TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Penyebab Kebosanan dalam Pernikahan, Bisa Berujung Cerai

Kebosanan dalam pernikahan wajib diobrolin dengan pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Pernikahan yang langgeng tentu menjadi harapan semua pasangan. Namun, jangan berpikir hal ini akan mudah diraih tanpa usaha apa-apa dari kita. Hidup satu rumah dan memiliki anak-anak tak menjamin kita dan pasangan mampu bertahan menghadapi ujian. Salah satu ujian dalam pernikahan yang gak boleh diremehkan adalah rasa bosan.

Baik rasa bosan pada pasangan maupun kehidupan pernikahan secara keseluruhan dapat menjadi awal dari kehancuran rumah tangga. Kejenuhan itu menekan psikis dengan hebatnya. Kita semua akan cenderung mencari cara buat membebaskan diri dari rasa bosan.

Dalam kehidupan pernikahan, kebosanan dapat berujung keinginan berpisah dari pasangan kalau kita tak mampu menemukan solusi yang lebih arif. Rasa bosan jangan terus dipendam. Cari tahu penyebab kebosanan dalam pernikahan dan segera obrolin dengan pasangan, ya.

1. Tidak menjaga penampilan

ilustrasi becermin (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cinta memang jauh lebih dalam dari sekadar apa yang terlihat oleh mata. Akan tetapi, ingat bahwa pemandangan yang gak menarik dan terus-menerus tersaji di depan mata bakal bikin kita sumpek. Oleh sebab itu, menjaga penampilan diri tetap penting walaupun kita tidak sedang mengejar cinta.

Tugas kita sekarang ialah mempertahankan ketertarikan pasangan dan ini sering kali lebih sulit untuk waktu yang lama. Memang sih, di rumah kita gak perlu serapi saat hendak pergi ke kantor. Akan tetapi, jangan pula penampilan terlalu berantakan.

Tetaplah rutin mandi sekalipun lagi libur, ganti pakaian yang sudah gak layak pakai dengan pakaian baru, dan bila perlu gunakan wewangian supaya suami atau istri tidak selalu harus mencium bau badan kita yang gak sedap. Jangan cuma bersih dan wangi ketika di luar rumah, tetapi tampil sebaliknya di depan pasangan. Selain itu, jaga pula berat badan biar tidak terlalu melonjak setelah menikah sekalian buat memelihara kesehatan.

2. Circle yang menyempit setelah menikah

ilustrasi pasangan (pexels.com/Anete Lusina)

Biasanya hal ini hampir tak terhindarkan dan tidak kita sadari selama beberapa tahun pertama pernikahan. Lingkar pertemanan kita menciut bisa karena merasa sudah cukup hidup bersama pasangan, segera disibukkan oleh kehadiran momongan, atau berhenti bekerja. Walaupun di awal kita merasa baik-baik saja, nanti pasti bosan juga.

Hidup kita rasanya hanya berputar-putar di urusan keluarga. Saat kita kesal pada pasangan, kita bahkan gak tahu dapat mencurahkan isi hati pada siapa. Tak ada kawan dekat dan yang ada cuma sesama orangtua murid.

Kalau 4 sampai 5 tahun pernikahan saja kita telah merasakan kebosanan akibat kecilnya circle, mampukah kita bertahan 10 bahkan 20 tahun lagi? Itu akan sangat sulit dan begitu menyiksa diri. Kita serta pasangan mesti bicara supaya masing-masing dapat mengembangkan relasi tanpa menimbulkan kecemburuan dan cemas urusan rumah tangga bakal terbengkalai.

3. Gak ada kesempatan buat mengembangkan diri

ilustrasi terkungkung (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain kembali mengembangkan circle yang sempat menciut selepas berumah tangga, pengembangan diri juga wajib diperhatikan. Kita semua punya potensi dan minat diri. Jika ini terus ditekan dan tidak disalurkan, perasaan kita terhadap diri sendiri dan lingkungan menjadi negatif.

Ada rasa tidak puas terhadap kehidupan pribadi kita. Apalagi ketika kita melihat kawan-kawan yang bebas mengembangkan diri. Ada juga rasa kesal pada pasangan yang kurang mendukung bahkan terang-terangan melarang kita mengembangkan diri di luar rumah.

Hingga pada suatu titik, kita merasa tidak berharga. Kemampuan-kemampuan diri yang lama tak diasah mengalami kemunduran. Kehidupan perkawinan dapat terasa gak adil karena cuma pasangan yang leluasa mengejar mimpinya.

Baca Juga: 5 Alasan Pernikahan Beda Suku Bukan Hal yang Mudah Dilakukan

4. Kurang memahami dan mendukung kesenangan masing-masing

ilustrasi pasangan (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Kesenangan pribadi yang tidak diberi ruang dalam hubungan bahkan dianggap gak penting oleh pasangan akan menimbulkan persoalan. Kita menjadi sulit gembira dan makin tersiksa saat pasangan menuntut kita mengikuti kesenangannya. Terus mengalah dari orang lain hanya memperbesar tekanan buat diri sendiri.

Kita dapat merasa mati bosan karena tidak pernah bergembira dengan cara kita sendiri. Tak ada kesenangan yang gak penting bagi penikmatnya. Seharusnya pasangan suami istri mampu memahami dan mendukungnya selagi tidak berakibat buruk buat kehidupan mereka.

Bahwa setelah berkeluarga mungkin perlu ada aturan untuk membatasi kesenangan pribadi, ini gak masalah. Misalnya, suami yang gemar menonton pertandingan sepakbola. Sebelum menikah, ia bebas pergi sampai luar kota buat menonton pertandingan secara langsung. 

Namun, kini ada anak dan istri yang gak bisa ditinggal lama-lama. Pun ada risiko keselamatan yang lebih besar kalau-kalau terjadi bentrok antarsuporter. Meski suami tak diperbolehkan lagi pergi sampai ke luar kota buat nonton pertandingan yang rawan ricuh, beri keleluasaan untuknya menyaksikan dari layar kaca. 

5. Sibuk di luar dan dalam rumah

ilustrasi keluarga (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pasangan suami istri yang sama-sama sibuk tentu menjadi kendala, terlebih setelah hadirnya momongan. Kebutuhan hidup yang lebih tinggi menuntut kita buat bekerja lebih keras. Sedang di dalam rumah pun begitu banyak tugas domestik yang mesti dibereskan.

Sekalipun rasanya sulit buat kita mengontrol kesibukan, ini wajib dilakukan. Padatnya aktivitas yang terjadi terus-menerus bikin kita kelelahan. Bila kita sudah capek sekali, kita merasa bosan pada segala hal.

Tak ada sesuatu pun yang dapat dinikmati di tengah rasa lelah luar biasa, kecuali kita mengambil jeda dan beristirahat. Jangan sampai ketika kita terus digempur rasa capek, kita membayangkan kehidupan sebelum pernikahan yang jauh lebih santai. Hal ini bakal menjadi penyebab kebosanan dalam pernikahan.

Baca Juga: 5 Hal yang Sering Menimbulkan Masalah Keintiman Pernikahan

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya