TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kamu Pengantin Baru? Begini 4 Cara Penyesuaian Diri ala Ilmu Sosiologi

Belajar adaptasi untuk hidup bersama pasanganmu, ya!

ilustrasi berbahagia (pixabay.com/pexels)

Siapa sih yang tidak mengalami culture shock dengan kehidupan yang baru setelah dalam pernikahan? Rasanya hal tersebut wajar, ya. Yang mana, secara sosiologis culture shock ini menggambarkan keterkejutan karena berada di lingkungan baru dengan nilai-nilai yang berbeda dari lingkungan lama.

Dengan begitu, ketika awalnya kamu terbiasa hidup sendiri, rasanya jadi aneh ketika apa-apa jadi berdua dengan pasangan, nih. Tapi tenang, hal tersebut bisa diatasi dengan sebuah penyesuaian diri yang dalam ilmu sosiologi dijelaskan pada teori AGIL. Teori tersebut merupakan buah pemikiran dari Talcott Parsons.

Nah, AGIL sendiri berisikan Adaptation (adaptasi), Goal Attainment (pencapaian tujuan), Integration (integrasi), dan Latency (pemeliharaan pola). Untuk mengetahui penjabaran keempat konsep tersebut dalam penyesuaian diri setelah menikah langsung simak ulasan berikut, ya.

Baca Juga: 5 Tanda Hubungan Rumah Tangga yang Harmonis, Bak Pengantin Baru!

1. Adaptasi dengan kehidupan pasangan

ilustrasi pasangan (pixabay.com/panajiotis)

Parsons dalam ilmu sosiologinya menjelaskan bahwa adapatasi merupakan wujud dari mengatasi situasional yang datang dari luar. Dengan kata lain, pelaku adaptasi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan beserta segala kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalamnya.

Sejalan keinginan kamu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan, maka hal pertama yang bisa kamu lakukan yakni dengan beradaptasi. Kamu bisa memulai dengan menanamkan prinsip bahwa saat ini kamu adalah dua orang. Ketika kamu sedih, maka rasa sedih itu terbagi untuk dua orang. Pun sebaliknya, ketika kamu bahagia, maka ada pasanganmu yang tak kalah ikut bahagia.

Layaknya kamu memiliki sepotong kue kecil, saat lapar juga tetap harus dibagi berdua dengan pasanganmu. Pun saat kamu memiliki beban kecil, meski kamu bisa mengatasinya sendiri terkadang pasangan tetap ingin membantu, itulah kehidupan barumu.

Intinya, dalam segala hal kecil hingga besar akan kamu alami berdua dengan pasangan, bukan lagi sendirian. Jadi, kamu harus adaptasi dengan mengenal kehidupan dan segala sesuatu tentang pasanganmu, secara lebih dalam, ya. Hal tersebut mengingat kamu akan bersama dia dari bangun tidur hingga tidur kembali. Jadi, ketika kamu mengenal hingga memahami dia, maka proses adaptasi juga jadi lebih mudah.

2. Pencapaian tujuan pernikahan

ilustrasi pasangan (pixabay.com/5688709)

Pencapaian tujuan ini menjadi penting mengingat nantinya akan menjadi pedoman dalam proses adaptasi. Yang mana pencapaian tujuan secara sosiologis mengajarkan untuk kamu mendefinisikan tujuan-tujuan pernikahan hingga mencapai tujuan tersebut.

Dengan adanya tujuan pernikahan, maka saat kamu merasa gagal beradaptasi, tidak cocok dengan pasangan, bertengkar karena hal kecil hingga fatal, ya ingatlah tujuan tersebut. Secara lebih kompleks, dengan tujuan yang kuat, maka susahnya beradaptasi itu akan bisa karena terbiasa, lebih tepatnya bisa karena cinta, ya.

Jadi, apa tujuan pernikahanmu? Coba diskusikan dengan pasanganmu, ya. Dengan mendiskusikan hal tersebut, selain menjadi bahan obrolan, pasanganmu juga jadi tahu akan usahamu untuk beradaptasi. Dengan begitu, dia bisa membantumu adaptasi, atau mungkin dia justru ikut mencurahkan jika sejujurnya sedang usaha adaptasi seperti kamu. Pada akhirnya, kalian bisa saling terbuka, membantu untuk beradaptasi, serta belajar saling nyaman hidup bersama, ya.

Baca Juga: 5 Cara Menurut Sosiologi untuk Mengatasi Rasa Insecure

3. Integrasi dengan membuat peraturan

ilustrasi pasangan (pixabay.com/panajiotis)

Secara sosiologis, integrasi ini bertugas untuk mengatur bagian-bagian yang menjadi komponennya. Yaitu, mulai dari adaptasi, pencapaian tujuan, hingga pemeliharaan pola. Nah, tujuan integrasi dalam upaya penyesuaian dirimu dengan kehidupan setelah menikah ini ya untuk menjaga ketiga komponen tersebut bisa tetap fungsional sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu, kamu perlu membuat peraturan supaya komponen-komponen yang ada bisa teratur dan tetap fungsional. Sederhananya, seperti peraturan menjadi suami atau istri yang baik. Mulai dari pembagian pekerjaan rumah, hingga urusan di luar rumah. Dengan adanya peraturan semacam ini, maka penyesuaian diri jadi lebih mudah karena ada batasan, pedoman, dan arahnya, ya.

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya