5 Alasan Logis Mengapa Hubungan Pertemanan Berakhir, Gak Galau Lagi

Pernah tidak, pulang dari hang out dan merasa lebih buruk dari sebelumnya? Kamu, sih, berekspetasi akan happy setelah jalan dengan teman-teman. Namun, selalu ada perkataan atau sikap mereka yang membuatmu merasa down.

Kamu jadi merasa sedih, tidak semangat, atau merasa bersalah untuk sesuatu yang tidak jelas. Ini menunjukkan bahwa relasi kalian membawa lebih banyak dampak negatif ketimbang positif. Memangnya, yakin ingin menghabiskan waktumu bersama seorang “sahabat” yang tidak menghargaimu?

Satu hal yang harus kamu ingat: people change. Begitu juga dengan kamu dan temanmu: kalian bertumbuh, mengantongi pengalaman baru, dan punya prioritas yang berbeda-beda. Ini salah satu alasan hubungan kalian sudah tidak dekat seperti dulu, dan itu tidak apa-apa.

Kamu tak bisa terus memaksa dia untuk tetap tinggal. Apabila hubungan pertemanan kalian memang terasa canggung karena kamu dan dia sudah tidak memiliki kesamaan, maka ini bisa menjadi alasan mengapa hubungan kalian menjadi renggang dan tidak seakrab dulu.

Temanmu hanya ingin bercerita tentang dirinya sendiri setiap saat. Ia selalu curhat dengan dirinya, pekerjaannya, masalahnya. Jarang sekali (atau bahkan tak pernah) bertanya tentangmu. Bahkan saat kamu membutuhkan, ia tak pernah ada untukmu. Ini berarti, orang tersebut hanya peduli dengan dirinya sendiri.

Pertemanan tidak bisa berjalan sepihak. Harus ada komunikasi dan timbal balik yang sepadan. Jauh lebih baik untuk mengakhiri hubungan toksik seperti ini, karena bila diteruskan, hanya akan membawa dampak buruk bagimu. 

Dalam pergaulan pun harus bisa selektif memilih teman atau sahabat. Bergaul dengan orang yang salah bisa membawa pengaruh buruk untuk dirimu.

Misal, bila ia orang negatif yang hobi mengeluh dan omong kotor, maka secara perlahan kebiasaan itu juga menular padamu. Bila ia orang yang suka membicarakan orang lain, kamu pun lambat laun jadi suka mengikuti sikapnya.

Tidak apa-apa mengakhiri hubungan bila dirasa itu membawa lebih banyak dampak negatif ketimbang positif untukmu. Lagi pula, untuk apa mempertahankan pertemanan kalau merugikan?

Apabila ia terus menentang nilai atau prinsip hidupmu, menganggap rendah opini dan keputusanmu, maka bisa jadi ia bukan teman yang baik untukmu. Ini berarti, ia hanya mengagungkan opininya sendiri dan tidak menghargaimu sebagai individu.

Tidak apa-apa untuk mengatakan “selamat tinggal” dalam hubungan pertemanan. Tidak semua relasi harus dan layak untuk dipertahankan.

Semoga setelah ini, kamu mendapat teman baru yang lebih baik, yang menghargaimu sepenuh hati dan membuatmu menjadi pribadi lebih baik.