Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Di zaman sekarang, mayoritas pasangan menikah di usia yang telah dewasa. Akan tetapi, apakah itu menjamin rumah tangga yang dibangun juga dijalani dengan cara-cara yang dewasa?
Belum tentu. Ini sangat tergantung dengan kedewasaan keduanya. Gak sedikit kok, kehidupan rumah tangga yang masih kental diwarnai sikap kekanak-kanakan masing-masing.
Bagaimana dengan perkawinanmu dengan pasangan? Cek seberapa dewasa kalian dalam membina rumah tangga dari enam tanda berikut ini!
1. Mau bahu-membahu mengamankan kondisi finansial keluarga
ilustrasi belanja bersama (pexels.com/gustavo-fring) Sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi finansial pasutri di awal menikah biasanya kurang stabil. Terlebih, jika mereka cepat dikaruniai keturunan bahkan jarak usia antara si sulung dengan anak kedua dan seterusnya berdekatan.
Namun bukan itu poin utamanya. Poin pentingnya adalah bagaimana cara kalian memastikan semua kebutuhan terpenuhi dengan baik?
Apakah beban sebesar itu akan tetap dipikul satu orang saja padahal ia sudah benar-benar kepayahan? Atau sebagai pasangan, kalian selalu siap berjungkir balik bersama demi mencukupi semua kebutuhan?
2. Saling terbuka dalam membicarakan pekerjaan dan rencana keuangan untuk masa depan
ilustrasi diskusi dengan pasangan (pexels.com/diva-plavalaguna) Kali ini, kondisi finansial kalian telah stabil. Hanya saja, apakah kalian masih enggan membahas soal pekerjaan masing-masing dengan pasangan?
Sikap tidak terbuka seperti itu dapat menandakan sifat individualis kalian masih tinggi. Padahal, meski pekerjaan kalian berbeda, kalian bekerja untuk tujuan besar yang sama yaitu keberlangsungan hidup keluarga.
Kalian juga baru dapat disebut dewasa dalam berumah tangga apabila kalian telah berpikir tentang asuransi dan investasi. Bukan sekadar yang penting pengeluaran tak melebihi pemasukan setiap bulannya. Kebutuhan keluarga di masa depan kan, banyak sekali dan kerap tak terduga.
Baca Juga: 5 Alasan untuk Tak Melibatkan Orangtua dalam Permasalahan Rumah Tangga
3. Mampu menjalankan peran sebagai orangtua yang baik
ilustrasi keluarga (pexels.com/gustavo-fring) Menjadi orangtua yang sempurna memang mustahil. Akan tetapi, siapa pun seharusnya mampu menjadi orangtua yang baik. Sebab selain faktor naluri, ilmu parenting juga makin mudah diakses di masa sekarang.
Tinggal kalian mau atau tidak untuk belajar menjadi orangtua yang baik. Bukti utama kalian sudah mampu menjadi orangtua yang baik mudah sekali terlihat. Yaitu, anak-anak kalian tidak hidup terlantar baik secara fisik maupun psikis.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
4. Tidak saling menyalahkan dalam masalah kecil maupun besar melainkan fokus pada solusi
ilustrasi keharmonisan pasangan (pexels.com/cottonbro) Jangan penuh percaya diri menyebut rumah tangga kalian dijalani dengan penuh kedewasaan jika persoalan masakan yang kurang sesuai dengan selera saja dapat memicu pertengkaran. Itu kan, masalah yang sepele sekali.
Bahkan dalam perkara-perkara yang lebih besar pun, pasangan yang benar-benar dewasa selalu berusaha menghindari pertengkaran. Itu karena mereka tahu, yang dibutuhkan adalah solusi. Bukan ribut-ribut yang justru hanya menambah masalah.
5. Kesibukan tak dijadikan dalih untuk meniadakan waktu bersama keluarga
ilustrasi makan bersama pasangan (pexels.com/amina-filkins) Kesibukan masing-masing tentu berimbas pada terbatasnya kebersamaan kalian. Namun setidaknya, saban ada waktu, kalian mengutamakannya untuk bertemu. Bukan malah memprioritaskan yang lain, seperti teman-teman.
Mengapa keluarga penting menjadi prioritas sesibuk apa pun kalian? Sebab, ketiadaan waktu untuk keluarga akan membuat anak-anak kurang kasih sayang. Sebagai pasangan suami istri pun, hubungan kalian akan merenggang.
Baca Juga: 5 Kemungkinan Masalah Rumah Tangga yang Harus Kamu Hadapi