TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hubungan Saudara Kandung Ternyata Bisa Rusak oleh 5 Hal Ini

Timbul rasa iri di antara kakak-beradik

ilustrasi dua bersaudara (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Saudara kandung seharusnya bisa menjadi sosok yang paling dekat denganmu. Secara kalian mempunyai ikatan darah. Lahir dari ayah dan ibu yang sama. Tapi faktanya, ada beberapa orang yang justru tidak dekat dengan adik atau kakaknya dan malah sangat akrab sama teman-temannya. Ini bisa terjadi lantaran kurang adanya bonding di antara mereka. 

Selain itu, ternyata hubungan persaudaraan itu juga bisa rusak akibat lima hal di bawah ini, lho! Sehingga jika kamu gak hati-hati, bisa saja akan mengalami kejadian serupa. Lantas lima hal apa saja yang dimaksud? Berikut daftarnya yang wajib kamu pahami, supaya gak terjadi pada hubungan persaudaraanmu. 

1. Saling mendiamkan jadi solusi ketika sedang bertengkar

ilustrasi saudara bertengkar (pexels.com/Liza Summer)

Dari kecil hingga dewasa, wajar bila saudara kandung itu bertengkar karena suatu masalah. Namun seharusnya cara mereka menyikapi perselisihan ini sudah gak seperti zaman masih kanak-kanak dulu lagi, dong. Seperti ketika keduanya justru menjadikan saling mendiamkan sebagai jalan keluar. Pokoknya, kalau belum ada yang minta maaf duluan, gak akan ada lagi pembicaraan di antara keduanya. 

Bahkan ada yang tega memblokir nomor adiknya sendiri, daripada menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, layaknya orang dewasa. Ini, sih namanya lari dari masalah, ya. Gimana persoalannya bisa selesai kalau begini caranya? Nanti kalau ada salah satu yang mengalah, baru mereka akan rukun kembali. Tapi sadar apa tidak, masalah tersebut belum benar-benar diselesaikan, lho!

2. Adanya rasa iri antar saudara karena perbedaan perlakuan dari orangtua

ilustrasi kakak-beradik (pexels.com/Liza Summer)

Tidak bisa dimungkiri, bahwa campur tangan kedua orangtua itu sangat berpengaruh pada kedekatan anak-anak mereka. Itulah sebabnya, orangtua dilarang memperlakukan anak-anaknya dengan tidak sama rata. Alias berbeda-beda. Misalnya, ketika si kakak bertengkar dengan si adik, selalu saja sang ibu akan berpihak pada si adik. Tanpa mencari tahu dulu duduk permasalahannya seperti apa. 

Belum tentu si kakak yang salah bukan? Sayangnya lagi, kebiasaan ini dibawa hingga anak-anak mereka tumbuh dewasa. Si adik selalu saja mendapat dukungan penuh dari ayah dan ibunya. Sementara si kakak terus disalahkan meskipun dia benar. Wajar saja jika hal ini menimbulkan kecemburuan di hati si kakak, lho. Bukannya sayang, dia malah membenci adiknya dari hari ke hari. Bayangkan jika kedua orangtua mereka sudah tiada. Bisa-bisa hubungan keduanya akan semakin renggang.

Baca Juga: 5 Cara Atasi Pertengkaran dengan Pasangan Akibat Masalah yang Sama

3. Terlalu percaya sama omongan orang lain ketimbang saudaranya sendiri

ilustrasi orang bersedih (pexels.com/Liza Summer)

Dekat dengan teman bahkan sudah seperti saudara sendiri memang gak ada salahnya. Tapi bisa jadi ada risiko di belakangnya, lho. Contohnya, ketika kamu menceritakan masalah pribadi keluarga ke temanmu ini. Belum tentu dia bisa jaga rahasia. Bukannya mau berpikiran negatif sama orang, tapi kamu juga perlu tetap waspada. Gak semua saran teman bisa kamu setujui begitu saja. 

Apalagi sampai membandingkan masukan teman dan saudaramu sendiri. Meskipun kamu menganggap adikmu belum cukup dewasa, tapi dijamin dia ingin yang terbaik bagi keluarga kalian, kok. Sementara kawanmu ini, belum tentu punya tujuan yang sama. Bisa jadi, dia hanya asal bicara. Betapa sedihnya hati saudaramu, jika kamu lebih condong mengikuti saran dari teman ketimbang dirinya. 

4. Anak tertua gak bisa memberikan contoh perilaku yang baik bagi adik-adiknya

ilustrasi memarahi adik (pexels.com/Liza Summer)

Sebagai yang tertua mau tidak mau, si sulung harus bisa memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya. Mulai dari sikap hingga tutur katanya. Sebab setelah kedua orangtua mereka, si kakak inilah yang bisa dijadikan pedoman serta penggangan bagi yang lebih muda. Memang bebannya berat menjadi saudara tertua, karena jika dia salah langkah, bisa-bisa adiknya mencontoh perilaku buruk tersebut. 

Ya, meskipun gak semua adik nurut-nurut saja apa kata kakaknya. Namun tetap ada tanggung jawab moral di pundak seorang anak sulung. Apalagi ketika besok, kedua orangtua mereka gak lagi ada di dunia ini. Otomatis, mengayomi adik-adik menjadi tugas kakak tertua. Bagaimana dia bisa mengarahkan saudara-saudaranya untuk tetap hidup rukun. Meskipun mereka sudah sama-sama berkeluarga. 

Baca Juga: 5 Cara Mencegah Pertengkaran dalam Sebuah Hubungan

Verified Writer

Angel Rose

Jadikan tulisanmu sebagai virus yang menularkan kebaikan <3 ^^ Ig: @caecilia.angel

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya