka. Penulis juga mendapat lebih banyak inspirasi untuk bahan tulisan.

Akan tetapi, era digital juga hadir dengan kebiasaan baru yang sebelumnya tidak pernah ada. Kebiasaan tersebut kerap justru menjadi alasan kemunduran seorang penulis. Jika penulis merasa sudah terpengaruh dengan lima kebiasaan ini, baiknya mulai dikurangi.

Baca Juga: 5 Alasan untuk Terus Mengembangkan Gaya Penulisan sebagai Penulis

1. Budaya membaca kurang kuat

5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulisilustrasi budaya membaca (pexels.com/Min An)

Tulisan yang bagus dihasilkan dari cadangan ilmu dan hal ini bisa diperoleh dari kebiasaan membaca. Sebelum era digital, penulis perlu membaca ratusan buku dan jurnal untuk memperoleh informasi yang sesuai. Proses ini jelas membutuhkan waktu yang lebih lama.

Namun, kebiasaan membaca ratusan buku juga membuat penulis memiliki ilmu yang begitu kaya. Kebiasaan membaca tersebut mulai berkurang dengan masuknya dunia digital. Mengandalkan bahan bacaan dari internet tidak bisa dianggap cukup karena ilmu yang ada biasanya sudah disederhanakan.

2. Kebiasaan yang serbainstan

5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulisilustrasi kebiasaan instan (pexels.com/Castorly Stock)

Baik penulis dan pembaca, keduanya sama-sama terpengaruh kebiasaan yang mengharapkan informasi serbainstan ini. Pembaca ingin tulisan yang singkat, meski untuk permasalahan yang kompleks. Penulis pun mau tidak mau harus menghasilkan tulisan sesuai target pasarnya.

Informasi yang terlalu singkat berpengaruh ke pola pikir pembaca. Pemikiran kritis para pembaca jadi berkurang dan mereka merasa mudah puas dengan informasi singkat. Kemampuan berpikir kebanyakan orang pun jadi tidak berkembang dengan adanya situasi ini.

3. Kurang bisa mendalami satu ilmu

5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulisilustrasi orang yang mendalami satu ilmu (pexels.com/Roberto Hund)

Penulis sekarang dituntut untuk menguasai berbagai hal sekaligus. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang buruk, karena beberapa ilmu bisa membantu pengetahuan di bidang lainnya. Hanya saja, kehidupan serbacepat di era digital tidak memungkinkan penulis untuk mengetahui banyak hal secara mendalam.

Ilmu yang dimiliki penulis cenderung baru menyentuh permukaan saja. Apalagi, tema yang ramai dibicarakan di dunia digital biasanya mudah sekali berganti. Penulis jadi tidak lagi memiliki waktu untuk mendalami sebuah informasi. Kondisi ini berbahaya, karena masalah yang sama bisa berulang di masa depan, tetapi penulis tetap memiliki tingkat pengetahuan yang sama.

Baca Juga: 6 Alasan jadi Penulis Berkualitas Kamu Wajib Suka Membaca

4. Terlalu fokus ke tren, bukan kemampuan menulis

5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulisilustrasi kebiasaan di era digital (pexels.com/Karolina Grabrowska)

Saat ini, beberapa tips mengenai menulis dimulai dengan membaca tren terlebih dahulu. Kegiatan pertama penulis pada pagi hari lebih sering dihabiskan dengan membaca tren. Di luar waktu tersebut, penulis juga dituntut untuk bisa membaca tren dari peristiwa yang akan datang.

Hal ini sebenarnya tidak tergolong buruk, tetapi penulis jadi jarang ditekan untuk memperbaiki kemampuan teknis mereka. Pembaca akhirnya mendapat tulisan yang sesuai dengan topik yang sedang hangat. Akan tetapi, kualitas tulisan sering tidak bisa diandalkan karena lebih mementingkan kecepatan.

5. Kurangnya kemampuan memilah informasi

5 Kebiasaan di Era Digital yang Bisa Berpengaruh Buruk ke Penulisilustrasi memilah infomasi (pexels.com/George Dolgikh)

Informasi sangat mudah tersebar di era digital seperti sekarang ini. Setiap orang dengan gawai dan akses internet bisa menyebarkan informasi. Akibatnya, tidak semua informasi yang tersebar tergolong akurat dan bisa dipertanggungjawabkan ke sumber asli.

Penulis sering dituntut untuk menulis cepat dan mengabaikan proses peninjauan ulang informasi. Kemampuan mereka memilah infomasi yang tepat pun jadi berkurang karena tidak adanya proses ini. Tulisan yang dihasilkan jadi tidak sebaik saat akurasi informasi masih menjadi hal yang diutamakan dalam sebuah karya.

Tulisan yang baik tidak hanya dihasilkan oleh kemampuan merangkai kata. Beradaptasi untuk tetap menjaga kebiasaan baik di tengah perubahan juga memengaruhi perkembangan karier penulis.

Baca Juga: 5 Cara Atasi Burnout bagi Penulis di Era Digital, Variasikan Konten!

Sri Mulyati Photo Verified Writer Sri Mulyati

A passenger, preferably on window seat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya