Bagi seorang perempuan, memiliki pernikahan yang harmonis adalah salah satu impian terbesarnya selama hidupnya. Oleh karena itu, perempuan cenderung lebih pemilih dan hati-hati dalam memilih pendamping hidupnya, dibandingkan laki-laki.
Sebab, laki-laki biasanya memilih pasangan dengan mengutamakan fisiknya, meskipun tidak semuanya seperti itu. Padahal, memiliki paras dan fisik yang menawan, belum tentu memiliki perilaku yang baik, bukan?
Namun terkadang, meski sudah memilih pendamping hidupnya dengan hati-hati, perempuan tetap tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dalam pernikahannya. Mengapa demikian? Berikut lima alasan yang bisa menjadi penyebabnya.
6 Penyebab Mengapa Perempuan Tidak Bahagia dengan Pernikahannya

1. Kurang mendapat perhatian dari suaminya
Penyebab pertama mengapa perempuan tidak bahagia dengan pernikahannya adalah karena kurang mendapat perhatian dari suaminya. Bisa jadi sebelum menikah, sang suami memberikan perhatian yang besar. Namun, setelah menikah malah berubah menjadi lebih cuek atau kurang perhatian.
Tentu hal tersebut sudah hal yang umum terjadi dalam pernikahan. Suami yang kurang perhatian kepada istrinya, bisa jadi karena banyaknya pekerjaan di tempat kerjanya. Alhasil, ia tidak memiliki cukup waktu untuk memberi perhatian untuk istri dan anak-anaknya.
Selain itu, bisa jadi karena suami awalnya memang memiliki sifat yang cuek. Namun, karena ingin mendapatkan hati dari pujaan hatinya, dia berusaha untuk mengubah sifatnya tersebut. Namun, setelah berhasil mendapatkan pujaan hatinya, sifatnya yang cuek kembali muncul. Di mana mungkin karena dia lebih nyaman dengan sifat tersebut.
Padahal, sang istri tentu ingin mendapatkan perhatian dari suaminya, karena sudah seharian lelah mengurus rumah dan anaknya, ia jadi ingin dimanja oleh suaminya untuk melepas penatnya. Jika suaminya cuek, tentu hal tersebut bisa membuat sang istri menjadi kecewa dan akhirnya memiliki keinginan untuk mencari perhatian dari orang lain yang nantinya bisa memicu terjadinya perselingkuhan.
2. Sering mendapat kekerasan verbal atau fisik dari suaminya
Sering mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya baik berupa kekerasan verbal dan fisik, bisa jadi penyebab utama mengapa perempuan tidak bahagia dengan pernikahannya. Meskipun memiliki materi berlebih, perempuan tetap tidak bisa akan bahagia, karena perlakuan kasar dari suaminya tersebut menyakiti hatinya.
Namun, kemungkinan perempuan tetap akan bertahan dengan suaminya yang sering berbuat kasar kepadanya. Biasanya, karena ia percaya bahwa suatu hari nanti pasangannya bisa berubah. Bisa juga karena ia kasihan dengan nasib anaknya nanti, jika ia sampai berpisah dengan suaminya.
Padahal, kekerasan yang diterimanya bisa berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya. Di mana itu juga nantinya juga bisa berdampak dalam pola asuh terhadap anaknya. Contohnya, dia juga akan melakukan kekerasan kepada anaknya seperti yang dilakukan suaminya kepadanya, ketika buah hatinya tersebut tidak mau menuruti kata-katanya.
3. Suami tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga dengan baik
Dibandingkan sebelum menikah dan mempunyai anak, tentu keperluan masih terbilang tidak begitu besar. Alhasil, terkadang semua kebutuhan perempuan bisa dicukupi oleh pasangannya.
Namun, setelah menikah, apalagi jika sudah memiliki anak, tentu kebutuhan akan semakin besar. Tentu hal tersebut bisa membuat suami terkadang kewalahan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga, apalagi jika istrinya tidak bekerja.
Tentu sang istri yang dulunya terbiasanya tercukupi kebutuhannya sebelum menikah. Ia bisa saja merasa sangat kecewa dengan suaminya, karena tidak lagi bisa mencukupi kebutuhannya dengan baik seperti dulu. Apalagi jika sampai harus berhutang kepada orang lain, karena tidak adanya tabungan sama sekali saat keadaan darurat.
4. Tidak diterima dengan baik oleh keluarga suami
Tidak bisa diterima dengan baik oleh keluarga suami juga merupakan salah satu penyebab mengapa perempuan tidak bahagia dengan pernikahannya. Sebab, perlakuan keluarga suaminya yang buruk kepadanya, juga bisa berpengaruh dengan kehidupan rumah tangganya.
Contohnya, ibu mertua atau saudara ipar memengaruhi suami tentang hal-hal yang buruk yang dilakukan olehnya. Padahal kenyataannya tidak demikian. Selain itu, bisa juga karena ibu mertua terlalu ikut campur dengan rumah tangganya, sehingga sering memicu keributan antara dirinya dan suaminya.
5. Memiliki anak yang susah untuk dinasihati
Memiliki anak yang susah untuk dinasihati memang menguras emosi. Apalagi jika suami sering menyalahkan istrinya tentang tingkah laku anaknya. Tentu membuat istri semakin stres dan tidak bahagia dengan pernikahannya.
Oleh sebab itu, sebelum memiliki anak, maka buat kesepakatan dengan suamimu jika mengurus anak adalah tanggung jawab bersama. Jika anak memiliki masalah, maka suami dan istri harus sama-sama bertanggung jawab dan bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak boleh hanya menyalahkan salah satu pihak saja.
6. Merasa tidak dihargai oleh suami atau anaknya
Setelah berusaha untuk melakukan yang terbaik buat keluarga, tentu setiap perempuan ingin semua usahanya tersebut dihargai oleh suami dan juga anaknya. Namun, jika usahanya tidak pernah dihargai oleh suami atau anaknya, atau bahkan keduanya, tentu bisa membuatnya sangat kecewa.
Apalagi jika sampai ia dibanding-bandingkan dengan orang lain. Tentu akan membuatnya tambah kecewa dan sakit hati. Selain itu, seorang perempuan juga akan merasa tidak dihargai jika pendapatnya tidak direspons dengan baik oleh suami atau anaknya.
Ditambah jika ia malah diremehkan di depan orang lain saat mengeluarkan pendapat tersebut. Tentu dia akan merasa malu dan merasa sama sekali tidak dihargai oleh suami atau anaknya tersebut.
Di dalam pernikahan, perempuan adalah penentu utama bagaimana rumah tangga itu kelak akan berakhir. Apakah akan harmonis atau justru hancur di tengah jalan. Jika perempuan yang berperan sebagai istri dan ibu ini merasa bahagia, maka tentu anak serta suaminya juga akan ikut bahagia. Sebab, energi positif darinya mampu menular ke suami dan anaknya.