Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aku Ingin Seperti Dia

Doc. Pribadi

Hari ini adalah ulang tahun temanku. Dia, pacar dari sahabatmu. Anggap saja nama temanku ini Angela dan pacarnya Nathan. Hari itu seperti hari lainnya, aku membuka akun media sosialku satu-persatu. Dimulai dari instagram, kemudian menjelajah ke path, dan bermuara di snapchat saat aku melihat bagaimana sahabat-sahabat angela memberikan surprise untuknya.

Kemudian, keluarlah Nathan dari balik pintu.

Nathan membawa kue dengan lilin 17 tahun dan menyanyikan lagu ulang tahun bersama sahabat-sahabat Angela. Jatuhlah air mataku membasahi layar telepon pintar milikku. Ulang tahunku akan datang 5 hari lagi. Oh, kamu tidak tahu betapa sedihnya aku. Ulang tahunku pada tahun-tahun sebelumnya membuatku tidak sabar. Namun, tahun ini membuatku sangat sedih. Karena tahun ini tidak akan ada kamu di sisiku.

Kamu berada di sana di dalam pelukan perempuan itu. Apakah kau ingat dulu, betapa semangatnya aku merencanakan pesta ulang tahun yang dimeriahkan oleh band-mu? Apakah kau ingat dulu, betapa aku tak sabar membayangkan bagaimana kamu akan mengejutkanku membawakan aku kue ulang tahun tengah malam bersama teman temanku? Apakah kau ingat bahwa dulu kau berjanji membuat pesta ulang tahun dan kejutan yang membuat aku selalu ingat denganmu?

Tapi semua harapanku sudah sirna setelah mendengar keputusanmu memilih dirinya ketimbang aku. Aku ingin seperti Angela. Setiap aku melihat Angela dan Nathan bersama, aku seperti melihat masa lalu kita. Masa lalu yang tidak ingin aku ingat. Aku ingin seperti Angela. Aku ingin melihatmu keluar dari balik pintu itu di acara ulang tahunku. Aku ingin seperti perempuan itu, perempuan yang kamu pilih.

Aku ingin berada di pelukanmu, mendengarkan cerita cerita konyolmu.

Aku ingin tertawa lagi seakan tidak ada hari esok. Aku ingin dapat tersenyum lagi tanpa harus memalsukan kebahagiaanku. Aku ingin kebahagiaan yang bukan hanya ilusi. Tak hanya cemburu, rindu kembali menjadi musuhku. Aku rindu menceritakan hal-hal konyol yang terjadi dalam hari hariku. Aku rindu harum parfummu yang menempel di bajuku. Aku rindu menonton film horor bersamamu. Aku rindu berfoto denganmu di photobox setiap mall yang kita kunjungi. Aku rindu menangis di dekapanmu. Aku rindu menertawakan setiap orang yang melewati meja kita saat makan di restauran cepat saji. Aku rindu kedua coklat mata yang sipit karena tertutup lemak pipi itu. Aku rindu adu mulut akan siapa yang salah dan siapa yang benar.

Aku ingin seperti Angela. 

Mengkhawatirkan semua hal ini hanya karena terpisah dengan Nathan oleh malam. Sementara kita? Terpisah oleh perempuan itu. Tapi apa daya, lebih baik aku menelan mentah-mentah dan duduk manis menjadi sahabatmu seperti yang kau minta daripada tetap berjuang hanya untuk membuatmu makin jauh dari raga dan jiwa ini. Memang bukan pilihan terbaik, aku hanya tak memiliki pilihan lain.

Share
Topics
Editorial Team
anjani larasati
Editoranjani larasati
Follow Us