TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Kebosanan yang Dialami Ibu Rumah Tangga, Perlu Aktivitas Lain

Sebaiknya dikomunikasikan dengan pasangan

ilustrasi perempuan di rumah (pexels.com/Fikry Pradana)

Menjadi ibu rumah tangga tidak semudah kelihatannya. Bagi orang yang gak pernah merasakannya atau cuma sebentar melakoni peran ini, barangkali berbeda pandangan. Ibu rumah tangga dianggap sebagai peran yang amat ringan karena setiap hari cuma di rumah.

IRT tidak dituntut buat menghasilkan uang, menghadapi atasan serta klien yang banyak maunya, serta membelah jalanan untuk menuju dan pulang kantor. Pandangan seperti itu kurang tepat karena dalam setiap peran yang dijalankan pasti ada suka dan dukanya. Apalagi tanggung ibu rumah tangga terhadap suami, anak, serta keadaan rumah begitu besar.

Semuanya berawal dari rumah dan tugas-tugas domestik tidak mengenal hari libur. Malah seorang ibu bisa makin capek pada hari libur sekaligus tak berarti mereka dapat lebih santai pada hari kerja. Lima kebosanan yang dialami ibu rumah tangga berikut wajar terjadi walau ia memilih sendiri perannya tersebut. 

1. Bosan mengerjakan tugas rumah tangga

ilustrasi keluarga (pexels.com/Werner Pfennig)

Tugas rumah tangga barangkali tampak jauh lebih mudah dibandingkan tugas-tugas di kantor. Rutin mengerjakan tugas domestik sejak seseorang masih lajang bahkan anak-anak membuatnya bisa dilakukan tanpa perlu berpikir. Akan tetapi justru saking gampangnya, tugas-tugas ini membuat ibu rumah tangga bosan terus-menerus melakukannya. 

Tidak ada tantangan lebih, tetapi selalu dikerjakan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mereka ingin sekali terbebas dari rutinitas ini seminggu atau bahkan sehari saja. Namun, keinginan sesimpel ini sulit terlaksana tanpa adanya asisten rumah tangga yang siap menggantikannya.

Bahkan di hari Minggu, pasangan belum tentu mau turun tangan menggantikannya dengan alasan dia juga capek bekerja setiap hari. Kalau seorang ibu rumah tangga mengeluhkan rasa bosannya terhadap tugas-tugas harian, suami yang kurang pengertian biasanya gak mau kalah dalam mengeluhkan pekerjaannya. Atau, dia dengan mudahnya berkata agar istrinya tak lagi mengerjakan tugas-tugas itu.

Reaksi yang terakhir sepertinya amat memudahkan istri. Namun, sebetulnya itu sama sekali bukan solusi karena pada akhirnya tugas-tugas rumah tetap harus dikerjakan. Bahkan ketika ibu rumah tangga libur sehari saja, keesokannya rumah sudah tak keruan. Butuh usaha ekstra untuk merapikannya kembali. Kecuali, suami mau menggantikan atau minimal membantu sebagian tugas istri agar ia bisa rehat sejenak.

Baca Juga: 7 Sebab Selingkuh Emosional Lebih Menyakitkan dari Selingkuh Fisik

2. Bosan menunggu suami dan anak pulang

ilustrasi keluarga (pexels.com/Annushka Ahuja)

Satu sisi, keberadaan suami dan anak di rumah bikin ibu lelah karena pasti ada saja permintaan yang harus dipenuhi. Seperti mereka memintanya untuk memasak makanan tertentu dan membereskan tumpukan pakaian kotor selepas aktivitas di luar. Ketika suami sudah pergi bekerja serta anak bersekolah, istri bisa agak tenang dan fokus membereskan rumah.

Namun, perasaan tenang ini paling cuma bertahan selama ia melakukan tugas rumah tangga. Setelah semuanya beres, rasa bosan yang bercampur kesepian mulai menggantikan. Waktu terasa berjalan lambat sekali sampai tiba waktunya anak serta suami pulang.

Terlebih bila kelak anak telah makin besar dan bersekolah hingga sore hari. Ibu rumah tangga bisa mati gaya di rumah sendirian dari pagi sampai petang. Saat mereka semua pulang dan ibu siap mengajak mengobrol, justru mereka ogah-ogahan karena sudah capek di luar rumah.

3. Bosan dengan pandangan orang lain yang meremehkannya

ilustrasi kegiatan ibu (pexels.com/Antoni Shkraba)

Walaupun ibu rumah tangga sudah berusaha menutup telinga, tetap saja ada suara-suara sumbang yang terdengar olehnya. Ini berkaitan dengan kesehariannya yang di rumah saja dan tidak membantu suami mencari nafkah. Dari waktu ke waktu ia bukannya lebih kebal terhadap komentar nyinyir itu malah makin sensitif. 

Ibu rumah tangga merasa semua yang dilakukannya buat keluarga tidak dihargai. Orang-orang yang berkomentar negatif mengenai statusnya cuma menekankan pada soal siapa yang bisa menjadi mesin uang dalam keluarga. Ini tak hanya terjadi dalam obrolan secara langsung, melainkan juga dalam berbagai konten atau opini di media sosial tentang ibu rumah tangga vs. ibu bekerja.

Apalagi bila latar belakang pendidikannya bagus, pasti makin banyak orang yang menyayangkan keputusannya untuk menjadi ibu rumah tangga. Ini dapat menyebabkannya tak bahagia. Keputusan hidupnya gak dihargai dan orang-orang tidak mau belajar memahami situasinya.

4. Bosan mengobrol dengan tetangga

ilustrasi kegiatan ibu (pexels.com/Ivan Samkov)

Kalau dia bekerja, tentu ia akan bercakap-cakap dengan teman kerja. Topiknya bisa mengenai pekerjaan, hal-hal pribadi, dan sebagainya yang membuat obrolan selalu terasa seru serta sarat informasi berharga. Akan tetapi, bertahun-tahun menjalani peran sebagai ibu rumah tangga dapat membuat lingkungan pergaulannya amat terbatas. 

Teman-teman lamanya saat masih berkuliah atau bekerja sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing di berbagai daerah. Kalaupun mereka sebenarnya masih terhubung melalui media sosial, lama-lama ada rasa sungkan buat saling menyapa. Muncul perasaan bahwa ibu rumah tangga telah berbeda circle dari teman-temannya yang berkarier.

Maka pergaulannya biasanya makin terbatas dengan tetangga kompleks saja. Bahan obrolan pun hanya seputar sesama warga atau keluarga masing-masing. Ini bisa bikin ibu rumah tangga akhirnya bosan lalu memilih menarik diri ke dalam rumah. Sekalipun kelihatannya lebih nyaman, terus menyempitnya lingkaran pergaulan bisa memudahkan ibu rumah tangga mengalami depresi.

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Penulis fiksi maupun nonfiksi. Lebih suka menjadi pengamat dan pendengar. Semoga apa-apa yang ditulis bisa memberi manfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya