Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (pexels.com/Emma Bauso)

Subjek mengenai parental favortism atau ketimpangan kasih sayang orangtua terhadap anak-anaknya menjadi topik yang cukup banyak dibicarakan saat ini. Topik ini mulai mencuat sejak sejumlah content creator di media sosial membuat video pendek yang memperlihatkan perbandingan kamar miliknya dan saudara mereka yang memiliki perbedaan mencolok.

Dilansir Healthline, menurut Michele Levin, seorang terapis keluarga mengungkapkan bahwa cukup lazim jika orangtua menunjukan kasih sayang yang lebih besar terhadap salah satu anak (atau lebih) ketimbang anak-anaknya yang lain.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan orangtua melakukan favoritism, seperti urutan kelahiran, jenis kelamin, kebutuhan khusus anak yang berbeda, atau karakter anak itu sendiri.

Studi menunjukan bahwa parental favoritism dapat berdampak signifikan pada anak dan hubungan keluarga secara keseluruhan. Berikut ini adalah beberapa dampak dari parental favortism yang perlu kamu ketahui.

1. Harga diri

ilustrasi aksi vandalisme (pexels.com/cottonbro)

Dilansir Healthline, orangtua yang cenderung memfavoritkan salah satu atau sebagian anaknya dapat berdampak pada self-esteem atau harga diri anak, terutama bagi mereka yang merasa dirinya di nomor duakan.

Hal ini akan menjadi lebih rumit ketika anak tersebut beranjak remaja dimana self-esteem merupakan suatu hal yang penting. Anak yang bukan favorit orangtuanya akan memiliki citra negatif terhadap dirinya sendiri sehingga dapat berujung pada kenakalan dan perilaku buruk.

Sebaliknya, anak yang difavoritkan oleh orangtuanya cenderung memiliki self-esteem yang tinggi. Meski terdengar baik, hal ini juga dapat mengakibatkan sang anak kesulitan untuk menerima setiap kegagalan yang menimpanya. 

2. Kepercayaan diri

ilustrasi saudara berselisih (pexels.com/cottonbro)

Selain self-esteem yang rendah, anak yang bukan menjadi favorit orangtuanya juga cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah. Ia selalu merasa bahwa ia tidak memenuhi ekspektasi orangtuanya dan merasa terbelenggu oleh standar yang tidak adil. 

Sedangkan anak yang menjadi favorit biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi atau bahkan terlalu tinggi. Jika terus dibiarkan, anak akan memiliki sifat narsistik. Meski tidak selalu buruk, perilaku narsistik dapat berujung pada perilaku sombong, arogan, dan antipati.

3. Identitas dan jati diri

ilustrasi anak bermain (pexels.com/jonas mohamadi)

Ketika remaja dan menuju dewasa, anak yang bukan favorit orangtuanya akan mencari kenyamanan di tempat yang lain, seperti lingkungan pergaulan atau hobi yang ia minati. Hal ini mengakibatkan sang anak untuk rajin mengekslorasi jati dirinya sehingga ia mudah mengetahui apa yang ia sukai dan tidak sukai, serta apa yang ia ingin lakukan ketika dewasa.

Sedangkan anak yang terbiasa menjadi favorit orangtuanya biasanya akan mengalami kesulitan untuk menemukan jati dirinya. Hal ini tidak lepas dari faktor orangtuanya yang terlalu memperhatikan dan menuntunnya. Ketika remaja hingga dewasa, sang anak akan cenderung melakukan sesuatu yang familiar atau sesuatu yang orangtuanya sukai.

4. Kemandirian

ilustrasi bepergian sendiri (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Serupa dengan dampak terhadap identitas, parental favoritism juga berpengaruh kepada kemandirian anak. Anak yang bukan menjadi favorit orangtuanya melakukan banyak kegiatan sendiri sehingga ia akan menjadi pribadi yang mandiri. Ia juga merasa lebih bebas ketika ia berada di luar rumah.

Sedangkan anak yang difavoritkan biasanya akan menjadi anak yang manja dan kesulitan untuk melakukan banyak hal sendiri. Ia akan mudah takut dan segan untuk melakukan sesuatu yang baru dan asing baginya. Ia juga akan kesulitan untuk melepaskan atau pindah dari keluarganya ketika diperlukan.

5. Hubungan keluarga

ilustrasi saudara bermain bersama (pexels.com/cottonbro)

Di saat remaja dan dewasa, anak yang merasa bukan favorit akan menjaga jarak dengan orangtuanya. Hal ini akan menjadi lebih terasa ketika anak tersebut telah dewasa dan tidak lagi tinggal dengan orangtua mereka.

Parental favoritism tidak hanya akan merusak hubungan antara anak dan orangtua, tapi juga hubungan antar saudara. Tidak dapat dipungkiri, orangtua yang pilih-pilih dapat menimbulkan sifat kompetitif diantara saudara. Meski begitu, hal ini dapat dihindari atau dikurangi dengan rasa simpati diantara saudara yang dapat mempererat hubungan mereka.

Parental favoritism dapat berpengaruh pada pembentukan karakter dan perilaku anak secara signifikan. Selain itu, hal ini juga dapat merusak hubungan baik keluarga secara keseluruhan.

Untuk itu, orangtua dianjurkan untuk tidak menunjukan tanda-tanda pilih kasih kepada anak-anaknya. Tetaplah bersikap adil, tapi tetap memperhatikan dan memenuhi kebutuhan setiap anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team