Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan (pixabay.com/panajiotis)

Bertemu dengan sosok yang masih belum cukup meyakinkan hati menjadi alasan mendasar dari dibangunnya jalinan hubungan tanpa status. Hingga tanpa sadar kamu dan dia telah menjalani HTS yang begitu kompleks. 

Salah satu sinyalnya, yakni merasa patah hati saat kehilangannya. Padahal, jika ditelusuri lebih lanjut hingga detik ini pun kamu tidak begitu mencintai dia. Lantas, mengapa bisa patah hati di saat sebenarnya hatimu tidak jatuh cinta dengannya? Temukan ulasan alasannya di bawah ini. 

1. Sudah telanjur memiliki ikatan emosional

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Secara logika, hal yang paling menyakitkan ialah ketika sudah terbiasa hidup bersama dengannya, lalu tiba-tiba kehilangan semua kebiasaan itu. Dalam rentang waktu yang cukup lama itu, kamu dan dia sudah memiliki keterikatan secara emosional.

Meski tak ada cinta dalam setiap interaksi kamu dan dia, tetap saja sudah terbentuk kebiasaan akan kebersamaan kalian. Kebersamaan yang sudah melekat dan intens inilah yang pada akhirnya membuatmu patah hati saat kehilangan dia, sekalipun yakin tidak mencintai orangnya.

2. Bukan hanya kehilangan orangnya, tetapi juga zona nyaman

ilustrasi pasangan (pixabay.com/HuyNgan)

Bak sebuah rumah, dia menjadi tempatmu untuk pulang, berkeluh kesah, pun berbagai cerita suka dan duka. Alhasil, dia menjadi zona nyaman sekaligus aman untuk kamu bisa menjadi dirimu sendiri.

Dia bisa menjadi obat atas luka akan berbagai masalah hidupmu. Bahkan dia berubah menjadi pahlawan yang bukan hanya mendengarkan, tetapi juga pemberi solusi terbaik.

Tak lupa, dia juga penyebab tawamu atas lelucon kecil hingga hal kocak yang begitu luar biasa. Lantas, kamu kehilangan rumah yang sebegitu menakjubkannya? Jelas saja jadi patah hati meski tidak jatuh cinta kepadanya. Patah hatimu itu karena kehilangan segala sikap dan tindakannya terhadapmu. 

3. Punya ekspektasi hidup bersama yang seketika hancur saat berpisah

ilustrasi pasangan (pixabay.com/Pexels)

Sadar atau tidak, cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa hidup bersama, lho. Bisa jadi alasan paling masuk akal saat kamu patah hati usai kehilangannya, ya karena kamu sudah dibuat jatuh cinta. Hanya saja, kamu menolak atau enggan untuk mengakuinya.

Coba renungkan, ajak dirimu berdiskusi terkait hal ini, dan pastinya jawab dengan jujur, ya. Bisa jadi dalam hatimu yang paling dalam sudah punya ekspektasi akan rencana mulai membuka hati untuk jatuh cinta kepada dia, nih. 

Jika pada akhirnya kamu benar memang tidak mencintai dia. Maka, artinya ekspektasimu ialah terus menjalin hubungan tanpa status dengan dia. Dia yang begitu baik, nyambung, cocok, hingga bikin kamu merasa aman dan nyaman.

Saat kehilangan dia, ekspetasi yang kamu bangun pun seketika hancur. Kamu sudah tak punya harapan lagi untuk hidup bersama dengan dia. Alhasil, terjadilah patah hati karena kenyataannya tak sesuai dengan harapanmu.

4. Rasa takut akan kesepian setelah kehilangannya

ilustrasi pasangan (pexels.com/ShotPot)

Perut yang terisi dengan kenyang tentu lebih gesit dalam berkegiatan daripada perut yang kosong, ya. Begitu pula dengan hati, hatimu ingin ada yang mengisi, biar tidak hampa dan kosong. 

Pun dengan pemiliknya, saat hatimu tak ada penghuninya, jelas kamu akan merasa kesepian. Oleh karena itu, meski kamu tidak mencintai dia, tetapi saat ini dia adalah penghuni hatimu.

Kehilangan dia hanya akan membuat hatimu menjadi patah hati karena terasa kelabu. Wajar saja kamu diselimuti rasa takut saat tak ada lagi warna-warni dari kehadirannya. Kamu merasa sudah tak bisa tersenyum semringah karena sikap manisnya. Pun hatimu tak bisa lagi berdebar-debar dengan tingkah manisnya.

5. Ego yang terluka

ilustrasi penolakan cinta (pexels.com/RDNE Stock project)

Meski tidak cinta, namun hubungan yang berakhir dengan tiba-tiba tentu meninggalkan bekas luka, ya. Terlebih, dalam hal ini ditinggal olehnya berkaitan erat dengan penolakan. 

Hal ini berkaitan dengan harga dirimu, kamu jadi kehilangan kendali atas situasi dan kondisi dengan dia yang selama ini kamu miliki. Jelas saja saat kehilangan dia, maka kamu akan merasakan sakit yang begitu luar biasa.

Pada akhirnya, jika memang kamu tidak mencintai dia, maka ya kamu harus siap kehilangan dia kapan saja. Ingat, dia juga punya hak untuk hidup berbahagia dengan orang yang dia cintai dan mencintainya balik. Bukankah kamu tidak bisa memberikan hal tersebut? Maka terimalah risiko akan kehilangannya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team