Ketika kita mencintai seseorang, kita tentu ingin orang itu bahagia. Namun, bila fokusmu hanya pada emotional monitoring, dimana kamu terus memindai, mengartikan, bahkan mengelola perasaan pasangan seolah itu adalah tanggung jawabmu.
Hal ini terlihat ketika kamu selalu berusaha melakukan apa pun demi memperbaiki suasana hati pasanganmu yang sedang buruk. Meski ini lahir dari kepedulian atau perhatian, pola ini sebenarnya tidak sehat, lho. Malah, bisa memimpin pada relasi toksik bila kamu tidak hati-hati.
Bukankah perasaan seharusnya tetap menjadi tanggung jawab setiap pribadi? Walau kamu dan pasangan bisa saling membantu dan mengandalkan, itu tidak berarti satu pihak jadi bertanggung jawab atas perasaan pihak lain. Bila diteruskan, tiga bahaya ini bisa mengintai.