Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ternyata Ketupat Punya Filosofi Hidup yang Sarat Makna, Lho!

eyeem.com
eyeem.com

Ketupat tidak lepas dari perayaan Idul Fitri. Di mana ada ucapan selamat Idul Fitri tertera gambar dua buah ketupat atau lebih. Tradisi ketupat pertama kali diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, menjadikan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya umat Islam sejak masa pemerintahan Demak dibawah kepemimpinan Raden Patah di awal abad ke-15. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran.

Secara umum ketupat berasal dan ada dalam banyak budaya di kawasan Asia Tenggara. Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim. Berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda.

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Selain memiliki makna, ketupat pun memiliki filosofi yang terkandung di dalamnya. Seperti dilansir dari islamidia.com, 4 filosofi yang terkandung dari ketupat adalah :

1. Mencerminkan beragam kesalahan manusia.

goodnewsfromindonesia.id
goodnewsfromindonesia.id

Dari rumitnya cara membungkus ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia.

2. Kesucian hati.

Isi ketupat
Isi ketupat

Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih dan hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

3. Mencerminkan kesempurnaan.

eyeem.com
eyeem.com

Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

4. Saling memaafkan.

www.berbagionline.com
www.berbagionline.com

Karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “KUPA SANTEN“, Kulo Lepat Nyuwun Ngapunten (Saya Salah Mohon Maaf). Santan atau santen bagi orang Jawa sebagai “pangapunten” atau memaafkan.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Sigalingging
EditorIrma Sigalingging
Follow Us