ilustrasi perkawinan hipergamipernikahan (pexels.com/id-id/khang-pham)
Pernikahan hipergami masih berpengaruh di masyarakat Indonesia di mana status ekonomi, sosial, dan spiritualitas laki-laki lebih dominan dari perempuan. Sehingga laki-laki dianggap superior dibanding perempuan.
Mungkin dahulu belum banyak perempuan yang dapat mengecap pendidikan dan berkarir. Sehingga pernikahan menjadi “jalan” keluar dari kesulitan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Terutama di bidang ekonomi.
Namun, di zaman milenia hal tersebut tidak relevan lagi. Karena pada saat ini banyak perempuan Indonesia yang berpendidikan tinggi dan berkarir sehingga mereka menunda untuk menikah dibanding dengan dahulu. Jadi pertanyaan “kapan nikah?” sudah gak penting banget untuk dijawab, ya.
“ Kapan nikah” adalah suatu pertanyaan yang sangat pribadi dan menyinggung tetapi dianggap biasa. Sejatinya masyarakat sadar jika pernikahan bukan suatu tujuan akhir. Terutama bagi anak muda atau kaum milenia saat ini, mereka menganggap nikah bukan yang prioritas.
Bagi kamu yang ada pada tahap selalu ditanya akan hal tersebut gak usah galau. Karena di tahap ini kamu semakin paham jika nikah itu bukan hanya berkomitmen butuh juga keseriusan.
Sehingga untuk mewujudkan pernikahan impianmu perlu waktu. Maka gak usah terlalu resah dengan pertanyaan gak penting itu. Lebih baik salah waktu untuk tidak cepat-cepat menikah dari pada harus salah orang yang akhirnya menjadi bumerang dalam kehidupan rumah tangga kelak.