Apakah Stalking Pertanda Cinta? Kenali 5 Perbedaannya biar Gak Keliru

Di era digital seperti sekarang, istilah ‘stalking’ sering kita dengar, terutama di kalangan anak muda. Ada yang bilang kalau menguntit seseorang di media sosial adalah cara untuk menunjukkan rasa sayang atau cinta. Tapi, apakah benar demikian? Apakah stalking bisa diartikan sebagai tanda cinta? Atau justru sebaliknya, stalking adalah perilaku yang harus diwaspadai?
Mengungkapkan perasaan cinta memang penting, tapi kita juga perlu paham batasannya. Stalking bisa terlihat seperti perhatian, namun ada perbedaan besar antara cinta yang sehat dan perilaku menguntit yang berbahaya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang apa itu stalking, bagaimana membedakannya dengan cinta sejati, dan mengapa penting untuk mengenali perbedaannya agar tidak salah paham.
1. Definisi

Stalking atau menguntit adalah perilaku yang melibatkan pengawasan atau pengintaian terhadap seseorang secara berulang-ulang tanpa persetujuan mereka. Pelaku stalking biasanya melakukan ini untuk menakut-nakuti, mengancam, atau mengendalikan korbannya. Bentuk stalking bisa beragam, mulai dari mengirim pesan terus-menerus, mengikuti korban secara fisik, hingga mencari informasi pribadi tanpa izin.
Cinta, di sisi lain, adalah kombinasi emosi dan perilaku yang ditandai dengan kasih sayang, keintiman, serta komitmen. Cinta yang sehat selalu didasari oleh rasa saling menghormati, kepercayaan, dan persetujuan antara dua pihak. Cinta membuat seseorang merasa bahagia dan dihargai, bukan takut atau terancam.
2. Consent atau persetujuan

Dalam hubungan yang sehat, cinta selalu didasari oleh persetujuan dan kesepakatan bersama. Dua orang yang saling mencintai akan berkomunikasi dan memahami batasan serta keinginan masing-masing. Mereka saling menghormati privasi dan kenyamanan pasangannya.
Sebaliknya, stalking tidak melibatkan persetujuan dari pihak yang menjadi target. Pelaku stalking sering kali mengabaikan perasaan dan batasan korban, bahkan terus mengejar dan memantau mereka meskipun sudah diminta berhenti. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan dan ketakutan.
3. Niatannya

Seseorang yang mencintai dengan tulus akan selalu berusaha untuk menunjukkan perasaan dengan cara yang positif dan sehat. Mereka ingin membuat pasangannya merasa dicintai dan dihargai, bukan merasa terancam atau tidak aman.
Sementara itu, stalking sering kali didasari oleh niat yang tidak sehat, seperti obsesi atau keinginan untuk mengontrol korban. Pelaku stalking mungkin merasa memiliki hak atas hidup korban dan mencoba memaksakan kehadirannya dengan cara-cara yang mengintimidasi atau bahkan berbahaya.
4. Keterikatan (attachment)

Dalam cinta, keterikatan berarti adanya rasa nyaman dan aman bersama pasangan. Seseorang yang mencintai akan selalu mengutamakan kesejahteraan dan kebahagiaan orang yang dicintainya. Mereka memahami pentingnya memberi ruang dan menghormati privasi pasangannya.
Sebaliknya, pelaku stalking sering kali terobsesi dengan korban dan merasa harus selalu dekat dengan mereka. Keterikatan yang tidak sehat ini membuat pelaku tidak menghormati batasan dan privasi korban, yang akhirnya membuat korban merasa gak nyaman bahkan trauma.
5. Acts of service

Cinta tentu butuh bukti, dan ini umumnya dilakukan dengan memberi perhatian ke orang yang disuka. Tindakan ini bisa berupa hal-hal kecil seperti membantu menyelesaikan tugas atau memberi kejutan manis. Semua itu pastinya dilakukan dengan tulus dan disambut positif oleh pihak yang menerima.
Pelaku stalking juga bisa melakukan acts of service, tapi sifatnya berbeda. Bentuk perhatian yang diberikan umumnya dilakukan tanpa memperhatikan apakah korban menginginkannya atau enggak. Alih-alih membuat korban merasa dihargai, justru berbagai tindakannya itu malah membuat korban merasa terganggu dan terancam.
Membedakan antara cinta sejati dan stalking adalah hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional. Cinta yang sehat selalu didasari oleh rasa saling menghormati dan persetujuan, sementara stalking adalah perilaku yang mengancam dan tidak menghormati privasi orang lain. Dengan memahami perbedaan ini, harapannya kamu jadi bisa lebih bijak dalam menjalin hubungan dan menjaga diri dari perilaku yang berbahaya.