Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh Haru

#IDNTimesLife Kematian akibat kanker paru terus meningkat

Sampai saat ini, kanker paru menjadi kanker paling mematikan di dunia. Di Indonesia sendiri, ada peningkatan kaus kematian akibat kanker baru sebesar 18 persen berdasarkan data GLOBOCAN 2020.

Untuk membahas situasi penting tersebut, diadakan acara diskusi virtual sekaligus peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru" pada Kamis (25/2/2021), pukul 14.00 WIB.

Acara ini bertujuan untuk menyuarakan rekomendasi serta harapan para penyintas kanker paru di Indonesia. Berikut rangkuman acara diskusi yang berisi kisah-kisah inspiratif mereka.

1. Selain menyerang fisik, pasien kanker paru juga perlu memperkuat kondisi mentalnya

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Prof.dr. Elisna Syahruddin selaku Ketua Pokja Kanker Paru PDPI mengatakan bahwa kanker paru menjadi penyebab kematian pertama di antara semua jenis kanker. Hal tersebut berlaku di tanah air maupun dunia.

"Ada banyak gejala yang mengarah pada kanker paru. Tetapi, sayangnya gejala yang muncul itu sering terabaikan karena para penyintas baru terdiagnosis pada stadium lanjut," tuturnya.

Menurutnya, para pasien atau penyintas membutuhkan banyak support dari lingkungan sekitarnya. Hal itu juga bisa dilakukan dengan saling sharing pengalaman dan tantangan yang dialami para penyintas kanker paru.

Dalam buku "Bersahabat dengan Kanker Paru: Kumpulan Kisah Inspirasi
Penyintas Kanker Paru", cerita tersebut dirangkum. Salah satunya memuat perjalanan dan kisah pribadi dari Megawati Tanto.

Perempuan yang akrab disapa Mega ini juga menjadi Koordinator Kanker Paru untuk CISC dan salah satu penulis dari buku tersebut.

Ia mengatakan, "Tantangan dari segala penjuru itu pasti datang menghampiri para penyintas kanker paru. Mulai dari mental, materi, maupun fisik".

"Kami berharap kisah yang kami bagi ini dapat menemani para penyintas yang baru menghadapi pengobatan kanker baru. Juga untuk keluarga penyintas dan masyarakat awam supaya sadar mereka gak berjuang sendiri," ujarnya menyampaikan harapannya.

2. Buku ini memuat kisah 9 penyintas kanker paru & 1 orang caregiver. Salah satunya bercerita tentang perjuangan suami-istri untuk sembuh dari penyakit ini

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Kontributor buku ini terdiri dari 9 orang penyintas, 1 orang caregiver, dan 1 orang dokter. Semua orang membagikan kisah perjuangan menghadapi kanker paru dalam sudut pandangnya masing-masing.

Salah satu cerita yang paling menarik datang dari Barita Oloan Manullang dan Jung Lie. Barita yang berprofesi sebagai ecologist mengaku sempat menjadi perokok berat karena terbiasa bekerja di lapangan.

Hingga akhirnya pada tahun 2003 ia datang ke dokter dan mendapat diagnosis pengentalan darah. "Tapi, dokternya curiga dan dia minta saya untuk berhenti merokok," ujarnya. Setelah itu baru muncul diagnosa bahwa ia telah terkena kanker paru.

Dengan tekad yang kuat untuk bisa memulih, ia pun memutuskan untuk berhenti merokok. Namun, di tahun 2006, istrinya Jung Lie juga mendapat diagnosis yang sama.

"Waktu itu saya bingung, karena walau saya merokok tapi saya gak pernah merokok di dalam rumah dan mobil," tuturnya. Dari sana ia sadar bahwa semua orang memiliki risiko yang sama untuk tereskpos.

Pasangan suami-istri ini pun memutuskan untuk berserah diri dan mengikuti proses penyembuhan secara medis.

"Saya bersyukur gak ada gejala dan ketahuannya itu juga karena melakukan check up. Keluarga pun mikir ini ada kesempatan untuk melakukan pengobatan," ungkap Jung Lie.

