Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Cermat untuk Mengakhiri Persahabatan yang Tak Sehat

ilustrasi sahabat
ilustrasi sahabat (pexels.com/Gianne Karla Tolentino)
Intinya sih...
  • Sadari tanda-tanda persahabatan yang toxic

  • Refleksi diri sebelum mengambil keputusan

  • Komunikasikan secara jelas dan jujur

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam perjalanan hidup, kita pasti bertemu dengan banyak orang yang kemudian menjadi teman dekat. Persahabatan bisa menjadi sumber energi positif, dukungan emosional, bahkan tempat berbagi kebahagiaan dan kesedihan. Meski begitu, tidak semua hubungan berjalan sehat selamanya. Ada kalanya, sebuah persahabatan justru membawa dampak buruk bagi kesehatan mental maupun perkembangan diri.

Mengakhiri persahabatan bukanlah hal mudah, apalagi jika sudah terjalin cukup lama. Perasaan bersalah, takut dianggap jahat, hingga rasa kehilangan sering kali muncul. Meski begitu, penting untuk diingat bahwa menjaga diri sendiri adalah prioritas utama. Jika hubungan sudah tidak sehat, lebih baik mengambil langkah tegas. Berikut lima cara cermat untuk mengakhiri persahabatan yang tak sehat.

1. Sadari tanda-tanda persahabatan yang toxic

ilustrasi bertengkar
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Liza Summer)

Langkah pertama adalah mengenali gejala bahwa hubungan tersebut tidak lagi sehat. Persahabatan yang toxic biasanya ditandai dengan adanya manipulasi, rasa iri, hingga sikap tidak mendukung. Jika kehadiran teman tersebut lebih sering membuatmu merasa lelah, cemas, atau tidak dihargai, itu sudah menjadi sinyal bahaya.

Menyadari tanda-tanda ini akan membantumu lebih rasional dalam membuat keputusan. Jangan terjebak pada romantisasi masa lalu, seperti mengingat momen indah semata. Fokuslah pada kondisi saat ini: apakah hubungan itu masih membuatmu berkembang atau justru menghambat? Kesadaran adalah kunci awal sebelum melangkah lebih jauh.

2. Refleksi diri sebelum mengambil keputusan

ilustrasi melamun
ilustrasi melamun (pexels.com/Christina Morillo)

Sebelum memutuskan untuk mengakhiri persahabatan, penting untuk melakukan refleksi diri. Tanyakan pada dirimu, apakah masalah muncul karena kesalahpahaman sementara atau memang sudah menjadi pola yang berulang. Dengan begitu, kamu bisa lebih yakin bahwa keputusan ini bukan hanya didorong emosi sesaat.

Refleksi juga membantumu memahami batasan pribadi. Apakah kamu sudah merasa terlalu sering berkorban, tidak didengar, atau bahkan dimanfaatkan? Jika jawaban-jawaban tersebut cenderung mengarah ke iya, maka ini menjadi sinyal kuat bahwa langkah cut off perlu dilakukan demi kebaikanmu sendiri.

3. Komunikasikan secara jelas dan jujur

ilustrasi ngobrol
ilustrasi ngobrol (pexels.com/Christina Morillo)

Langkah berikutnya adalah menyampaikan keputusanmu dengan cara yang baik. Tidak perlu penuh drama, cukup sampaikan alasanmu dengan jujur dan jelas. Katakan bagaimana perasaanmu selama ini tanpa harus menyalahkan pihak lain secara berlebihan. Dengan begitu, pesanmu akan lebih mudah diterima.

Komunikasi yang jelas juga membantu menutup hubungan dengan cara yang lebih dewasa. Meski tetap ada kemungkinan temanmu bereaksi negatif, setidaknya kamu sudah melakukan bagianmu dengan cara yang sehat. Ingat, tujuan utama adalah menjaga dirimu sendiri, bukan membuat pihak lain merasa nyaman dengan keputusanmu.

4. Tetapkan batasan setelah cut off

ilustrasi waktu sendiri
ilustrasi waktu sendiri (pexels.com/cottonbro studio)

Setelah menyampaikan keputusan, langkah selanjutnya adalah menetapkan batasan. Hal ini penting agar kamu tidak mudah goyah atau terbawa perasaan ketika mantan temanmu mencoba kembali masuk ke dalam hidupmu. Batasan bisa berupa mengurangi komunikasi, menjaga jarak, atau bahkan memutus kontak di media sosial.

Meski terkesan ekstrem, menetapkan batasan ini justru akan membantumu pulih lebih cepat. Dengan menjaga jarak, kamu punya ruang untuk fokus pada dirimu sendiri. Ingat, tidak ada yang salah dengan melindungi energi dan kesehatan mentalmu dari hal-hal yang membuatmu tidak nyaman.

5. Alihkan energi pada hal positif dan relasi baru

ilustrasi olahraga
ilustrasi olahraga (pexels.com/Centre for Ageing Better)

Mengakhiri persahabatan pasti meninggalkan kekosongan. Karena itu, penting untuk mengalihkan energi ke hal-hal yang lebih positif. Kamu bisa kembali menekuni hobi, memperdalam pekerjaan, atau membangun hubungan dengan orang-orang baru yang lebih mendukung. Dengan begitu, hidupmu tidak terasa hampa setelah cut off.

Selain itu, membuka diri pada relasi baru juga membantu memperluas perspektif. Kamu akan belajar bahwa masih banyak orang baik yang bisa diajak bertumbuh bersama. Lambat laun, luka dari persahabatan yang toxic akan tergantikan oleh pengalaman dan hubungan yang lebih sehat.

Menerapkan cara cermat untuk mengakhiri persahabatan yang tak sehat memang bukan sesuatu yang ringan, tetapi sering kali adalah langkah terbaik bagi kesehatan mental. Dengan menyadari tanda-tanda toksik, melakukan refleksi, berkomunikasi jujur, menetapkan batasan, hingga mengalihkan energi pada hal positif, kamu bisa menjalani proses cut off dengan lebih baik. Ingat, menjaga diri sendiri bukanlah sikap egois, melainkan bentuk kasih sayang terhadap diri yang paling penting.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Topik Sensitif yang Wajib Dibahas sama Pasangan

25 Nov 2025, 16:28 WIBLife