Istilah toxic productivity sering dikaitkan dengan pekerjaan, dimana kamu merasa harus selalu produktif dalam “menghasilkan sesuatu” hingga mengabaikan kesehatan fisik dan mental. Ternyata, hal ini juga berlaku dalam hubungan.
Kamu beranggapan, cinta dan perlakuan baik dari pasangan harus kamu “dapatkan”. Entah melalui pencapaian, perbuatan baik, atau hal lain. Alhasil, hubungan jadi bersifat transaksional alih-alih tulus dibangun dari hati.
Ketika kamu terus dihantui pola pikir toksik seperti ini, selamanya kamu akan bersikap defensif dan sulit untuk menerima cinta orang lain. Karena itu, yuk kenali empat tanda kamu terjebak toxic productivity dalam hubungan. Segera ubah, ya!