3. Dibutuhkan adaptasi kebiasaan baru bagi para pasien kanker paru. Salah satunya dengan mengubah gaya hidup yang lebih sehat

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Cerita lain dibagikan oleh Diana Siahaan sebagai salah seorang penyintas kanker paru. Ketika pertama kali memutuskan berobat di Subang, saat itu dokternya bersikeras bahwa ia menderita alergi.

"Akhirnya selama 7 bulan itu saya didiagnosa alergi. Tapi, setelah dirontgen baru ketahuan kalau ada bercak putih di paru-paru bagian atas," katanya. Setelah hasil rontgen pun belum ada diagnosa ia terkena kanker, dokternya saat itu bilang ia mungkin menderita pneumonia.

Berangkat dari rasa penasarannya, Diana pun pergi ke Bandung dan bertemu dengan dokter spesialis paru.

Ia bercerita, "Saya disarankan untuk CT Scan. Dari sana ketahuan saya sudah stadium 4'.

Kontributor lainnya, Marchadi, membagikan kisahnya dalam pandangan yang optimistik. Bagi pria bernama panjang Marchadi Arya Wira ini, kanker gak hanya mengubah kondisi fisiknya semata. Namun, juga memengaruhi pola pikir, jati diri, dan identitasnya.

"Saya gak bisa lagi melakukan kebiasaan lama. Saya harus menyesuaikan diri dengan kondisi tubuh yang baru, dari mulai mengubah pola hidup dan pola makan," ungkapnya.

Selama masa penyembuhan, Marchadi banyak membaca buku para penderita kanker untuk membuka pikirannya tentang penyakitnya. Ia juga berusaha untuk melakukan upaya-upaya penyembuhan demi menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.

Selain itu, ia pun berpesan, "Banyak penderita kanker yang denial. Akhirnya, mereka tetap melakukan kebiasaan hidup yang sama. Tapi, sebagai pejuang kanker kita harus tau posisi kita berubah dan berani menerima kehidupan yang baru dengan segala konsekuensi".

Baca Juga: Bikin Napas Lega, Ini 5 Cara Sederhana untuk Detoksifikasi Paru-paru

4. Pendampingan dan dukungan dari orang terdekat sangat berarti di masa-masa penyembuhan

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina
dm-player

Desita Pradipti datang mewakili adiknya yang menjadi penyintas kanker paru. Almarhumah Kirana Dewi baginya merupakan sosok yang penuh inspirasi. Sejak didiagnosis dan menjalani proses penyembuhan, Desita gak pernah melihat Kirana tampak putus asa.

"Secara psikologis tentunya ini sangat berat. Apalagi sebelumnya Ibu kami juga meninggal akibat kanker. Saat itu langsung kebayang perjuangan berat yang harus dilewati Kirana," katanya.

Selain memengaruhi secara emosional, gak bisa ditampik bahwa proses penyembuhan kanker paru juga memakan banyak biaya. Tetapi, masa-masa sulit tersebut berhasil dilewati oleh sang adik dengan sangat gagah.

"Kirana sangat mandiri! Ia biasanya berangkat sendiri, lalu kami ketemuan di RS. Sepulangnya, ia suka ajak saya senang-senang dengan pergi ke mall," kenangnya seraya tersenyum.

Meski ada banyak rintangan dalam menghadapi penyakitnya, Lucas Christian Gee yang juga merupakan penyintas kanker paru juga merasa mendapat banyak dukungan. Saat mendapat diagnosa bahwa ia menderita kanker paru, ia sempat sangat terpukul.

Setelah ia bisa berdamai dengan kondisinya, ia merasa bahwa penyakit ini harus dihadapi dengan tegar.

Lucas mengatakan, "Ini adalah anugerah yang dititipkan Tuhan pada saya sehingga saya bisa bermanfaat untuk orang lain".

Ia juga mengaku sempat terhalang kondisi finansial karena pengobatan kanker memerlukan jangka waktu yang panjang dan biaya besar.

"Biaya ini jadi penghambat bagi pengobatan kita. Akhirnya saya berobat dengan fasilitas JKN dan BPJS," ujarnya.

"Kebanyakan dari pasien dan penyintas bukan keturunan konglomerat. Karena itu, saya paham bahwa dibutuhkan dukungan dari pemerintah. Dari mulai support pengobatan sampai penyediaan mesin-mesin di rumah sakit," tambahnya.

