Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Arti Yap Trapping, Istilah Baru dalam Tren Kencan Modern

Ilustrasi yap trapping (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi yap trapping (pexels.com/cottonbro studio)

Istilah-istilah baru terus bermunculan untuk menggambarkan berbagai dinamika dalam hubungan, khususnya di era modern ini. Salah satunya adalah yap trapping, sebuah istilah yang belakangan menjadi perbincangan di kalangan muda seperti gen Z maupun milenial.

Yap trapping menggambarkan situasi di mana seseorang terlalu banyak berbicara tentang dirinya sendiri saat berkencan, tanpa memberi ruang bagi lawan bicaranya. Lantas, apa yang harus dilakukan jika kita terjebak dalam situasi ini? Cari tahu jawabannya lengkapnya di sini!

1. Apa itu yap trapping?

Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Bethany Ferr)
Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Bethany Ferr)

Kita mungkin pernah mendengar istilah "yapper," yang pada dasarnya adalah orang yang suka berbicara terus-menerus. Tidak ada yang salah dengan orang yang suka mengoceh. Namun, jika mereka tidak sadar akan ocehannya tanpa mempertimbangkan orang di sekitar, keadaan dapat menjadi tidak enak, terutama dalam konteks kencan.

Yap trapping terjadi ketika satu orang melakukan sebagian besar pembicaraan dan hanya berfokus pada diri mereka sendiri,” jelas Dr. Marisa T. Cohen, PhD, LMFT, pakar hubungan di aplikasi kencan Hily, mengutip Vice. 

Dengan kata lain, yap trapping terjadi ketika seseorang mendominasi percakapan sehingga orang lain merasa seperti pengamat, bukan teman mengobrol. Bayangkan ketika berkencan dengan seseorang yang selalu mengoceh dengan cara yang egois, tanpa berusaha keras untuk menjaga percakapan lebih seimbang. Itu bisa menciptakan situasi terperangkap/terjebak, atau disebut dengan istilah yap trapping. 

2. Bagaimana yap trapping memengaruhi hubungan?

Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Jep Gambardella)
Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Jep Gambardella)

Seringkali, hubungan yang sukses akan berkembang ketika seorang yang suka mengoceh bertemu dengan pendengar yang pendiam.

Namun, jika terjadi ketidakseimbangan dalam komunikasi, pasangan yang pendiam mungkin merasa kurang penting atau tidak diperhatikan, sedangkan pasangan yang banyak bicara mendominasi sebagian besar percakapan.

Yap trapping dapat berdampak negatif pada hubungan, karena kurangnya saling berbagi. Orang yang banyak bicara tidak akan mengenal pasangannya," tambah Cohen.  

Terlebih lagi, penting bagi kedua pasangan untuk merasa didengarkan dan dipahami agar tercipta hubungan yang kuat hingga penuh kasih. 

3. Apa yang harus dilakukan ketika terjebak dalam situasi yap trapping?

Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Edmond Dantè)
Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Edmond Dantè)

Jika  terjebak pada situasi yap trapping, jangan panik. Ada beberapa cara untuk mengalihkan pembicaraan tanpa bersikap kasar. Cobalah cara berikut ini.

Beranikan diri untuk mengalihkan/memotong pembicaraan
Meskipun mungkin terasa menegangkan berada di pihak penerima atau pendengar, bangunlah keberanian untuk mengalihkan/memotong pembicaraan dan mengubah keadaan.

"Langsung 'jump in' saat mereka menarik napas dan mengarahkan pembicaraan. Coba katakan, 'Itu sangat menarik! Itu mengingatkanku pada…'", kata Emma Hathorn, pakar hubungan di Seeking, mengutip The Knot. 

Gunakan pertanyaan untuk mengalihkan
Cobalah mengatakan sesuatu seperti, "Ceritanya seru, ya! Terus, apa yang ingin kamu ketahui tentangku?" Mengalihkan pembicaraan bukanlah hal yang buruk, itu bisa menjadi bagian normal dari percakapan.

Bersikaplah to-the-point
Jika gerakan halus lainnya tidak berhasil, jangan takut untuk bersikap to-the-point. Hathron menyarankan untuk mengatakan sesuatu seperti, "Aku merasa belum punya kesempatan untuk berbagi banyak hal. Aku juga cukup gugup, tetapi aku juga ingin menjawab pertanyaan yang ingin kamu ketahui tentang aku."

Namun, apabila kamu sudah mencoba berbagai cara tetapi mereka terus berbicara tanpa menghiraukanmu dan bahkan mengabaikan kejujuranmu, itu mungkin merupakan tanda bahwa mereka lebih tertarik mendengar suaranya sendiri daripada benar-benar terhubung dengan seseorang.

4. Cara mencegah yap trapping

Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kamu biasanya dapat mengidentifikasi yap trapping sejak awal dalam suatu interaksi, dan untungnya, ada cara untuk mengatasinya. Cohen menyarankan untuk melakukan percakapan yang jelas dan jujur ​​tentang apa yang kamu perhatikan.

“Gunakan I Language (dimana fokus lebih ke kata 'aku'). Ini bisa digunakan saat menunjukkan perilaku tertentu dan berbagi tentang apa yang kamu rasakan. Cara ini akan membantu dalam menghindari situasi yap trapping, sekaligus memberi lawan bicara wawasan tentang dirimu," saran Cohen. 

Sementara itu, jika kamu tipe yang cenderung mengoceh, Cohen menyarankan untuk tetap ingin tahu. Hal ini akan mengubah pola pikir, sehingga kamu ingi mengajukan lebih banyak pertanyaan lanjutan. Selain itu, asahlah keterampilan mendengarkan secara aktif, memberikan apresiasi, hingga  terlibat saat seseorang berbagi.

Terutama pada kencan pertama, banyak orang yang cenderung gugup dan akhirnya berbicara terlalu banyak. Kamu tidak harus langsung mengabaikan seseorang karena kebiasaan ini, bahkan pada satu kali pertemuan.

"Berikan orang kelonggaran pada pertemuan pertama. Kadang orang suka mengoceh karena mereka gugup atau takut diam dalam percakapan," kata Rachel DeAlto, pakar kencan di Plenty of Fish, mengutip Psychology Today. 

Memahami konsep yap trapping dalam berkencan penting untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menghargai. Dengan lebih peka terhadap cara kita merespons cerita atau keluhan lawan bicara, kita bisa menciptakan ruang komunikasi yang lebih terbuka, empatik, dan suportif. Jadi, apakah kamu pernah berada dalam situasi ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us