5 Kelakuan Minus Teman yang Gak Perlu Dimaklumi, Toxic Banget!

Sebenarnya wajar saja jika sekali dua kali kamu mentraktir temanmu makan siang di restoran. Ya, anggap sebagai bentuk bagi-bagi rezeki, toh tidak setiap hari juga kamu membayar makanannya. Tetapi siapa sangka, kalau niat baikmu itu justru dimanfaatkan olehnya.

Lama-kelamaan temanmu ini jadi bersikap kurang aja. Ibarat sudah dikasih hati masih minta ampela juga. Hampir setiap kali kalian jalan bareng, dia gak sungkan minta dibelikan ini dan itu. Oke deh, kalau harganya masih terjangkau, nah kalau sudah nunjuk yang bermerek, siapa juga yang gak sewot? Sementara untuk sekadar bayar tiket parkir saja dia enggan mengeluarkan uang sepeser pun. Dipikir kamu orangtua asuhnya kali, ya! 

Tidak hanya hobi minta traktiran dan dibelikan barang-barang branded, temanmu yang satu ini juga sering banget pinjam uang. Apalagi saat kamu barusan terima gaji. Dia bakal gercep menghubungimu dan minta tolong supaya kamu bersedia meminjaminya sedikit uang. Padahal dia sendiri punya penghasilan yang lumayan. Masa iya, uang gajinya bisa ludes seketika?

Selain senang meminjam uang dia juga beberapa kali menyelang barang-barang milikmu. Sebut saja tas, sepatu, pakaian atau buku. Tapi walaupun konteksnya adalah meminjam, sampai sekarang baik uang maupun barang-barang yang dibawanya tersebut gak pernah kembali lagi ke tanganmu. Kesal gak sih!

Meskipun kalian sudah berteman dari zaman SD, tapi pasti masing-masing memiliki kegemaran sendiri, dong. Di mana apa yang kamu suka belum tentu satu selera dengan temanmu ini. Selama itu tidak mengganggu hubungan pertemanan kalian, tetap hargai perbedaan ya! Seperti ketika kamu lebih suka tampil natural tanpa riasan. Sementara sahabatmu ini gak bisa keluar rumah tanpa membingkai alisanya terlebih dahulu.

Kamu bisa memaklumi keribetannya itu, yang kadang membuatmu harus menunggu lebih lama untuk sekedar berangkat ke mall. Tapi beda cerita dengannya, kebiasaanmu yang gak pernah berias itu membuatnya risi dan gatal ingin mendandanimu. Alhasil dia sampai memaksamu supaya mau memakai makeup. Kesal tentu saja, tapi mau menolak seperti apa pun juga, dia tetap ngotot memaksa. Coba posisinya di balik, pasti dia gak terima dan merasa diatur-atur olehmu. 

Sebagai sahabat wajar jika kamu sering berkeluh-kesah tentang masalahmu kepadanya. Harapannya sih, dia mau menjadi pendengar yang baik dan bisa kasih gambaran solusi untuk masalahmu ini. Memang, temanmu ini termasuk punya rasa setia kawan yang tinggi. Tapi bukan berarti dia berhak mendikte sikapmu sesuai kemauannya, dong!

Memberi saran sih boleh-boleh saja, namun keputusan tetap ada di tanganmu. Tentunya kamu punya pertimbangan sendiri, apakah masukan darinya itu masuk akal dan sesuai sama kondisimu atau tidak. Lagi pula, jika kamu menuruti semua perkataan dia, yakin temanmu ini mau tanggung jawab jika masalahnya jadi semakin runyam? Sahabat yang baik tentu bisa bersikap lebih bijak, dong. Bukannya egois dan mau menangnya sendiri begini. 

Tak sampai di situ saja, temanmu ini ternyata juga gak bisa menjaga rahasia. Awalnya saja bersikap baik dan sok mau jadi tempat curhat kapan pun kamu butuh. Eh tapi, diam-diam dia sekalian mengumpulkan informasi. Sudah tahu kamu memercayakan rahasimu padanya supaya gak bocor ke orang lain, kok ini malah dijadikan bahan gosip sih!

Begitu kamu tahu dan marah besar, dia cuma bilang kalau itu sekedar buat lucu-lucuan. Padahal masalahmu itu terbilang berat dan sempat bikin down. Masuk akal banget sih, kalau mulai saat itu kamu sudah mencoret namanya dari daftar pertemanan.

Sejatinya persahabatan yang sehat akan membawamu ke masa depan yang lebih baik pula. Kalian bisa berproses bersama dan saling memberi dukungan satu sama lain. Tapi bila kenyataannya dia malah menunjukkan kelakuan minus di atas, gak perlu dimaklumi lagi deh. Apalagi memberikan kesempatan kedua, siapa tahu dia bakal berubah. Gak usah ambil risiko, lebih baik cari teman lain yang lebih baik dan satu frekuensi denganmu.