Ilustrasi yap trapping (pexels.com/Ketut Subiyanto)
Kamu biasanya dapat mengidentifikasi yap trapping sejak awal dalam suatu interaksi, dan untungnya, ada cara untuk mengatasinya. Cohen menyarankan untuk melakukan percakapan yang jelas dan jujur tentang apa yang kamu perhatikan.
“Gunakan I Language (dimana fokus lebih ke kata 'aku'). Ini bisa digunakan saat menunjukkan perilaku tertentu dan berbagi tentang apa yang kamu rasakan. Cara ini akan membantu dalam menghindari situasi yap trapping, sekaligus memberi lawan bicara wawasan tentang dirimu," saran Cohen.
Sementara itu, jika kamu tipe yang cenderung mengoceh, Cohen menyarankan untuk tetap ingin tahu. Hal ini akan mengubah pola pikir, sehingga kamu ingi mengajukan lebih banyak pertanyaan lanjutan. Selain itu, asahlah keterampilan mendengarkan secara aktif, memberikan apresiasi, hingga terlibat saat seseorang berbagi.
Terutama pada kencan pertama, banyak orang yang cenderung gugup dan akhirnya berbicara terlalu banyak. Kamu tidak harus langsung mengabaikan seseorang karena kebiasaan ini, bahkan pada satu kali pertemuan.
"Berikan orang kelonggaran pada pertemuan pertama. Kadang orang suka mengoceh karena mereka gugup atau takut diam dalam percakapan," kata Rachel DeAlto, pakar kencan di Plenty of Fish, mengutip Psychology Today.
Memahami konsep yap trapping dalam berkencan penting untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menghargai. Dengan lebih peka terhadap cara kita merespons cerita atau keluhan lawan bicara, kita bisa menciptakan ruang komunikasi yang lebih terbuka, empatik, dan suportif. Jadi, apakah kamu pernah berada dalam situasi ini?