Surat Al-A'raf Ayat 145-156 Arab: Arti, Kandungan, dan Keutamaan

Surat Al-A'raf merupakan golongan surat Makkiyah dan termasuk dalam tujuh surat terpanjang dalam Al-Qur'an atau assab 'uththiwaal. Surat sepanjang 206 ayat ini pun menjadi bagian dari juz 8 dan juz 9.
Memiliki arti "Tempat Tertinggi" yang merujuk pada sebuah tempat yang menjadi perbatasan antara surga dan neraka. Lebih lanjut, inilah bacaan surat Al-A'raf ayat 145–156 beserta arti, kandungan, dan keutamaannya.
1. Surat Al-A'raf ayat 145–156 beserta artinya

Merupakan surat ke-7 dalam Al-Qur'an, berikut bacaan surat Al-A'raf ayat 145–156 dengan arab, lafaz, dan artinya
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
Bismillahirrahmannirrahiim.
Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ayat 145
وَكَتَبْنَا لَهٗ فِى الْاَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَّتَفْصِيْلًا لِّكُلِّ شَيْءٍۚ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَّأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوْا بِاَحْسَنِهَا ۗسَاُورِيْكُمْ دَارَ الْفٰسِقِيْنَ
Wa katabnā lahụ fil-alwāḥi ming kulli syai`im mau'iẓataw wa tafṣīlal likulli syaī`, fa khuż-hā biquwwatiw wa`mur qaumaka ya`khużụ bi`aḥsanihā, sa`urīkum dāral-fāsiqīn.
Artinya: Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada lauh-lauh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan untuk segala hal, maka (Kami berfirman), “Berpegangteguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepadanya dengan sebaik-baiknya, Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang fasik.”
Ayat 146
سَاَصْرِفُ عَنْ اٰيٰتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ وَاِنْ يَّرَوْا كُلَّ اٰيَةٍ لَّا يُؤْمِنُوْا بِهَاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۚ وَاِنْ يَّرَوْا سَبِيْلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلًاۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوْا عَنْهَا غٰفِلِيْنَ
Sa aṣrifu 'an āyātiyallażīna yatakabbarụna fil-arḍi bigairil-ḥaqq, wa iy yarau kulla āyatil lā yu`minụ bihā, wa iy yarau sabīlar-rusydi lā yattakhiżụhu sabīlā, wa iy yarau sabīlal-gayyi yattakhiżụhu sabīlā, żālika bi`annahum każżabụ bi`āyātinā wa kānụ 'an-hā gāfilīn.
Artinya: Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar. Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya. Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya.
Ayat 147
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْۗ هَلْ يُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Wallażīna każżabụ bi`āyātinā wa liqā`il-ākhirati ḥabiṭat a'māluhum, hal yujzauna illā mā kānụ ya'malụn.
Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan (mendustakan) adanya pertemuan akhirat, sia-sialah amal mereka. Mereka diberi balasan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat 148
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوْسٰى مِنْۢ بَعْدِهٖ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلًا جَسَدًا لَّهٗ خُوَارٌۗ اَلَمْ يَرَوْا اَنَّهٗ لَا يُكَلِّمُهُمْ وَلَا يَهْدِيْهِمْ سَبِيْلًاۘ اِتَّخَذُوْهُ وَكَانُوْا ظٰلِمِيْنَ
Wattakhaża qaumu mụsā mim ba'dihī min ḥuliyyihim 'ijlan jasadal lahụ khuwār, a lam yarau annahụ lā yukallimuhum wa lā yahdīhim sabīlā, ittakhażụhu wa kānụ ẓālimīn.
Artinya: Dan kaum Musa, setelah kepergian (Musa ke Gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka tidak mengetahui bahwa (patung) anak sapi itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim.
Ayat 149
وَلَمَّا سُقِطَ فِيْٓ اَيْدِيْهِمْ وَرَاَوْا اَنَّهُمْ قَدْ ضَلُّوْاۙ قَالُوْا لَىِٕنْ لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
wa lammā suqiṭa fī aidīhim wa ra`au annahum qad ḍallụ qālụ la`il lam yar-ḥamnā rabbunā wa yagfir lanā lanakụnanna minal-khāsirīn
Artinya: Dan setelah mereka menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa telah sesat, mereka pun berkata, “Sungguh, jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi.”
Ayat 150
وَلَمَّا رَجَعَ مُوْسٰٓى اِلٰى قَوْمِهٖ غَضْبَانَ اَسِفًاۙ قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُوْنِيْ مِنْۢ بَعْدِيْۚ اَعَجِلْتُمْ اَمْرَ رَبِّكُمْۚ وَاَلْقَى الْاَلْوَاحَ وَاَخَذَ بِرَأْسِ اَخِيْهِ يَجُرُّهٗٓ اِلَيْهِ ۗقَالَ ابْنَ اُمَّ اِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُوْنِيْ وَكَادُوْا يَقْتُلُوْنَنِيْۖ فَلَا تُشْمِتْ بِيَ الْاَعْدَاۤءَ وَلَا تَجْعَلْنِيْ مَعَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ
Wa lammā raja'a mụsā ilā qaumihī gaḍbāna asifang qāla bi`samā khalaftumụnī mim ba'dī, a 'ajiltum amra rabbikum, wa alqal-alwāḥa wa akhaża bira`si akhīhi yajurruhū ilaīh, qālabna umma innal-qaumastaḍ'afụnī wa kādụ yaqtulụnanī fa lā tusymit biyal-a'dā`a wa lā taj'alnī ma'al qaumiẓ-ẓālimīn.
