Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mengobrol dengan teman (pexels.com/@artempodrez)
ilustrasi mengobrol dengan teman (pexels.com/@artempodrez)

Intinya sih...

  • Kebiasaan sering bahas mantan bisa membuat teman bosan atau jenuh, sehingga mereka enggan mendengarkan ceritamu.
  • Sering membicarakan kesalahan atau kekurangan mantan dapat mempengaruhi opini teman terhadapnya dan menciptakan drama baru di masa depan.
  • Cerita tentang mantan yang terus-menerus disampaikan bisa memberi kesan kamu belum benar-benar selesai dan membuat orang lain ragu untuk mendekati kamu.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu menyadari kalau obrolanmu ke teman-teman sering berujung soal mantan? Mungkin niatnya hanya curhat atau lepas emosi sesaat. Tapi kebiasaan ini bisa berdampak panjang, baik terhadap dirimu maupun pandangan orang lain.

Terlalu sering mengungkit masa lalu bisa bikin kamu terlihat belum move on. Gak cuma itu, teman-teman juga bisa mulai menilai hubunganmu dari satu sisi saja. Yuk, simak lima dampak buruk terlalu sering bahas mantan ke teman, biar kamu lebih bijak dalam menjaga privasi hubungan!

1. Teman bisa kehilangan rasa simpati

ilusrasi perempuan mengobrol (pexels.com/@alexander suhorucov)

Awalnya, temanmu mungkin mendengarkan dengan empati. Tapi kalau terus-terusan bahas mantan, mereka bisa merasa bosan atau jenuh. Akhirnya, mereka malah enggan lagi mendengarkan ceritamu.

Kebiasaan ini bisa bikin kamu dicap drama atau gak bisa move on. Padahal niatmu cuma ingin curhat dan berbagi perasaan. Supaya hubungan pertemanan tetap sehat, batasi topik yang kamu bahas berulang kali.

2. Pandangan teman jadi buruk terhadap mantanmu

ilustrasi perempuan mengobrol (pexels.com/@rdne)

Sering cerita soal kesalahan atau kekurangan mantan bisa memengaruhi opini teman terhadapnya. Bahkan jika kalian dulu punya kenangan baik, teman akan fokus pada cerita negatif yang kamu sampaikan. Lama-lama, citra mantanmu jadi buruk di mata mereka.

Hal ini juga bisa memicu drama baru jika suatu saat kamu dan mantan kembali dekat. Temanmu sudah terlanjur punya opini negatif dan bisa menentang hubungan kalian. Itulah kenapa menjaga privasi hubungan sangat penting, bahkan setelah putus.

3. Kamu terlihat gagal move on

ilustrasi perempuan mengobrol (pexels.com/@ekaterina bolovtsova)

Terus membicarakan masa lalu bisa memberi kesan kamu belum benar-benar selesai. Ini bisa bikin orang menganggap kamu masih terjebak di hubungan lama. Padahal, mungkin kamu sebenarnya hanya butuh pelampiasan emosi.

Image ini bisa merugikanmu secara sosial, terutama kalau kamu sedang membuka lembaran baru. Orang bisa ragu menjalin hubungan dekat karena takut dibandingkan dengan mantanmu. Jaga citramu dengan bicara seperlunya dan lebih fokus ke masa depan.

4. Risiko salah paham atau drama tambahan

ilustrasi mengobrol dengan sahabat (pexels.com/@mentalhealthamerica)

Cerita yang kamu sampaikan ke teman belum tentu disimpan rapat. Bisa saja mereka meneruskan ke orang lain, termasuk ke mantanmu. Ini bisa memicu konflik baru yang seharusnya sudah selesai.

Selain itu, ada kemungkinan cerita jadi melenceng karena disampaikan dari mulut ke mulut. Ujung-ujungnya, kamu malah jadi pusat gosip yang gak perlu. Jadi, lebih baik pilih-pilih topik saat ngobrol dengan teman.

5. Menjauhkan kamu dari potensi hubungan baru

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/@keira burton)

Kalau kamu terus bahas mantan, orang baru yang ingin mendekat bisa merasa minder. Mereka bisa merasa dibanding-bandingkan atau tidak cukup baik. Ini bisa membuat mereka mundur perlahan.

Selain itu, teman juga bisa ragu mengenalkanmu ke kenalan baru karena mengira kamu belum siap. Padahal, kesempatan buat move on bisa datang dari hubungan yang baru. Fokuslah pada hal-hal positif yang bisa membangun versi terbaik dari dirimu.

Sering curhat soal mantan memang bisa jadi pelampiasan emosional. Tapi kalau dilakukan terus-menerus, justru bisa berdampak buruk pada pandangan orang lain terhadapmu dan hubunganmu. Yuk, jaga privasi hubungan dengan bijak dan fokus pada masa depan yang lebih sehat secara emosional! Ingat, gak semua hal tentang masa lalu perlu dibagikan ke semua orang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team