Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi mengobrol (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Niat hati cuma berbagi mimpi, tetapi orang lain malah salah menilaimu sebagai sekadar berbual. Bila kamu tahu dianggap demikian, pastinya sedih juga, kan? Untuk selanjutnya, kamu jadi enggan buat menceritakan mimpi-mimpimu.

Padahal, memberitahu mimpimu pada orang lain penting juga agar mereka berpikir dua kali sebelum memaksa kamu mengambil pilihan hidup tertentu. Sebagai gantinya, mereka diharapkan dapat mendukungmu meraih mimpi tersebut.

Jangan terlalu cepat kapok dengan ogah berbagi mimpi lagi dengan siapa pun. Mungkin kamu cuma perlu memperbaiki caramu dalam menceritakannya dengan beberapa cara.

1. Bicarakan mimpi hanya dengan orang yang paham betul passion-mu

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Tidak semua orang terdekat, seperti sahabat dan keluarga, mampu memahami passion-mu. Apalagi kalau passion-mu terbilang unik, berbeda dari dunia mereka. Kamu butuh kecermatan lebih dalam memilih orang yang tepat buat diajak bicara soal mimpimu

Jika semua orang terdekat diajak membahas mimpimu, selain mereka tak kunjung paham, komentarnya boleh jadi cuma bikin kamu kecewa. Kedekatan fisik dalam keseharian saja tak menjamin seseorang mampu memahami passion-mu.

Kamu butuh orang yang peka, mampu menghargai gairah dalam kehidupan orang lain, dan lebih baik lagi apabila passion kalian sama atau mirip. Hal terakhir ini akan membuat obrolan terasa seru dan semangatmu dalam mewujudkan mimpi bertambah besar.

2. Tahu waktu, tempat, dan situasi saat bercerita

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Tidak setiap waktu, tempat, serta situasi cocok buat membahas mimpimu dengan orang lain. Kalau kamu menceritakannya di mana pun dan kapan pun, para pendengar bakal bosan. Akhirnya, mereka menilai kamu tak lebih dari berbual ke sana kemari.

Begitu pula bila kamu gak paham situasi, dirimu akan terkesan egois. Misalnya, teman sedang ribet dengan urusannya sendiri, tetapi kamu masih saja membicarakan mimpimu. Meski mimpi itu penting untukmu, bagi orang lain tentu saja lebih urgen urusannya sendiri.

3. Pastikan kamu bukan sekadar memberi tahu mimpimu, melainkan telah ada usaha nyata

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Thirdman)

Tahu gak apa yang paling membuatmu terlihat tak lebih dari seorang pembual? Yap, kamu cuma sibuk membagi mimpi pada orang-orang tanpa terlihat giat berikhtiar. Saban kamu ditanya tentang sudah berapa persen mimpimu yang terwujud, jawabanmu jadi gak jelas.

Mereka sebetulnya senang-senang saja mendengarkan cerita terkait mimpimu. Akan tetapi, saat kamu tampak hanya sibuk bercerita dan bukan berusaha, itu sama saja dengan sebatas bualan. Mereka merasa mendengarkanmu hanya menghabiskan waktu.

4. Selalu tanya pada diri, apa motivasimu dalam menceritakan mimpi

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Kampus Production)

Cuma kamu yang paling tahu persisnya motivasimu ketika menceritakan mimpimu pada orang lain. Apakah kamu hanya ingin membuat orang lain, terutama gebetanmu, terkagum-kagum? Apabila iya, dirimu berada dalam kemungkinan cuma senang berbual.

Kamu bakal berkata seolah-olah seluruh mimpi yang luar biasa itu sudah pasti dapat diwujudkan. Padahal, jika orang-orang melihat kondisimu saat ini, mereka menilai kemampuanmu jauh dari yang diperlukan guna meraihnya.

5. Ceritakan dengan apa adanya tanpa berlebihan

ilustrasi mengobrol (pexels.com/fauxels)

Sebenarnya tidak ada yang keliru dengan mimpimu. Akan tetapi, dari caramu membicarakannya terkesan berlebihan. Misalnya, kamu memprediksi pendapatanmu akan menjadi berlipat-lipat dalam waktu singkat kalau mimpi itu tercapai.

Apa pun yang menjadi mimpimu, orang lain bukannya tidak tahu bahwa prosesnya tak akan semudah itu. Jika kamu berlebihan dalam bercerita, dirimu malah terlihat kurang paham tentang mimpi sendiri. Orang lain pun menjadi tak percaya.

Jika kamu serius dengan mimpimu, dianggap sekadar berbual oleh orang lain pun sebenarnya bukan masalah. Namun, jangan sampai dugaan orang lain benar alias kamu tidak serius dengan mimpi itu. Kalau begitu, sampai kapan pun semua yang telah diceritakan tak bakal tercapai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team