5. Meski tengah berjuang, para pasien dan penyintas kanker baru juga tetap bisa berbagi inspirasi

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina

"Kanker paru membuat saya dapat menikmati warna-warni kehidupan yang saya lalui," tutur Dra.Menteria Butar-Butar.

Kisah itu berawal ketika ia mendapat jadwal medical check up dari kantor. Sebelumnya, ia sempat menyadari bahwa suaranya menjadi gak stabil. Dua hari berselang dari hasil diagnosa diumumkan, ia sempat down dan terus menangis.

"Pada hari ketiga saya menyadari bahwa Tuhan itu ada. Dan, dia akan mengendalikan setiap hidup manusia," ujarnya.

Selama proses penyembuhan, ia pergi ke Jakarta. Selama 6 bulan pertama, ia memetik banyak pelajaran berharga bahwa setiap orang memiliki permasalahannya masing-masing.

Ia bilang, "Rasanya Tuhan memperhadapkan saya dengan realita dunia".

Inspirasi lainnya datang dari Sri Budiarti. Dalam acara diskusi, ia menyatakan harapannya untuk bisa memotivasi para pasien dan keluarganya untuk tetap bersemangat dan berjuang.

"Pesan khusus dari saya, jangan pernah takut dengan kanker paru. Karena ini bukan akhir dari segalanya," ungkapnya sambil tersenyum simpul.

Bagi Sri, penyakit kanker baru merupakan salah satu kehendak Tuhan YME yang harus dihadapinya. Oleh karena itu, ia merasa cara seseorang merespons itu akan menentukan kualitas hidupnya juga.

Sri gak ingin larut dalam kesedihan berlama-lama. "Semangat kita jangan kendor dan ciptakan rasa gembira dengan ketenangan pikiran," katanya.

Kegembiraan kecil itu menurutnya bisa hadir dengan menjalani hobi yang disukai. Dari mulai berolahraga, memasak, bernyanyi, menulis, kulineran, sampai main TikTok.

6. Kisah perjuangan menghadapi kanker baru berdasarkan sudut pandang caregiver

Kumpulan Kisah Inspiratif Penyintas Kanker Paru, Penuh HaruDiskusi virtual dan peluncuran buku "Bersahabat dengan Kanker Paru", Kamis (25/2/2021). IDN Times/Tyas Hanina

Selain memuat kisah para pasien dan penyintas kanker paru, buku ini juga menceritakan sudut pandang seorang caregiver. Maria Catering Onggo merupakan seorang pendamping dari seorang penyintas bernama Hadi Karya.

Menurut Maria, para caregiver membutuhkan kesabaran dan semangat yang tinggi untuk bisa menangani kondisi sulit ini.

"Kita harus bisa tetap sabar, menerima, dan semangat. Walaupun kita tahu keluarga kita menderita kanker paru, apalagi ini penyakit terminal," katanya.

Salah satu titik tersulit dari proses pendampingan ini adalah ketika para caregiver menyadari adanya perubahan kondisi fisik dari para pasien.

Ia bercerita, "Mereka yang biasanya sehat, bisa tiba-tiba berubah 360 derajat. Mereka jadi lemas dan gak bisa apa-apa".

Saat merasa cemas akan kondisi tersebut pun para caregiver tetap harus bergerak cepat. Mulai dari mencari kontak dokter sampai membantu pasien. Selain itu, mereka juga tetap harus menguatkan hati mereka agar bisa tetap tabah menghadapi cobaan.

"Di saat itulah saya merasakan betapa berartinya perhatian dan dukungan dari teman dan keluarga. Itu membuat saya selalu kuat menjalani semua ini," ungkapnya.

Itulah rangkuman acara diskusi dan peluncuran buku “Bersahabat dengan Kanker Paru: Kumpulan Kisah Inspirasi Penyintas Kanker Paru”. Kisah penuh inspirasi ini bisa kamu dapatkan dengan memesannya melalui CISC dengan Ibu Caterine di 08164821155.

Selain itu, kamu juga bisa membaca buku tersebut pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Baca Juga: 8 Cara Mudah Menjaga Paru-paru agar Sehat Sampai Tua

Topik:

  • Pinka Wima

Berita Terkini Lainnya