Artinya: Dan ketika Musa telah kembali kepada kaumnya, dengan marah dan sedih hati dia berkata, “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan selama kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Musa pun melemparkan lauh-lauh (Taurat) itu dan memegang kepala saudaranya (Harun) sambil menarik ke arahnya. (Harun) berkata, “Wahai anak ibuku! Kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku, sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zalim.”
Ayat 151
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِاَخِيْ وَاَدْخِلْنَا فِيْ رَحْمَتِكَ ۖوَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ
Qāla rabbigfir lī wa li`akhī wa adkhilnā fī raḥmatika wa anta ar-ḥamur-rāḥimīn.
Artinya: Dia (Musa) berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang dari semua penyayang.”
Ayat 152
اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُفْتَرِيْنَ
Innallażīnattakhażul-'ijla sayanāluhum gaḍabum mir rabbihim wa żillatun fil-ḥayātid-dun-yā, wa każālika najzil-muftarīn.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahannya), kelak akan menerima kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan.
Ayat 153
وَالَّذِيْنَ عَمِلُوا السَّيِّاٰتِ ثُمَّ تَابُوْا مِنْۢ بَعْدِهَا وَاٰمَنُوْٓا اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Wallażīna 'amilus-sayyi`āti ṡumma tābụ mim ba'dihā wa āmanū inna rabbaka mim ba'dihā lagafụrur raḥīm.
Artinya: Dan orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan, kemudian bertobat dan beriman, niscaya setelah itu Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Ayat 154
وَلَمَّا سَكَتَ عَنْ مُّوْسَى الْغَضَبُ اَخَذَ الْاَلْوَاحَۖ وَفِيْ نُسْخَتِهَا هُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلَّذِيْنَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُوْنَ
Wa lammā sakata 'am mụsal-gaḍabu akhażal-alwāḥa wa fī nuskhatihā hudaw wa raḥmatul lillażīna hum lirabbihim yar-habụn.
Artinya: Dan setelah amarah Musa mereda, diambilnya (kembali) lauh-lauh (Taurat) itu; di dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.
Ayat 155
وَاخْتَارَ مُوْسٰى قَوْمَهٗ سَبْعِيْنَ رَجُلًا لِّمِيْقَاتِنَا ۚفَلَمَّآ اَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ مِّنْ قَبْلُ وَاِيَّايَۗ اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاۤءُ مِنَّاۚ اِنْ هِيَ اِلَّا فِتْنَتُكَۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاۤءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَاۤءُۗ اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ
Wakhtāra mụsā qaumahụ sab'īna rajulal limīqātinā, fa lammā akhażat-humur-rajfatu qāla rabbi lau syi`ta ahlaktahum ming qablu wa iyyāy, a tuhlikunā bimā fa'alas-sufahā`u minnā, in hiya illā fitnatuk, tuḍillu bihā man tasyā`u wa tahdī man tasyā`, anta waliyyunā fagfir lanā war-ḥamnā wa anta khairul-gāfirīn.
Artinya: Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon tobat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang berakal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari-Mu, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah pemberi ampun yang terbaik.”
Ayat 156
وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ قَالَ عَذَابِيْٓ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ اَشَاۤءُۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۗ فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَۚ
Waktub lana fī hāżihid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati innā hudnā ilaīk, qāla 'ażābī uṣību bihī man asyā`, wa raḥmatī wasi'at kulla syaī`, fa sa`aktubuhā lillażīna yattaqụna wa yu`tụnaz-zakāta wallażīna hum bi`āyātinā yu`minụn.
Artinya: Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sungguh, kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.”
2. Kandungan surat Al-A'raf ayat 145–156

Adapun kandungan surat Al-A'raf yang diuraikan tiap ayatnya, yaitu:
- Ayat 145 menjelaskan Allah telah menuliskan untuk Nabi Musa a.s pada lauh-lauh Taurat berupa kepingan yang terbuat dari batu atau kayu yang dahulunya biasa digunakan untuk menulis, sebagai pelajaran dan penjelasan untuk semua hal yang dibutuhkan oleh Bani Israil. Kemudian Allah akan memperlihatkan negeri orang-orang fasik seperti kaum Fir’aun, kaum ‘Ad, kaum Samud dan lainnya yang telah hancur bersama dengan mereka sebagai akhir dari kejahatan dan kefasikannya.
