Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pertemanan (pexels.com/Tim Douglas)

Layaknya hubungan romansa, pertemanan dan persahabatan pun bisa bertumbuh, berkembang, atau stagnan di tempat. Namun, bagi sebagian orang masih ulit untuk lepas dari pertemanan toxic dan tak sehat. Walau dirinya sendiri tak bahagia, ia mati-matian berusaha untuk mempertahankan pertemanan toxic.

Mengapa demikian? Tentu setiap orang punya alasan sendiri-sendiri. Berikut merupakan contoh lima alasan logis mengapa seseorang tetap mempertahankan hubungan.

1.Kamu dan dia punya sejarah bersama

ilustrasi berpelukan (pexels.com/Liza Summer)

Memori yang telah dibuat bersama sulit untuk dilupakan atau dihapus begitu saja. Ini menjadi satu alasan mengapa seseorang sangat setia, bahkan berusaha untuk mempertahankan hubungan bersama sahabatnya.

Sama halnya pengaruh memori bisa membuat hubungan bertumbuh. Memeori yang sama juga bisa menghambat proses perpisahan ketika hubungan tersebut mengarah pada persahabatan toxic.

2. Temanmu tahu momen terendah hidupmu

ilustrasi pertemanan (pexels.com/ Mental Health America (MHA))

Ketika seorang teman membantumu melewati peristiwa atau musim kehidupan yang sulit, bisa jadi kamu berhutang kesetiaan pada mereka. Kesetiaan memperdalam persahabatan. Kamu merasa ingin selalu bersamanya, mendukungnya, dan berkontak dengannya.

Namun terkadang, ini bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Apa kamu mau terus-menerus merasa "berutang" pada orang itu? Apa kamu sanggup terus mengorbankan kebahagiaan diri sendiri demi dia? Hanya kamu yang bisa menjawab pertanyaan itu.

3.Lebih mudah mempertahankan hubungan lama dibanding membuat batasan baru

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Alexander Suhorucov)

Barangkali kamu tipe orang yang menghindari konfrontasi. Sehingga kamu pun lebih memilih untuk bertahan dalam hubungan sekarang yang apa adanya ketimbang membuat batasan dan memicu konflik.

Ada juga opsi ghosting, tapi orang yang mudah merasa sungkan dan tak enak akan lebih memilih untuk bertahan dalam hubungan toxic. Pada akhirnya, sikap seperti ini hanya akan merugikan dirimu sendiri. Sebab terlalu tak enak, kamu memilih untuk membiarkan diri terjebak dalam hubungan beracun ini.

4.Kamu masih tidak tahu cara untuk memutuskan hubungan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Monstera)

Ada banyak sekali buku serta artikel yang membicarakan tentang relasi toxic. Namun, kamu tidak tahu bagaimana cara untuk memisahkan diri dari hubungan tersebut, terlebih ketika itu mulai menyakiti dirimu sendiri.

Kamu ingin pergi, tapi bingung harus melakukan apa. Kamu ingin cepat-cepat memutuskan hubungan pertemanan dengan dia, tapi tidak tahu bagaimana caranya. Secara tak langsung, kamu pun tetap mempertahankan hubungan itu.

5.Kamu merasa masih terhubung dengan dia melalui sesuatu

ilustrasi teman sekampus (pexels.com/Charlotte May)

Entah masih satu sekolah, sekantor, atau sekampus, hal ini menujukkan jik masih ada satu hal yang "mengikat" dirimu dan dia. Dalam kasus ini kamu ingin menjauh, tapi tidak bisa benar-benar menghindar. Sebab, pasti ada satu-dua situasi yang mengharuskan kalian untuk berinteraksi lagi.

Dibanding memicu konflik, kamu lebih memilih untuk menahan diri tetap bergaul dengan mereka. Walau bukan solusi terbaik, kamu berpikir ini cara paling logis karena tidak ingin ada kecanggungan di antara kalian.

Memutuskan hubungan sulit dan menyakitkan. Namun, apa gunanya mempertahankan hubungan toxic yang hanya memicu luka? Keberanian untuk pergi dan memutus hubungan membuatmu bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team