Apakah semua yang berawal tanpa permisi juga harus diakhiri tanpa permisi? Lalu aku tak pernah mengerti dengan ini semua. Menunggu atau turut pergi adalah pilihan yang sama-sama kubenci. Menunggu sama halnya dengan menanti kereta datang di pemberhentian bus adalah suatu hal yang mustahil. Jika turut pergi, aku takut tersesat karena dibutakan arah dan akhirnya bila suatu saat dirimu kembali tak akan engkau temui lagi aku disini.
Tak sia-siakah awal perjuanganmu jika hanya berakhir tanpa kata? Akupun lelah jika harus berjuang dan mempertahankan seorang diri. Menyematkan do’a adalah satu-satunya penenang kalbu ketika aku sudah tersia-siakan oleh orang yang sudah tak lagi dalam pengharapan. Karena aku tau mengharapkanmu hanya akan menuai kecewa. Dan akhirnya aku memilih untuk tetap tinggal bertahan sendiri sampai kutemukan yang sejati dan berharap itu bukan kamu.
Ketahuilah kamu orang pertama yang berhasil membuatku luluh atas pengorbananmu memperjuangkan anugerah dari Tuhan yang bernama cinta.