5 Pelajaran Cinta dari Janda Penjual Kue Ini Mungkin Bisa Menginspirasi Hidupmu

Selama mengarungi biduk rumah tangga, Bu Ratih pernah mengalami yang namanya poligami. Hingga pada akhirnya ia dan mantan suaminya memutuskan untuk bercerai, tidak ada satupun dari keluarganya yang tau bahwa rumah tangganya bermasalah sebelumnya. Bu Ratih pandai menyimpan luka dan menjaga kehormatan orang lain, sekalipun ia adalah mantan suaminya. Begitupula ketika ia bercerita kepada anak-anaknya tentang ayah mereka.

Bu Ratih selalu memberi ruang kepada anak-anaknya agar bisa sering bertemu dengan ayahnya. Demi cintanya kepada anak-anak yang ia lahirkan, maka ia merelakan waktu kebersamaan dengan anaknya agar anak-anaknya tetap mendapatkan kasih sayang seorang ayah. 

Dalam melakukan banyak aktivitas, Bu Ratih selalu bersungguh-sungguh. Entah itu kesungguhan dalam melayani pelanggan, kesungguhan dalam melayani teman, dan kesungguhan ketika ia berperan sebagai seorang ibu. Melalui kesungguhan inilah, Bu Ratih banyak dicintai oleh anak, sahabat dan tetangga-tetangga di sekitarnya. Bu Ratih selalu ingin menunjukkan bahwa rasa cinta hanya bisa dibuktikan dengan kesungguhan.

Mendidik empat anak seorang diri tentunya tidaklah mudah. Oleh karena itu Bu Ratih membagi tugas kepada anak-anaknya. Di mana kakak berperan di fungsi pengasuhan juga. Bu Ratih pun memposisikan diri sebagai teman yang bisa berbagi keluh kesah dengan anak-anaknya, sekaligus sebagai rekan kerja, karena anak-anaknya membantu Bu Ratih dalam berjualan kue.

Bu Ratih lagi-lagi membuktikan, bahwa cinta itu perlu dibangun. Salah satu cara yang ia lakukan adalah dengan memberikan kejutan dan perhatian kecil kepada sahabat-sahabatnya. Misalnya saja dengan mengirimkan kue atau dengan sengaja menanyakan kabar. Dengan membangun cinta kepada banyak orang, Bu Ratih tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dan cinta, karena cinta baginya adalah ketika bisa memberikan yang terbaik.

Bu Ratih punya sahabat yang sama-sama janda, cuma bedanya sahabatnya ini adalah janda yang ditinggal mati suaminya. Singkat cerita, ketika Bu Ratih melihat keadaan sahabatnya yang mengalami guncangan dan tekanan sepeninggal suaminya, maka ia secara rutin mengunjungi sahabatnya ini, bahkan secara sukarela memelihara kuncing Angora sahabatnya itu. Padahal, taukah kamu bagaimana sahabatnya itu memperlakukan Bu Ratih? Secangkir air putih pun tak pernah tersuguhkan untuknya. Dan Bu Ratih tetap mencintai sahabatnya tanpa syarat.