Untukmu yang Sedang Depresi, Menyakiti Diri Sendiri Bukanlah Solusi

Bantu temanmu yang sedang depresi dan berikan dia solusi positif

Untukmu yang sedang sendiri, kadang hidup memang terasa begitu menyesakkan, menghimpit, dan menyudutkanmu. Hidup terasa begitu berat untukmu sehingga perlahan tapi pasti engkau diseret paksa menuju sebuah perasaan tertekan. Sunyikah hidupmu? Apa yang kau dengar ketika hidup tak adil untukmu? Apa yang kau rasa ketika semua meninggalkanmu? Apa yang dapat kau raba ketika semua menyalahkanmu atas sebuah peran yang tak kau jalani dengan baik? Selangkah demi selangkah engkau jatuh ke lubang terdalam dan depresi. Jauh di sudut hatimu, kamu ingin segera menghilang dari muka bumi. Mengembara jauh entah kemana, meninggalkan semua ketidak adilan itu.

Mulai dari detik ini, kamu mengundurkan diri dari sebuah pergaulan. Kamu menutup diri dari seluruh akses komunikasi. Kamu mengurung diri, menyendiri di dalam sepi. Tersiksakah kamu kawan? Apa yang sedang kamu rasakan? Kamu bahkan tak mau melayani setiap tangan yang ingin menggapai untuk menyelamatkanmu. Kamu tak mau mendengarkan setiap kata-kata yang menyemangatimu. Kamu tak mau menganggap bahwa masih ada yang menyayangimu dan peduli padamu. Kamu mengisolasi dirimu sendiri di dalam dunia gelap ciptaanmu. Apa yang sedang kamu rasakan, kawan?

Depresi. Kamu meringkuk di sana dengan airmata yang tak pernah kering. Kamu sibuk menuding Tuhan atas segala penderitaanmu. Kamu merasa Tuhan telah menyakitimu, sehingga kamu merasa berhak untuk meneruskannya. Kamu merasa berhak untuk menyakiti dirimu sendiri. Dalam kesendirianmu, kamu mengambil jeda dari dunia, berharap untuk mati. Segala macam cara untuk menyakiti dirimu sendiri telah kamu coba. Kamu begitu hancur-hancuran seperti kamu tak akan pernah lagi melihat matahari esok. Kamu sudah tak percaya bahwa matahari menitipkan semangat pada setiap sorotan cahayanya. Kamu sudah tak percaya bahwa ada kuasa di atas segalanya. Apa yang sedang kamu rasakan, kawan?

dm-player

Kamu berdoa tanpa henti untuk mengharapkan kematianmu sendiri. Obat-obatan itu, racun itu, dan benda tajam itu, adakah yang dapat membunuhmu? Lalu ketika kau mati, siapa yang kau harapkan untuk menangisimu? Keluargamu yang kau khianati dengan kematianmu? Sahabat-sahabat yang kau tinggalkan? Atau orang-orang yang mencemoohmu dan memang berharap akan kematianmu? Apakah ada kebanggaan bagimu dengan mengakhiri hidupmu sendiri? Apakah pada akhirnya kamu akan bahagia jika orang-orang berkumpul untuk menangisimu pada pemakaman yang suram itu? Apakah pada akhirnya kamu bahagia dapat merajam kami dengan sesal? Sebenarnya apa yang sedang kamu harapkan, kawan?

Sahabatku yang kini sudah tak dapat kujangkau lagi, tahukah kamu bahwa kepergianmu hanya menyisakan sedih yang sebentar? Perlahan-lahan mereka semua akan sibuk dengan urusan masing-masing. Perlahan-lahan mereka akan melupakanmu. Namun yang tetap abadi di benak mereka adalah penyesalan terhadap kelemahanmu. Yang tetap tertinggal adalah cemoohan dan nama buruk untuk keluargamu. Tahukah kamu kawan, menyakiti dirimu dan merenggut nyawamu sendiri bukanlah solusi atas depresi yang kamu alami. Mungkin jika kamu berkenan berbagi, rasa sakitmu dapat kubasuh sedikit.

Untukmu, sahabatku yang kini sudah tak dapat kujangkau lagi. Jika waktu dapat terulang kembali dan kamu masih mempunyai kesempatan hidup, maukah kamu menyadari bahwa ada kuasa di atas segalanya yang dapat menjadi solusi? Lalu maukah kamu menengok ke sisimu untuk menyadari bahwa masih ada segelintir yang peduli.

Veronica Faradilla Photo Writer Veronica Faradilla

Seorang Content & Digital Marketing Website yang hobi menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya