Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
luaintensa.com.br

“Mereka berseloroh, mengatai aku bodoh. Yang ada justru perasaan ini tumbuh makin kokoh. Aku menikmati posisiku, yang dari jarak seberapapun tak akan terasa mengusik bagimu. Berada di titik ini sudah memberikan kebahagiaan luar biasa, menjanjikan kelegaan bisa menjagamu tanpa mengubah apapun dalam dirimu. Malah kuharap kamu tidak akan pernah tahu. Biar bentuk perasaan ini terus saja begini.”

Adakah yang berdesir dalam dadamu saat membaca sajak di atas? Atau malah ada yang sedang merasakan hal yang sama? Atau ada yang langsung ngacir ke kamar, mengunci pintu, lalu memeluk guling erat-erat sambil memutar lagu-lagu galau? Cieeee.

Menjadi pengagum rahasia atau mencintai seseorang secara diam-diam selalu terasa sadis. Kedua hal tersebut identik dengan perasaan sepihak, takut cintanya tak berbalas, atau malah bertepuk sebelah tangan. Orang-orang yang bertahan dalam cara mencintai seperti di atas dianggap memiliki ketulusan yang luar biasa.

Meski terus berusaha menahan gundah karena tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, toh rasa cinta itu tetap ada, atau justru bertumbuh lebih besar. Tapi ternyata, ada orang yang memang menikmati cara mencintai diam-diam tersebut. Cinta yang semacam itu disebut sebagai cinta platonis. Platonis agaknya familiar di telinga kita karena teringat pada seorang filsuf besar Yunani bernama Plato.

Editorial Team

Tonton lebih seru di