Ngobrol Seru by IDN Times soal "Bisnis Rumah Sakit Pasca COVID-19", bersama Caroline Riady, CEO Siloam Hospital Group. (IDN Times/Aldila Muharma)
Menjalankan usaha di bidang kesehatan, tak hanya berfokus pada profit yang didapatkan oleh suatu perusahaan. Namun, pelaku usaha rumah sakit juga memiliki kesadaran tinggi akan tanggungjawab sosial dan lingkungan.
"Jadi dasar dan basis dari industri kita sendiri itu sebenarnya sangat sosial sekali. Dan tidak ada rumah sakit yang bisa survive kalau kita tidak benar-benar menjalankan itu, kalau kita gak berpikir membawa pemulihan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat," kata Caroline saat berbincang mengenai environmental, social, and corporate governance.
Menyinggung soal environmental, social, and corporate governance, Caroline sangat menyadari bahwa bisnis rumah sakit harus berhati-hati dan sadar akan dampak terhadap lingkungan. Oleh karenanya, Rumah Sakit Siloam sangat patuh terhadap regulasi dan aturan yang berlaku, misalnya mengenai limbah, penggunaan energi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
Selain dari segi lingkungan, Caroline juga menuturkan mengenai manfaat yang bisa diberikan secara oleh lini bisnisnya terhadap masyarakat. Ia ingin rumah sakit yang dikelola juga dapat memberi dampak secara sosial.
"Yang kedua adalah sosial, challenge kita adalah bagaimana kita bisa semakin baik melayani pasien di daerah terutama pasien yang tidak mampu dan kita bisa sustainable," ujarnya.
Kepedulian yang tinggi terhadap sumber daya manusia diwujudkan melalui berbagai inovasi dari Rumah Sakit Siloam. Salah satunya adalah membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan yang baik untuk daerah yang aksesnya masih sulit dijangkau.
Sebagaimana penuturan Caroline, "Saya tidak mau masyarakat di pedalaman hanya menjadi objek pembangunan, tapi mereka juga harus menjadi pelaku. Dengan kita bisa menyehatkan mereka, kita juga bisa mencerdaskan mereka, mereka akan bisa juga bersumbangsih menjadi leader di daerah Papua."