- Ayat 146 menjelaskan janji-janji Allah bagi orang yang membangkang (fasik) tidak akan mendapatkannya sebab Allah telah memalingkannya dari tanda-tanda kekuasaan, kebesaran dan keagungan-Nya meskipun mereka melihat setiap tanda-Nya tetapi mereka tidak akan beriman. Selain itu, apabila mereka melihat jalan yang membawanya kepada petunjuk, mereka tidak akan menempuhnya, malah sebaliknya.
- Ayat 147 menjelaskan orang-orang yang mendustakan tanda-tanda kekuasaan Allah, maka amal mereka akan sia-sia karena mereka sudah kehilangan syarat diterimanya amal. Kemudian Allah akan membalas sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya.
- Ayat 148 menjelaskan kaum Nabi Musa a.s yang membangun sebuah patung anak sapi untuk disembah dan dapat bersuara. Allah berfirman bahwasanya mereka tidak mengetahui kalau patung tersebut tidak bisa berbicara, suara yang dihasilkan hanya karena angin yang masuk ke dalam rongga patung serta anak patung itu juga tidak mampu menunjukkan jalan kepada mereka.
- Ayat 149 menjelaskan setelah Nabi Musa a.s datang, dia marah dan membakar patung tersebut serta menunjukkan kesesatan mereka hingga mereka sadar dan menyesal. Kemudian mereka meminta rahmat dan ampunan kepada Allah.
- Ayat 150 menjelaskan kemarahan Nabi Musa a.s terkait hal yang terjadi setelah kepulangan dari munajat kepada Allah. Sembari memegang kepala Nabi Harun a.s, Nabi Musa a.s menegaskan kembali dengan berkata, “Wahai anak ibuku! Kaum ini sudah menganggapku lemah dan hampir saja mereka membunuhku karena aku telah bersaha keras untuk mencegah mereka, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh menyoraki melihat kemalanganku, dan janganlah engkau jadikan aku sebagai orang-orang yang zalim.”
- Ayat 151 menjelaskan Nabi Musa a.s memahami bahwa Nabi Harun a.s tidak melalaikan tugasnya setelah mengetauhi alasannya, kemudian dia berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku (Harun) atas apa yang terjadi antara dia dan kaumku atas kelalauannya, dan masukkanlah kami berdua ke dalam rahmat Engkau yang sangat luas, Engkau adaah Maha Penyayang dari semua penyayang.”
- Ayat 152 menjelaskan Allah menjelaskan sanksi yang akan diterima oleh mereka yang durhaka berupa kemurkaan yang besar dari-Nya dan kehinaan dalam kehidupan dunia. Demikianlah Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang mendustakan Allah.
- Ayat 153 menjelaskan Allah akan menghapus dosa-dosa mereka ketika mereka menyadari kesalahannya dan bertobeat dengan beriman dan beramal saleh. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
- Ayat 154 menjelaskan amarah Nabi Musa a.s mulai mereda, kemudian dia mengambil kembali lauh-lauh Taurat yang semulanya dilemparkan ke tanah yang di dalam tulisannya terdapat petunjuk untuk menuju ke jalan kebahagiaan dan rahmat bagi orang yang selalu takut kepada Allah.
- Ayat 155 menjelaskan kaum Nabi Musa a.s yang terbaik sebanyak 7 orang menyatakan tidak beriman kepadanya sampai dia mampu membuktikan kepada mereka Tuhan yang berbicara kepadanya, kemudian Allah menurunkan gemba bumi yang amat dahsyat hingga mematikan semuanya. Kemudian Nabi Musa a.s berdoa untuk memohon ampun kepada Allah.
- Ayat 156 menjelaskan Nabi Musa a.s kembali melanjutkan berdoa dan meminta untuk ditetapkan kepadanya kebaikan selama hidup di dunia dan di akhirat kelak. Kemudian Allah berfirman, “Siksa-Ku akan aku timpakan kepada siapa saja yang aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka, akan aku tetapkan rahmat-Ku itu kepada orang-orang yang beriman dan menunaikan zakat serta beriman kepada ayat-ayat Kami.”
3. Keutamaan surat Al-A'raf

Surat Al-A'raf menjadi As-Sab’uth Thiwal yang menggantikan kitab Taurat. Adapun keutamaan yang terkandung dalam surat ini, yaitu:
- Surat yang termasuk ke dalam Al-Matsani Ath-Thiwal untuk Rasulullah SAW yakni sebagai pengembang lauh Nabi Musa a.s.
- Surat yang termasuk ke dalam tujuh surat di mana barang siapa yang menghafalnya merupakan orang yang salih dan bertakwa.
- Barang siapa yang membacanya akan terhindar dari segala rasa takut dan kesedihan.
- Barang siapa yang membacanya tidak akan diperhitungkan pada Hari Kiamat.
Demikian bacaan surat Al-A'raf ayat 145–156 yang disertai dengan arti, kandungan, dan kautamaannya. Jangan lupa dipahami, ya!