8 Alasan Kenapa Putusnya Persahabatan Lebih Menyakitkan dari Putus Cinta

Berbeda dengan hubungan cinta yang rata-rata masih dibumbui kedok dan pencitraan, kamu dan sahabat bagaikan saudara tapi beda orang tua. Tak ada lagi yang disembunyikan darinya, dan begitu pula sebaliknya.

Kehilangan koneksi dengan orang yang sangat mengerti dirimu ini gak hanya menyedihkan namun juga menakutkan. Bisa saja segala yang pernah kamu ungkapkan kepada si teman akhirnya menjadi senjata makan tuan.

Sesupel apa pun kamu, menjalin persahabatan tidaklah semudah itu. Butuh rasa percaya yang besar dan kemauan untuk membuka diri yang seringkali sulit didapatkan seiring kita tumbuh dewasa. Berkawan mungkin gampang, mencari pasangan tidak sulit, tetapi menjalin persahabatan yang mendalam perlu usaha ekstra.

Dalam tiga tahun terakhir, kamu bisa jadi sudah beberapa kali berganti kekasih. Namun sang sahabat selalu ada dalam hidupmu selama itu. Dia selalu menjadi bagian dalam keseharianmu, dan begitu pula sebaliknya. Tentu sulit untuk melepaskan diri dari bagian besar dalam kehidupanmu itu.

Jika kamu putus cinta, alasan seperti perselingkuhan, atau tak sayang lagi mungkin wajar menjadi jawaban. Tetapi, ketika kamu memutuskan hubungan dengan sahabat, berbagai alasan retaknya kalian akan terdengar aneh dan tidak dapat dijelaskan. Meskipun rasa sakit akibat musibah itu sungguhan.

Kalimat-kalimat pelipur lara untuk kamu ketika putus cinta tidak akan ada artinya ketika kamu kehilangan sahabat. Ya, intinya kekasih masih bisa dicari lagi, namun sahabat seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Tak akan ada kata-kata penghibur yang mampu menjelaskan penderitaan hatimu saat lepas dari sahabat.

Bertahun-tahun gaul bersama, saling mendukung dan berbagi canda, mana mungkin kamu bisa dengan mudah menghapus semua memori indah bersama sahabat. Kenangan-kenangan manis ini yang sering kali membuatmu kesulitan untuk meninggalkan teman, meski mereka sudah berbuat salah kepadamu.

Jelas akan ada perubahan di sekitar kalian berdua. Tidak mungkin retaknya hubungan ini tidak berpengaruh pada dinamikan pergaulan sosial kamu dan dia. Mungkin kelompok pertemanan kalian akan terpisah, terbagi menjadi dua kubu, atau bahkan berpencar sama sekali.

Koneksi juga bisa berkurang. Gak hanya berpengaruh bagi kesehatan mentalmu, tetapi juga kehidupan sosialmu.

Dia selalu menjadi support system-mu selama ini. Ketika kamu disakiti oleh mantan-mantan kekasihmu, selalu ada dia yang siap mendukungmu. Namun, jika giliran dia yang harus kamu kamu tinggalkan, siapa yang akan membantumu bangkit dari keterpurukan?

Sahabat tak jarang bisa lebih dekat dari keluarga sendiri. Perasaan yang ada untuk mereka tidak jarang lebih kuat daripada untuk pacar sendiri. Wajar kalau mengakhiri persahabatan bukanlah hal yang enteng. Tetapi kamulah yang paling tahu harus seperti apa kelanjutan hubunganmu dengan sahabat. Apakah retaknya hubungan ini hanya karena emosi sesaat, atau dia memang patut kamu relakan agar dapat menyongsong hidup yang lebih baik lagi.