5 Tindakan yang Pantang Dilakukan Saat Teman Lagi Curhat, Gak Sopan!

Saat seseorang sedang menumpahkan segala kegalauannya, sebagai teman curhat kamu hanya perlu sabar mendengar. Jangan sebentar-sebentar memotong pembicaraannya, hanya karena merasa kamu tahu apa yang akan dia ucapkan.

Temanmu ini sedang bersedih, lho, rasanya bukan saat yang tepat untuk menyela kata-katanya, deh. Untuk bisa terbuka akan masalahnya saja, mungkin dia butuh waktu yang gak sebentar untuk meyakinkan diri. Dengarkan saja dulu, baru kasih tanggapan. 

Baru juga dengar separuh dari keseluruhan cerita kamu sudah berani main hakim sendiri. Apalagi sampai memojokkan temanmu ini dan menganggap sumber masalahnya itu ada padanya.

Ya, mungkin saja apa yang kamu katakan ini benar, tapi bukan sekarang saat yang pas untuk menyalahkannya. Sebagai teman curhat kamu seharusnya bersikap netral. Tidak memihak salah satu kubu.

Begitu pula, ketika kamu merasa dia adalah korbannya. Jangan lantas menyalahkan kubu sebelah dan membela temanmu mati-matian, ya. Cukup berpendapat sewajarnya saja, deh. 

Bisa jadi masalah yang dia bicarakan ini sudah pernah kamu alami. Dan pada waktu itu, kamu bisa mengatasinya dengan baik tanpa bantuan dari siapa pun. Makanya, begitu tahu masalahnya kamu dengan entengnya meremehkan dia. Bagimu, dia terlalu berlebihan menghadapi masalah receh begini. 

Mungkin kamu lupa, kalau kemampuan orang itu berbeda-beda. Mental kalian juga gak sama. Kamu jatuh dari kuda hingga patah tulang masih bisa bangkit dan berjalan. Sementara dia yang cuma tergores pisau bisa menangis di tempat. 

Begitu pula dengan cara kalian menghadapi masalah. Kalau memang kamu merasa persoalan ini remeh, ya coba bantu temanmu untuk bisa menemukan jalan keluarnya, dong. Jangan bisanya cuma ngomong doang. 

Sudah satu jam temanmu curhat sambil menangis tersedu-sedu. Selama itu pula banyak bagian dari ceritanya yang diulang-ulang. Kesal, sih, rasanya harus mendengar lagi cerita yang sama.

Tapi coba tahan diri dan jangan sampai memintanya untuk meringkas. Itu adalah tugasmu. Lho, kok bisa? Iya, dong sebagai orang yang emosinya lebih stabil, kamu bisa dengan mudah mengerti apa yang temanmu maksud sejauh ini, kan?

Makanya, begitu dapat benang merahnya, minta dia untuk berhenti bicara dengan halus. Katakan kalau kamu tahu apa yang dia maksud dan rasakan. Sekarang kalau boleh, kamu ingin mencoba membantunya mencari solusi. Kan, lebih enak kedengarannya daripada memaksa dia untuk meringkas cerita. Kasihan, lho!

Biasanya setelah sesi curhat berakhir, kamu akan memberikan kata-kata indah yang penuh penghiburan. Harapannya, sih, supaya temanmu mendapatkan kembali rasa percaya dirinya dan bisa tersenyum lagi.

Memang sikapmu itu sudah benar, tapi jangan sampai di antaranya terselip harapan palsu, ya. Kamu gak boleh memberikan dia angan-angan yang gak mungkin kejadian. 

Misalnya saja dia barusan putus cinta. Karena ingin menghibur, kamu pun bilang ke dia kalau nanti juga mantannya menyesal dan minta balikan lagi. Ayo, kalau itu gak pernah terjadi gimana?

Lebih baik kamu tetap memberikan gambaran yang logis saja, deh. Meskipun sulit diterima tapi setidaknya itu tidak membuatnya memegang harapan kosong. 

Mendengarkan teman curhat bahkan sampai berjam-jam lamanya itu memang melelahkan. Tapi dari situ kamu juga bisa banyak belajar. Siapa tahu, lain kali kamu yang berada di posisinya.

Jadi bisa lebih tenang mengambil sikap. Makanya, gak ada salahnya mencoba menjadi pendengar yang baik dan tidak bertindak seenaknya lagi. Kalau kamu pernah melakukan salah satu sikap di atas, lain kali jangan diulangi, ya!