Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pria mengalami stres (pexels.com/Nathan Cowley)

Intinya sih...

  • Kesulitan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya

  • Lebih sering bereaksi tanpa memahami emosi terlebih dahulu

  • Emosi tiba-tiba muncul dan sulit dipahami

Kamu mungkin merasa sedang baik-baik saja, tetapi di sisi lain, ada rasa tidak nyaman yang sulit dijelaskan. Kamu tetap menjalani aktivitas, tersenyum, bahkan tertawa seperti biasa, namun ada sesuatu yang terasa mengganjal di dalam diri. Jika ini sering terjadi, bisa jadi kamu belum benar-benar terkoneksi dengan perasaanmu sendiri. Bukan karena kamu cuek, tapi mungkin karena kamu belum terbiasa untuk berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri tentang apa yang benar-benar kamu rasakan.

Memahami perasaan sendiri bukan hal yang instan. Ini butuh keberanian, kejujuran, dan ruang tenang untuk mendengarkan suara hati. Ketika kamu tidak benar-benar mengenali emosimu, kamu jadi lebih mudah bingung, kewalahan, atau bahkan mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kebutuhan batinmu. Kalau kamu ingin tahu apakah kamu sudah cukup peka terhadap perasaanmu sendiri, simak lima tanda berikut ini.

1. Kamu kesulitan mengungkapkan apa yang kamu rasakan

ilustrasi pria gelisah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Saat seseorang bertanya mengenai kabarmu, kamu sering kali menjawab seadanya. Mungkin kamu bilang bahwa kamu baik-baik saja, padahal hatimu sedang penuh dengan kegelisahan. Ini bisa menjadi tanda bahwa kamu tidak terbiasa mengenali atau menyebutkan apa sebenarnya yang sedang terjadi dalam dirimu.

Sulitnya mengidentifikasi apakah kamu sedang sedih, cemas, kecewa, atau marah adalah sinyal bahwa kamu belum terhubung sepenuhnya dengan emosi yang kamu alami. Tapi jangan khawatir, semuanya bisa dilatih. Coba biasakan diri untuk menyebutkan perasaanmu secara spesifik setiap hari, bahkan jika hanya untuk diri sendiri.

2. Kamu lebih sering bereaksi daripada memahami

ilustrasi pria mengalami kecemasan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pernah tiba-tiba merasa sangat marah atau kesal, padahal tidak tahu penyebabnya dengan pasti? Atau mungkin kamu pernah menyesali sesuatu yang kamu lakukan saat emosi sedang tinggi? Ini terjadi ketika kamu melewati proses mengenali perasaan dan langsung melompat ke reaksi. Kamu marah, padahal sebenarnya kamu sedang kecewa. Kamu menjauh, padahal yang kamu butuhkan adalah pengakuan bahwa kamu terluka.

Ketika kamu tidak memberi ruang untuk memahami emosi terlebih dahulu, kamu jadi mudah bereaksi tanpa arah. Emosi yang belum diurai bisa menuntunmu pada sikap impulsif yang merugikan dirimu sendiri maupun orang lain. Dengan belajar jeda sebelum merespons, kamu memberi kesempatan pada diri untuk memahami inti dari perasaan yang muncul.

3. Emosi sering muncul tiba-tiba dan membingungkan

ilustrasi tempat kerja berantakan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Kamu mungkin pernah merasakan hari yang tiba-tiba berat, meski tidak ada alasan yang jelas. Emosi seperti itu biasanya muncul karena ada perasaan yang sudah lama kamu tekan, tapi belum sempat kamu proses.

Ketika kamu terbiasa mengabaikan emosi kecil, maka tubuh dan pikiran akan mencari jalan untuk mengeluarkannya secara tidak terduga. Ini bukan pertanda kamu lemah, ini justru bukti bahwa tubuhmu berusaha menyampaikan sesuatu yang perlu kamu dengar. Coba mulai luangkan waktu setiap hari untuk memeriksa bagaimana perasaanmu, walau hanya lima menit.

4. Kamu enggan duduk sendiri dan merenung

ilustrasi pria sendirian (pexels.com/Sameel Hassen)

Jika kamu merasa gelisah saat tidak melakukan apa pun, dan buru-buru mencari kesibukan atau hiburan untuk mengisi waktu kosong, itu bisa jadi tanda bahwa kamu sedang menghindari suara dari dalam diri. Kesendirian kadang menghadirkan pikiran dan perasaan yang selama ini kamu tekan, dan itulah kenapa kamu cenderung takut untuk diam.

Padahal, kemampuan untuk duduk sendiri dan merenung adalah cara terbaik untuk mengenali diri sendiri. Saat kamu membiarkan dirimu hadir dalam keheningan, kamu memberi ruang bagi perasaan untuk muncul dan dipahami. Jangan buru-buru mengusirnya. Diam bukan tanda kelemahan, tapi keberanian untuk menghadapi apa pun yang ada di dalam hati.

5. Kamu menolak sinyal emosional dari tubuhmu

ilustrasi menolak (pexels.com/Monstera Production)

Tubuh dan emosi memiliki hubungan yang sangat erat. Saat kamu mengalami stres, tubuh biasanya memberi sinyal berupa sakit kepala, nyeri otot, atau gangguan tidur. Tapi karena kamu terlalu fokus pada aktivitas atau tuntutan hidup, kamu sering mengabaikan tanda-tanda itu dan memaksakan diri untuk terus berjalan.

Mengabaikan sinyal tubuh sama saja dengan menolak mendengarkan apa yang emosimu coba sampaikan. Jika kamu ingin lebih selaras dengan dirimu, mulai perhatikan apa yang tubuhmu rasakan dalam berbagai situasi. Tanyakan apakah kamu sedang lelah secara emosional, dan apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Tubuhmu bisa menjadi panduan penting dalam memahami keadaan batinmu.

Mengenali perasaan sendiri adalah langkah awal untuk hidup yang lebih sadar, damai, dan terarah. Ketika kamu mampu memahami emosimu, kamu tidak lagi mudah terombang-ambing oleh tekanan dari luar. Kamu akan lebih kuat, karena kamu tahu ke mana harus melangkah dan bagaimana menjaga diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team