Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Goyahnya rumah tangga kalian bukan lagi isapan jempol. Sebagai pihak yang menjalani, kamu tahu bahwa perkawinan kalian telah begitu rapuh. Sukar untuk memperbaikinya dan membuat perasaanmu tentang pernikahan itu lebih baik.
Seharusnya, hari demi hari yang kamu lalui bersama pasangan memberikan arti lebih dalam kehidupan kalian. Akan tetapi, sudah lama kebersamaan itu justru terasa hampa. Kalian telah tiba di puncak ketidakharmonisan rumah tangga yang amat mengkhawatirkan. Berikut tanda-tandanya.
1. Pertengkaran yang tidak terhitung lagi
ilustrasi pertengkaran (pexels.com/cottonbro) Pertengkaran tidak sama dengan sekadar berbeda pendapat. Dua orang bisa berbeda pendapat hampir dalam segala hal tanpa perlu bertengkar. Cukup salah satu mengalah atau dua pendapat tersebut dijadikan sebagai alternatif pertama dan kedua secara bergantian.
Namun, dalam rumah tanggamu dengannya, kebijaksanaan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat sudah tidak ada lagi. Kalian bahkan tidak bertengkar hanya karena perbedaan pandangan melainkan juga kecemburuan berlebihan, upaya mendominasi pasangan, dan sebagainya.
Semua hal dalam peristiwa sehari-hari bisa memicu pertengkaran hebat di antara kalian. Bertengkar bukanlah bahasa cinta, melainkan isyarat kebencian. Kian sering dan hebat cekcok yang terjadi, kian kuat rasa tidak suka di antara kalian.
Baca Juga: 5 Tips Meredakan Konflik Rumah Tangga, Suami Istri Harus Sabar!
2. Perasaan terabaikan, tidak dimengerti maupun didukung
ilustrasi pasangan (pexels.com/Ron Lach) Perbedaan penting yang seharusnya ada di antara kehidupan perkawinan dengan kehidupan seorang lajang ialah adanya support system yang lebih besar. Baik kamu maupun pasangan semestinya dalam posisi selalu belajar saling memahami, memedulikan, dan mendukung.
Akan tetapi, ketiganya malah tidak ada dalam perkawinan kalian. Dahulu sekali, di awal pernikahan ketiganya kamu rasakan dengan jelas. Namun makin ke sini, kamu justru merasa diabaikan oleh pasangan sendiri sekalipun dirimu telah berusaha keras buat mendapatkan perhatiannya.
Ketidakmampuannya untuk mengerti dan memberimu dukungan juga bukan dipengaruhi oleh sikapmu yang tertutup. Namun, ia sepertinya memang tidak peduli tentang problemmu dan apa yang kamu butuhkan darinya.
3. Hubungan hanya terasa sebagai mendulang luka, bukan bahagia
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi pasangan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production) Jika perasaanmu seperti benda yang dapat dikeluarkan dari dada dan diletakkan di meja, barangkali bentuknya sudah tak keruan lagi. Penuh lubang dan sayatan. Hitam dan membusuk. Semua luka itu terbentuk oleh jalannya kehidupan perkawinan yang jauh dari harapan.
Kebahagiaan yang pernah diangankan akan diperoleh dalam kehidupan berumah tangga nyatanya tak terwujud. Dengan atau tanpa air mata, kamu sejatinya selalu menangis oleh penderitaan yang dialami selama menjalani hubungan dengan pasangan.
4. Tak ada alasan kalian masih bersama, selain menganggap perpisahan sebagai hal tabu
ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro) Bila boleh jujur, baik kamu maupun dirinya sama-sama hanya menginginkan perpisahan. Kalian yakin itulah akhir terbaik demi masing-masing dapat melanjutkan hidup dan kembali merasakan kebahagiaan yang sejati.
Namun, kalian tidak pernah berani melangkah lebih jauh. Perpisahan suami istri tampak sebagai hal yang amat memalukan di masyarakat dan keluarga besar kalian. Cuma kekhawatiran akan rasa malu dan kecaman dari orang-orang di sekitarlah yang memaksa kalian tetap hidup di bawah atap yang sama.
Baca Juga: 5 Tips Bersabar dalam Menghadapi Ujian Rumah Tangga, Mudah!