Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita ngobrol
ilustrasi wanita ngobrol (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Menjadi pendengar yang baik adalah kunci menanggapi curhatan sahabat. Mereka butuh validasi dan pengakuan perasaannya.

  • Hanya beri opini ketika diminta, netral, dan tidak memihak. Tidak tugas kamu untuk menyelesaikan masalah mereka.

  • Peranmu terbatas, jangan jadi control freak. Sadari ada hal di luar kendalimu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menanggapi sahabat yang curhat masalah hubungan tidak sesederhana yang dipikirkan. Di satu sisi ia menanyakan saran dan pandanganmu sebagai sahabat, tapi di sisi lain kamu juga tidak ingin terlibat lebih dalam.

Inilah mengapa, ada beberapa aturan tak tertulis dalam menanggapi curhatan sahabat tentang masalah hubungan. Bukan aturan mutlak, tapi mengikuti tips di bawah akan membantumu untuk lebih bijak menanggapi cerita teman-teman di sekitarmu. Toh pada akhirnya, hubungan mereka pun adalah privasi yang harus diselesaikan sendiri.

Aturan-aturan berikut bisa jadi pedoman untukmu membangun batasan dalam masalah hubungan teman. Simak baik-baik, ya!

1. Jadi pendengar yang baik untuk sahabat

ilustrasi dua wanita (pexels.com/Ivan S)

Menjadi pendengar yang baik adalah kunci menanggapi curhatan sahabat. Terkadang, mereka gak butuh solusi atau nasihat panjang-lebar, melainkan validasi untuk didengar, dipahami, dan diakui perasaannya.

Dengan menceritakan hubungan yang seharusnya termasuk privasi, ini tanda bahwa sahabatmu sebenarnya percaya padamu. Gak perlu kamu beri opini yang kesannya malah memojokkan temanmu. Ingatlah bahwa, peranmu di sini hanya sebagai pihak eksternal yang gak tahu segala hal tentang hubungan mereka.

2. Beri opini yang gak memihak salah satu pihak

ilustrasi sahabat ngobrol (pexels.com/Alena Darmel)

Unspoken rules lain saat menanggapi curhat sahabat tentang masalah hubungan adalah, hanya memberi opini ketika diminta. Mungkin, sahabatmu sudah benar-benar frustrasi dan gak tahu harus ambil keputusan apa, sehingga meminta saran darimu.

Sekali lagi, ingatlah bahwa sebagai pihak eksternal. Gak seharusnya kamu memanas-manasi doi dengan memihak salah satu pihak. Toh, kamu juga gak tahu akar serta detail permasalahannya.

Sebaiknya, beri opini netral yang gak membuat hubungan temanmu jadi lebih terpecah. Bukan tugasmu untuk menyelesaikan masalah mereka, kehadiranmu justru harus jadi penguat untuk temanmu.

3. Beri ruang privasi untuk temanmu menyelesaikan masalahnya sendiri

ilustrasi dua wanita ngobrol (pexels.com/cottonbro studio)

Peranmu sebagai pihak eksternal pasti terbatas. Ada beberapa hal yang memang hanya bisa dilakukan sahabatmu. Salah satunya, dalam pengambilan keputusan.

Kamu sudah memberi saran, tapi kamu gak bisa memaksa saranmu untuk langsung diterapkan doi. Ini juga akan jadi tempat untuk dia belajar dan bertumbuh dalam hubungan. Jangan jadi pribadi yang control freak, ya! Sadari bahwa ada bagian yang memang ada di luar kendalimu, dan itu gak apa-apa.

4. Gak menyebarkannya ke orang lain

ilustrasi wanita bercerita (pexels.com/George Milton)

Menjadi tempat sahabat untuk berkeluh kesah, apalagi tentang masalah hubungan, adalah sebuah kehormatan tersendiri. Berarti, kamu cukup dekat dan bijak untuk bisa dijadikan cerita hal-hal privasi.

Sikap dewasa ditunjukkan lewat kesadaran akan memilah mana yang bisa diceritakan ke orang, mana yang tidak. Lagipula, masalah adalah aib dalam hubungan. Kamu gak punya hak untuk menyebarkan apa yang bukan milikmu sejak awal.

5. Beri batasan saat sudah merasa overwhelmed

ilustrasi dua sahabat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menjadi tempat berkeluh kesah masalah relasi bisa terasa sangat melelahkan. Sekalipun sudah dekat dengan sahabat, pasti ada kalanya kamu capek menanggapi cerita yang gak jauh dari masalah hubungan. Terlebih, kalau sudah menjerumus ke arah toksik.

Misal, pola masalah berulang yang gak pernah selesai dari dulu. Atau, sahabat yang putus nyambung sama pasangan toksik, padahal kamu sudah peringatkan. Kamu merasa hanya dijadikan tempat pelarian yang gak benar-benar dianggap.

Kalau sudah di tahap ini, bangunlah batasan yang tegas antara kamu dengan sahabat. Walau kelihatan sederhana, kebiasaan ini membantu menjaga energimu agar gak mudah habis untuk hal yang gak perlu.

Menanggapi curhat sahabat bukan hanya tentang memberi saran. Lebih dalam, ini tentang mendengar dan memberi empati pada apa yang sahabatmu rasakan, sembari tetap menjaga privasinya. Semoga kamu gak gampang drained menanggapi curhatan orang, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team