Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret pasangan saling berpegangan tangan (pexels.com/Vlada Karpovich)

Saat menjalani sebuah hubungan, tanpa sadar kamu dan pasangan bisa melakukan tindakan-tindakan destruktif kecil. Meskipun terasa sangat halus, namun saat kebiasaan tersebut terus berulang, ahli terapis pasangan percaya jika hal tersebut dapat menjadi pemicu konflik yang merusak hubungan.

Jika kamu dan pasangan saat ini sedang terjebak dalam situasi tegang, penuh keputusasaan, namun tak yakin apa alasannya, bisa jadi inilah penyebab dari kebiasaan destruktif tersebut.

Dalam menjalin hubungan asmara, selain penting untuk selalu merawat hubungan tersebut tetap langgeng, penting juga untuk meminimalisir kebiasaan menghancurkan yang dianggap kecil, namun berdampak. Misalnya, meskipun perdebatan kecil akibat bingung memilih tempat makan di mana itu sepele, tetapi akan lebih sehat saat kamu dan pasangan memutuskan cara paling efektif untuk menyelesaikan situasi ini.

Oleh karena itu, saatnya kenali lebih lanjut apa itu kebiasaan destruktif yang dapat merusak hubungan berikut ini!

1. Sering menyalahkan pasangan

potret pasangan di dalam satu ruangan bersama (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Menyalahkan memang merupakan kebiasaan alami seseorang saat terjadi kesalahan, namun sikap ini bisa menjadi kebiasaan buruk yang menimbulkan kebencian dan keterputusasaan.

Seiring berjalannya waktu, menempatkan semua tanggung jawab pada pasangan kamu, dapat membuat ia tampak seperti seorang antagonis di hidupmu. Pasangan bisa merasa dihakimi secara tidak adil, sementara kamu dan pasangan pandangan terhadap kualitas positif satu sama lain.

Jadi, mulai sekarang saat kamu hendak menyalahkan pasangan saat terjadi masalah, berhentilah dahulu sejenak. Tanyakan kepada dirimu, apa peran kamu hingga masalah ini terjadi dan apa yang masih bisa kamu kendalikan.

Mengambil tanggung jawab atas tindakan kamu alih-alih menyalahkan orang lain, akan menumbuhkan perasaan lebih bertanggung jawab atau akuntabilitas bersama, kemudian mendorong dinamika hubungan ke arah lebih baik.

2. Jebakan kalimat "kamu selalu" dan "kamu tidak pernah"

potret pasangan sedang mengobrol serius (pexels.com/Vitaly Gariev)

Dalam buku berjudul Why Can't You Read My Mind?  kata seperti "selalu" dan "tidak pernah" jarang akurat dan dapat membuat pasangan merasa terkekang secara tidak adil. Kebiasan tersebut dapat mendistorsi perilaku pasangan dengan berfokus pada bahasa yang ekstrem, membuatnya terdengar seperti mereka terbiasa mengabaikan atau jahat, padahal sebenarnya tidak. 

Misalnya, pasangan kamu mengatakan kamu selalu lebih sibuk dengan teman dengan hobi kamu daripada menghabiskan waktu bersamanya. Kemudian, alih-alih menjelaskan maksudnya dengan lebih hati-hati, pasangan justru menjawab "kamu tidak pernah peduli dengan hubungan ini", kamu pun merasa disalahpahami.

Padahal, saat kata "selalu" dan "tidak pernah" dihilangkan, seperti "aku merasa tidak penting, saat kita tidak menghabiskan waktu bersama", kamu akan bisa lebih memahami dan menanggapi tanpa merasa diserang.

3. Kebencian yang dipendam terus-menerus

potret pasangan beraktivitas bersama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat kamu menyimpan keluhan atau perasaan kesal terhadap pasangan, sikap tersebut dapat menjadi bencana. Seiring waktu, perasaan tertekan ini bisa menumpuk, membuat dirimu marah hingga menarik diri secara emosional dari pasangan, hingga pasangan pun merasa bingung dan terisolasi. Kamu mungkin merasa pasangan tidak pernah menghargai hasil pekerjaan rumah tangga yang kamu lakunan, hingga merasa pasangan meremehkannya.

Di sisi lain,  kamu tidak pernah mengungkapkan hal tersebut hingga akhirnya memengaruhi berinteraksi sehari-hari kamu dengan pasangan. Sementara pasanganmu bertanya-tanya, apa yang menghilangkan kehangatan dalam hubungan kalian.

Daripada memendam, mulai sekarang cobalah ciptakan waktu khusus mingguan dengan pasangan untuk berbicara soal apa saja yang membuatmu dan pasangan kesal satu sama lain. Jadi, sebelum masalahnya membesar, kalian sudah bisa mengatasinya lebih cepat.

Terjebak dalam kebiasaan destruktif dalam hubungan, bisa sangat mudah terjadi. Di sisi lain, saat kamu sudah tahu cara mengatasinya, masalah ini dapat lebih mudah dilupakan. Percayalah, jika untuk membangun hubungan yang langgeng itu membutuhkan niat dari kedua pasangan untuk tetap saling terhubung dan berkomunikasi dengan empati. Ingat, hubungan itu ibarat taman, perlu dirawat secara berkala agar tetap tumbuh subur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team