TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jangan Jadi Bucin! Berikut 5 Sisi Negatif yang Akan Kamu Sesali

#ANGPOIN Maunya romantis, tapi jatuhnya malah tragis...

dramabeans.com

Sejatinya, romantis tidak perlu sampai berlaku miris dengan modal berpikir tipis. Don't be bucin!

Istilah budak cinta (bucin) beberapa tahun terakhir memang banyak dibahas. Anak muda yang menjadi bucin kadang terlihat aneh bagi sebagian orang. Sebab, aktivitas yang dilakukan si bucin cenderung di luar nalar orang dewasa yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam lika-liku percintaan.

Memang, menjadi seorang bucin memiliki banyak sisi negatif. Berikut lima hal di antaranya. Simak baik-baik, ya, agar kamu tak menjadi salah satunya.

1. Seharusnya, dirimulah prioritas utama, bukan orang lain

freepik.com/free-photo

Saat seseorang menjadi bucin, banyak hal rela dilakukan demi membahagiakan sang kekasih. Si bucin terlalu berkorban untuk menuruti semua kemauan sang kekasih. Secara tidak langsung, hal semacam itu membuat sang kekasih sebagai prioritas utama dalam hidup.

Tidak peduli bagaimana kondisi si bucin, dia akan menomorsatukan sang kekasih. Tidak jarang, dia rela terluka demi melukis kebahagiaan di dalam hidup sang kekasih. Salah satu contohnya, rela berhutang hanya demi beli kuota untuk bisa chattingan sama dia. Penginnya berlaku romantis, tapi jatuhnya malah cenderung bernalar miris.

Aduh! Sifat-sifat semacam itu benar-benar merugikan diri sendiri. Kalau seseorang sudah menjadi bucin, tidak jarang kebahagiaan diri sendiri kurang terurusi. Padahal, memenuhi kebutuhan diri sendiri merupakan hal yang utama, termasuk dalam hal kebahagiaan. Bagaimana mungkin bisa membahagiakan orang lain di kala diri kita sendiri tidak bahagia?

Dear si bucin, tolong renungkan pertanyaan tersebut dalam-dalam, ya, agar kamu sadar bahwa menjadi bucin tidak selamanya positif untuk kehidupan kamu. Justru sebaliknya.

Baca Juga: 6 Risiko Saat Melibatkan Sahabat di Hubungan Percintaanmu dengan Dia

2. Seolah harapan kamu hidup hanya bersandar pada dia

freepik.com/free-photo

Bagi si bucin, tujuan hidup saat ini adalah membahagiakan si dia. Apa pun caranya, pasti akan dilakukan. Katanya, si,h cinta itu butuh pengorbanan. Mirisnya, kebahagiaan diri sendiri sampai tergadaikan.

Kehidupan kaum Millennials harusnya diisi dengan mencari jati diri mereka. Penemuan jati diri akan memberikan dampak luar biasa bagi kehidupan di usia dewasa nanti. Mereka akan tahu bagaimana seharusnya melangkah di kondisi kehidupan yang penuh dengan kepalsuan ini.

Sebaliknya, bagi kaum Millennials yang tidak mencari jati diri, mereka akan mudah terombang-ambing; mudah sekali dijerumuskan ke dalam hal yang negatif. Namun, sayang, bukan jati diri yang si bucin cari, justru pundak si dia untuk sandaran.

Sedang sedih, mencari pacar; sedang merasa senang, mencari pacar. Pokoknya, dalam segala situasi, yang dicari pacar. Seolah, si bucin tidak bisa hidup tanpa si pacar. Padahal, apakah yang memberi makan si bucin itu pacarnya? Padahal, 'kan, sang pacar hanyalah pacar saja. Selebihnya, bukan siapa-siapanya si bucin.

3. Terlalu fokus pada perihal asmara hanya akan membuat hidupmu tidak produktif

freepik.com/free-photo

Kalau sang pacar sudah menjadi prioritas utama. Itu artinya 24 jam yang dimiliki si bucin adalah miliki sang pacar juga. Di saat si bucin banyak kegiatan, namun si pacar butuh pertolongan, apa yang akan terjadi? Banyak kegiatan terbengkalai. Sebab, banyak waktu lebih diprioritaskan untuk sang pacar.

Saat sang pacar berlaku tidak mengenakkan, biasanya akan terlalu diambil hati oleh si bucin. Dampaknya jadi galau, deh. Seharian asik stalking media sosial dia sampai lupa waktu dan makan. Malas beraktivitas pun menjadi hal yang mungkin terjadi. Kata produktif pun menjadi hal yang sangat asing. Tindakan seperti itu benar-benar merugikan, ya!

4. Hati-hati kamu tak acuh pada banyak hal, termasuk nasihat orang tua

variety.com

Karena cinta adalah pengorbanan, apa pun harus dikorbankan, tidak terkecuali ketundukan kita kepada orangtua. Banyak nasihat yang diberikan orangtua harus diabaikan semata-mata untuk menuruti kata-kata sang pacar.

Daripada mengantar ibu ke pasar, mending ngantar dia ke mal. Daripada membantu ayah mencuci mobil, mending ikut dia main basket. Aduh! Kata-kata orangtua jadi dilawan. Tidak jarang, nilai-nilai, norma masyarakat, dan agama juga ditabrak.

Hal-hal tidak rasional memang sering dilakukan kaum bucin. Ada baiknya, kembalilah berpikir bahwa hidup tidak melulu soal kamu dan dia saja. Jangan pernah melupakan bahwa ada orangtua, keluarga, dan teman di sekelilingmu.

Baca Juga: 5 Sikap Dewasa Menghadapi Masalah dalam Hubungan Percintaan

Writer

edd edd

We can make it if we try.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya